Chereads / Jalan Melewati Takdir / Chapter 4 - Sederhana

Chapter 4 - Sederhana

Vin terbangun dari tidur, dengan wajah lelah karena mimpi buruk yang terus berdatangan tanpa peringatan.

"Aku melihat itu lagi," deru Vin sambil menyentuh dahinya.

Vin melihat ke arah jendela yang ditutupi korden, terlihat ada cahaya matahari yang mulai terbit. Namun, rasa berat di dada membuat suasana pagi itu terasa jauh dari tenang.

Sesaat sebelum Vin beranjak dari tempat tidur untuk membuka korden, terdengar suara ibunya, Diana.

"Vin, bangun, hari sudah pagi." Suara Diana memanggil Vin untuk bangun dari tidur, sambil membuka kamar Vin.

"Iya, ini aku sudah bangun," kata Vin sambil beranjak dari tempat tidur.

Diana masuk ke kamar Vin dan melihat kamar yang berantakan dengan kertas-kertas yang berserakan.

"Kenapa bisa selalu ada kertas yang berserakan di kamarmu, Vin?" kata Diana, yang sudah tidak heran dengan kelakuan Vin.

"Ya seperti biasa, aku selalu mengalami mimpi buruk," jawab Vin, berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan ke meja di depan kamarnya.

"Aku selalu mencoba mengerti apa arti dan mengapa mimpi ini selalu saja muncul," kata Vin sambil mengambil kertas yang berserakan di lantai dan meja.

"Tapi kan ga perlu sampai berserakan seperti ini, Vin," kata Diana dengan wajah sedikit kesal.

Setelah percakapan mereka selesai, suasana sejenak terhenti. Vin berdiri di samping tempat tidur, matanya tertuju pada kertas-kertas berserakan yang masih tergeletak di lantai. Diana, dengan sabar, membantu merapikan kamar, meskipun sudah sering kali melihat kekacauan ini. Begitu kamar selesai dibersihkan, mereka berdua berdiri di tengah ruangan, seolah menikmati momen tenang itu sebelum kembali melanjutkan kegiatan masing-masing.

Diana dan Vin sangat dekat, bahkan Vin lebih sering berbicara ke ibunya daripada berbicara dengan orang lain.

Diana berjalan ke arah jendela yang tertutupi korden, lalu membuka korden itu dan membuka jendela agar sinar matahari dan udara segar bisa masuk ke dalam.

"Coba lihat itu di luar, Vin," kata Diana, berusaha mengganti suasana.

Vin berjalan ke arah ibunya dan melihat apa yang terjadi.

"Apa yang terjadi?" tanya Vin, dengan wajah bertanya-tanya.

"Lihat itu, adikmu yang rajin, sudah bangun sejak tadi," kata Diana sambil mengarahkan Vin untuk melihat adiknya, Lisa yang sedang membersihkan taman di depan rumah.

"Oh, Lisa. Ya, dia memang selalu ceria dan rajin seperti biasa," kata Vin dengan senyum tipis di wajahnya.

Vin melihat ke arah adiknya yang selalu tampak ceria dan penuh senyuman.

"Ibu harap kalian bisa terus bersama. Sebentar lagi Lisa akan berumur 10 tahun. Dan kamu akan berumur 11 tahun, Vin," sambil melihat pemandangan indah, Diana dengan senyum berbicara dengan nada yang pelan namun penuh arti, menasihati Vin.

"Ya, aku juga akan terus berusaha agar bisa lebih, agar bisa melindungi keluarga ini, Bu," kata Vin dengan tekad dan ambisi yang kuat di dalam jiwanya.

Setelah percakapan mereka selesai, mereka berdua membersihkan kamar Vin.

Diana dan Vin sangat dekat, meskipun mereka memiliki perbedaan besar dalam cara mereka menghadapinya. Diana lebih suka merawat dan menjaga kebersihan rumah, sedangkan Vin selalu fokus untuk bertumbuh lebih kuat dan berlatih.

Sekilas, kamar Vin tidak terlalu luas. Kamar Vin terlihat sederhana dengan beberapa peralatan berpedang dan terdapat meja untuk Vin belajar.

"Sudah selesai kan, Bu?" tanya Vin kepada ibunya.

"Ya sudah, sekarang ibu mau membantu Lisa bersih-bersih," kata Diana sambil berjalan keluar kamar Vin.

"Lalu ibu akan masak makanan untuk kita bersama," dengan senyum melihat ke arah Vin.

"Baiklah, aku akan mengambil pedangku. Aku akan berlatih dengan pohon seperti biasa di belakang rumah," suara Vin berbicara dengan ibunya, sembari Vin mengambil perlengkapannya.

Mereka pun sibuk dengan kegiatan mereka masing masing. Setelah beberapa saat, Vin keluar kamar dan berjalan kehalaman belakang rumah untuk berlatih.

Chapter 4