Chapter:16
Saat Sasami hendak menyuapkan makanannya, entah dari mana tiba-tiba terbang sepotong kue dan PLAANG!—kue itu tepat mengenai wajahnya.
Sasami terdiam sejenak, membersihkan remahan kue dari wajahnya dengan perlahan. Wajahnya yang awalnya datar berubah menjadi senyum kecil yang terlihat kesal. "Baru saja aku mendapatkan nafsu makan, tapi malah terkena musibah," ucapnya dengan nada sarkastik.
Namun, senyuman itu perlahan melebar, menunjukkan ekspresi yang jauh lebih menakutkan. Dengan cepat, Sasami berdiri dan mengambil kuda-kuda. Pandangannya langsung tertuju pada sekumpulan siswa yang sedang bertengkar dan melempar makanan—penyebab insiden tersebut.
Sasami lalu mengangkat meja kantin dengan mudahnya.
"Oi, oi, meja itu beratnya 25 kilo, loh! Bisa diangkat segampang itu?!" ujar Kato dengan wajah ngeri.
"Pantas saja dia ikut klub gimnastik. Jadi untuk ini, ya?" sahut Futaro yang juga mulai ketakutan.
"Oi... anu... Sasa, itu kelihatannya berat, dong," batin Tensura sambil menelan ludah.
Sasami berjalan perlahan menuju para siswa yang sedang perang makanan, meja kantin besar masih diangkat di atas kepalanya. Siswa lain yang melihatnya langsung kabur berhamburan, tak berani menghadapi aura mengerikan Sasami.
Begitu sampai di lokasi, murid-murid yang sebelumnya bertengkar langsung terdiam, membeku di tempat masing-masing.
"Kalian ini..." Sasami memulai dengan suara rendah, lalu tiba-tiba berteriak, "TIDAK BISAKAH TENANG SEDIKIT?!"
BRAKK! JRENG! BRUK!
Suara meja kantin menghantam lantai begitu Sasami melemparkannya ke arah para siswa. Beberapa dari mereka langsung tersungkur, tertindih meja. Nafas Sasami memburu, amarahnya belum reda. Dia bersiap melayangkan pukulan ke siswa-siswa tersebut.
Namun, teman-teman para siswa itu tak tinggal diam. Mereka bergegas membantu, dan situasi yang awalnya hanya perang kecil berubah menjadi semakin ricuh. Lemparan makanan beterbangan ke segala arah, dan Sasami kini menjadi bagian dari kekacauan itu.
Melihat situasi yang makin panas, Yukata mencoba melerai. "Hei, hei! Berhenti kalian semua!" teriaknya. Namun, naas, sebuah potongan kue terbang dan tepat menghantam wajahnya.
"Nice, dua headshot sekaligus. Hari ini sudah lima kali," komentar Kato santai dari balik meja tempat dia bersembunyi.
Ekspresi Yukata berubah. Dari yang semula ingin mendamaikan, kini ia ikut terpancing emosi. "APA LO?! HAH?! AKU NGGAK SALAH APA-APA TAPI IKUT KENA?! SINI LO! MAJU KALAU BERANI! TANGAN KOSONG, WOI!" Yukata malah ikut terlibat perang makanan dengan semangat membara.
Sementara itu, Futaro yang awalnya hanya ingin menonton malah terkena panci yang terbang entah dari mana. Ia langsung pingsan di tempat.
"Oh tidak! Tarik dia, Kato!" seru Tensura.
Kato segera menarik tubuh Futaro yang tak sadarkan diri dan membawanya ke tempat aman. Di tengah situasi kacau itu, Tensura melihat Leena-sensei berjalan dengan tenang membawa koper, mengarah ke belakang sekolah.
"Aneh, dia pergi ke mana?" pikir Tensura.
Ia memutuskan untuk mengikutinya. "Kato, aku serahkan Futaro padamu. Aku mau ke WC sebentar," kata Tensura cepat.
"Iya, tapi cepatlah. Keadaan di sini makin gila!" balas Kato.
Tensura bergegas berlari, mengikuti jejak Leena secara diam-diam. "Sepertinya dia menuju tempat pembakaran sampah," gumamnya.
Setelah sampai, Tensura bersembunyi di balik tembok, memperhatikan Leena-sensei yang tampak sibuk membuka sandi pada kopernya.
"Koper apa itu sebenarnya?" pikirnya.
Saat koper berhasil dibuka, Leena langsung membukanya. Namun, sebelum Tensura dapat melihat apa isi koper itu, sesuatu yang mengejutkan terjadi...