Chereads / Jalan Melewati Takdir / Chapter 7 - Kenangan masa lalu

Chapter 7 - Kenangan masa lalu

Pagi hari yang penuh dengan arti dan perjuangan dari Vin Crimson, sebuah perjalanan tanpa henti mencari arti dalam kehidupan.

Vin Crimson dan Ryan Xinolen, memulai latihan bersama. Mereka menikmati setiap suara pedang yang bertabrakan, dan keringat yang mengalir.

Vin: "(Aku ingin bertambah kuat.)" (Kata Vin dalam hati menyemangati diri saat berlatih)

Ryan: "Bukankah kemampuan mu lebih dari ini, Vin!?. Haha." (Suara Ryan dengan nada sedikit bercanda)

Mereka berdua menghantam kan pedang mereka satu sama lain, membuat suara yang keras dan melengking. Tajamnya pedang Ryan mungkin lebih tajam dari pada pedang Vin, tapi tekat dan ambisi Vin saat mengayunkan pedangnya tidak bisa diremehkan.

Ryan: "Hei, aku yakin kamu masih bisa berjuang lebih, Vin. Tujukan itu padaku." (Ryan dengan suara sedikit meledek Vin)

Vin: "Cih, aku akan terus berusaha sampai mati." (Suara Vin sambil mengayunkan pedang, tapi tangannya bergetar)

Ryan: "Apa kamu sudah lelah?, haha, tangan mu sudah bergetar seperti itu." (Ryan sedikit tertawa, sambil tetap menyerang Vin)

Vin: "(Cih, apakah aku masih lemah?)" (Tanya Vin dalam hati bertanya kepada dirinya sendiri, sembari menahan serangan Ryan)

Mereka berdua saling bertukar serangan, memperlihatkan serangan yang dramatis. Vin secara tidak sadar mulai terbawa suasana, pandangan didepannya terlihat berjalan lamban saat Ryan ingin memberikan ayunan pedangnya, tiba tiba Vin mengingat sosok ayahnya. Vin mengingat secara singkat apa yang ayahnya dulu pernah ajarkan.

Vin mengingat ayahnya, ayahnya pernah mengatakan satu hal. "Pedang hanyalah alat, yang membuat orang itu hebat adalah tekat dan kekuatan diri sendiri." Suara ayah Vin, Kyle.

Vin melihat sekilas tentang kenangan itu, tapi vin tersadar dengan kenyatan. Dia melihat ayunan pedang Ryan yang mengarah kepadanya. Vin menghindar dengan refleks, mundur kebelakang untuk mengelak dari serangan Ryan. Pandangannya kembali normal, tapi Vin merasakan sesuatu seperti memberikan dirinya kekuatan.

Vin sedikit mundur dan meletakkan ujung pedangnya ke tanah, mengambil nafas sebentar dan mengingat rasa genggaman pedang ayahnya.

Ryan: "Apa kamu sudah lelah?, padahal kita baru saja bersenang senang." (Ryan berbicara pada Vin, sambil meletakkan pedangnya di samping badannya)

Pedang Ryan sungguh tajam, tapi tidak mampu mengores pedang Vin. Ryan memperhatikan dengan seksama pedang Vin, dia melihat sesuatu seperti menyelimuti tangan kanan Vin.

Vin: "Pedang ku mungkin tidak setajam pedang paman!" (Suara Vin dengan sedikit semangat, namun dengan sedikit suara nafas yang berat)

Vin: "Tapi aku yakin, jika aku bisa menghantam pedang ku lebih kuat dari pada paman!." (Kata Vin saat sedang mengambil nafas dan dengan posisi kuda kuda)

Ryan memperhatikan pedang Vin, Ryan mencoba memahami kalimat Vin barusan.

Ryan: "(Menghantam?, heh, aku rasa-.)" (Suara Ryan dalam hati, mencoba memahami)

Dengan kuda kuda yang sedikit kaku, Vin melesat tiba tiba, berlari dan melompat maju dengan cepat. Disaat Dia melompat, Vin mengangkat pedangnya keatas kepalanya, dengan dua tangan mengenggam erat pedangnya. Vin mengayunkan pedangnya dengan kekuatan yang penuh, menghantam kearah Ryan.

Ryan: "(APA!, Apakah hantaman itu-!?.") (Tidak sempat berkomentar dan wajahnya kaget)

Namun tidak disangka, tiba tiba pedang Vin melesat dengan cepat menghantamkan pedangnya kearah Ryan. Ryan dengan refleks yang bagus, mampu menghindar dengan memiringkan pedangnya untuk merubah arah jalur pedang Vin. Akan tetapi tetap saja Ryan tidak bisa mengubah arah jalur pedang Vin, lalu Ryan dengan refleks melompat kesamping demi bisa menghindari hantaman pedang itu.

Hantaman yang keras tadi membuat pedang Ryan mengeluarkan suara melengking tinggi, pedang Vin saat menyerang itu menghantam tanah tepat di bawah pinjakan Ryan. Memberikan efek kejut seperti ledakan bom yang menyapu udara dengan angin, bahkan efek itu sampai ke jendela rumah Vin.

Ryan: "(Apa yang barusan tadi!?.)" (Kata Ryan dalam hati dengan perasaan kaget dengan serangan Vin, sambil menyilangkan tangannya seperti ingin menahan efek kejut dari serangan Vin)

Ryan melihat tanah yang dihantam pedang Vin, Dia melihat kalau hantaman pedang itu mampu membuat tanah yang berada disekitarnya retak dan beberapa tanah sampai melayang keatas. Menciptakan sebuah belahan dengan retakan yang hancur disekitarnya,

Ryan melihat Vin dengan teliti, Ryan melihat mata Vin yang penuh dengan emosi dan amarah yang menyelimuti dirinya. Gigi Vin mengertak, dengan senyum tipis seperti mengejek. Lalu dia melihat permata mata naga merah menyala dari gagang pedang Vin.

Vin: "Cih" (Kata Vin seperti kesal)

Ryan: "(Anak itu?.") (Ryan dengan tatapan kaget)

Ryan secara singkat mengingat sosok Kyle, sahabat lamanya yang telah tiada. Memberikan sebuah kenangan yang pernah Ryan dan Kyle lalui dahulu. Tepat saat Vin melompat, Ryan melihat sosok bayangan Kyle yang berada didalam diri Vin, seperti memberikan kekuatan kepada Vin.

Ryan: "(Sosok itu mengingatkan ku tentang Kyle.)" (Kata Ryan dalam hati dengan nada kagum dan sedikit kaget)

Vin: "Apa yang kamu lalukan, paman?" (Suara Vin sedikit berubah, seakan berat dan terdengar rusak)

Vin mengarahkan wajahnya kearah Ryan secara perlahan, memperlihatkan wajah Vin yang penuh ambisi namun dengan emosi bara api amarah yang kuat.

Vin: "Apakah paman ingin latihan ini selesai?." (Kata Vin sepeti mengejek kearah Ryan, sambil tersenyum menyeramkan)

Mata Vin seakan akan seperti bukan dirinya, mata kiri Vin terlihat merah dan dibagian pupil matanya berwarna merah gelap dengan pupilnya yang seperti mata predator langit.

Ryan: ("Apakah itu mata naga?, Sepertinya tidak mungkin.") (Kata Ryan yang masih ada rasa kaget)

Ryan: "(Anak berusia 11 tahun ini bisa sekuat itu?)" (Kata Ryan dalam hati bertanya kepada dirinya sendiri)

Ryan mencoba menenangkan dirinya, sambil memasukkan pedangnya kedalam sarung pedangnya. Mencoba untuk menyudahi latihan ini, dan melihat keadaan Vin.

Ryan: "Aku tidak menyangka kamu bisa sekuat itu, Vin." (Kata Ryan dengan sedikit nada bercanda dengan harapan bisa memecahkan suasana, sambil tersenyum tipis)

Ryan berjalan dengan santai berjalan ke arah Vin, Ryan melihat Vin yang sudah terlihat lemas dan lelah.

Ryan: "(Apakah ini sudah berlebihan?.)" (Tanya Ryan dalam hati, bertanya kedirinya sendiri)

Ryan melihat kalau pedang Vin masih dalam posisi yang sama, tertancap pada tanah. Karena hantaman yang begitu keras, pedang itu masih tertancap diantara belahan tanah.

Ryan: "(Apakah dia memang sudah sekuat itu?, atau karena pedang itu?.)" (Ryan masih bingung dengan apa yang terjadi)

Ryan: "Bagaimana jika disudahkan saja latihan ini, Vin?. Kamu sepertinya sudah lelah." (Kata Ryan sambil mencoba berjalan mendekati Vin)

Vin: "Apa paman ya-." (Tepat sebelum Vin menyelesaikan kalimatnya, Vin terhenti)

Vin terlihat linglung, pandangannya gelap, seperti ingin pingsan. Vin berlutut lemas, seperti ingin jatuh ketanah. Tidak disangka Vin terjatuh, genggaman pedangnya terlepas dan Vin jatuh terkapar ditanah. Mata kiri Vin yang merah tadi, sudah kembali normal. Tepat sebelum Vin menutup matanya dengan rapat, dia melihat Ryan yang tadinya berjalan santai, kini berjalan cepat menghampiri Vin.

Vin menutup matanya dengan rapat, tetapi dia melihat dipandangan gelapnya. Ada sosok ayahnya yang mencoba memberikan tangannya untuk membantu Vin untuk bangun, tapi sebelum Vin mencoba mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan ayahnya, bayangan ayahnya hilang tertiup angin. Bagaikan harapan yang sirna, tangan Vin yang tadinya ingin mengapai tangan itu pun terjatuh.

Vin: "(Ayah?, tolong aku.)" (Suara Vin yang sudah lemas itu tetap berusaha memanggil)

Vin tidak bisa melihat apa apa, pandangannya gelap dan hanya ada warna hitam. Kegelapan itu menguasai pandangan Vin yang masih kecil, Vin sedikit mengeluarkan air matanya. Air mata mengalir tanpa suara apapun yang terdengar, tubuh Vin masih terkapar. Dia hanya bisa terdiam, sembari menangisi dirinya sendiri karena tidak mampu bangkit.

Chapter 7