Chereads / TOMORROWLANDS / Chapter 10 - TOMORROWLAND:THE BEGINNING

Chapter 10 - TOMORROWLAND:THE BEGINNING

Chapter 10

Tensura pulang ke rumah dengan langkah

lelah. Ia membuka pintu perlahan, namun suara langkah cepat terdengar dari dalam, mendekat ke arahnya. Belum sempat ia berpikir lebih jauh, pintu terbuka dengan keras.

"BLAKKK! DUARR! LAMA BANGET KUKANG NGESOT!!" teriak Milia sambil menendang Tensura hingga tubuhnya terlempar keluar rumah.

"ADIK LAKNAT!!" Tensura menggeram kesal sambil tergeletak di depan pintu.

Milia, dengan wajah tanpa dosa dan penuh senyum lebar, berjalan mendekatinya. Ia menyodorkan tangan seperti tak terjadi apa-apa. "Hehe," ucapnya santai.

Tensura hanya menatapnya dengan wajah datar dan penuh kekesalan. "Padahal ibu udah rajin berdoa biar dapet anak yang baik, hormat, cantik, dan anggun. Tapi yang keluar malah bocah dahi lebar yang kelakuannya kayak setan."

"Wahai kakakku yang ganteng, kuat, pintar, cerdas, dan perkasa, di mana titipan hamba yang telah diamanahkan kepadamu?" balas Milia penuh percaya diri.

"Eww,aku mau muntah.NIH!" Tensura melemparkan buku yang dibelinya tepat ke wajah Milia.

"Ah, terima kasih, Abang," jawab Milia riang tanpa sedikit pun terganggu.

Dengan wajah masam, Tensura masuk ke dalam rumah bersama Milia. Di ruang makan, ibu sudah sibuk menyiapkan makan malam. Begitu melihat Tensura, ibunya langsung menyambut dengan nada khawatir.

"Tensura, kok nggak biasanya pulang larut? Ada apa di jalan?" tanya ibu.

"Ah, nggak ada apa-apa, Bu. Aku cuma belikan buku titipan Milia," jawabnya singkat.

"Cih, cuman beli satu buku aja kelamaan!" celetuk Milia dengan nada menyebalkan.

Tanpa banyak kata, Tensura langsung menjitak kepala adiknya hingga benjol. "Bersyukur, jenong. Udah aku beliin juga."

Ibu hanya tertawa kecil melihat tingkah mereka. "Sudah, sana bersihkan diri dulu, baru makan. Ayah pulang cepat hari ini," ucapnya lembut.

"Baik, Bu," jawab Tensura sambil berjalan menuju kamarnya.

Setelah membereskan barang sekolah dan mandi, Tensura kembali ke meja makan. Di sana, ibu, ayah, dan Milia sudah menunggu.

"Lama banget, Bang. Nih, aku sisain paha ayam," ujar Milia sambil menyodorkan piring.

"Gak biasanya pulang telat, Tensura. Apa karena awal semester?" tanya ayah sambil melirik penasaran.

"Ah, nggak juga, Yah. Aku agak telat karena beli titipan Milia. Ngomong-ngomong, kenapa Ayah juga pulang lebih cepat hari ini?" balas Tensura sambil mengambil nasi.

"Perusahaan menyuruh para karyawan pulang cepat mulai hari ini, sampai waktu yang belum ditentukan. Katanya sih untuk jaga-jaga biar nggak ada yang kenapa-kenapa," jawab ayah santai.

"Oh, begitu," gumam Tensura.

Tiba-tiba, Milia nyeletuk, "Oh ya, Kak, tadi aku lihat kayaknya Kakak diantar mobil pas pulang. Mobil siapa itu? Aku juga dengar suara perempuan."

Mendengar itu, ayah dan ibu langsung menatap Tensura tajam.

Deg! Tensura panik seketika. "Ah... itu... anu... dia guru baru. Aku ketemu di jalan, terus dia nawarin tumpangan. Karena aku tahu kalau nolak bakal lebih lama pulangnya, ya aku terima tawarannya. Hehe..." jawabnya dengan cengiran yang dipaksakan.

Ayah langsung merespons, "Oh, tapi! Guru yang ngasih tumpangan ke murid itu jarang banget. Kamu yakin, apalagi dia guru baru?"

"Dan kamu juga nggak biasanya nerima tawaran dari orang, apalagi orang baru. Benarkah dia gurumu?" timpal ibu, menambah tekanan.

Tensura menelan ludah. "Yaaa... kami pernah ngobrol sebentar di sekolah. Terus, pas itu aku sendirian, kebetulan dia lewat. Dia nawarin tumpangan, ya aku terima aja. Hehe..."

Ayah dan ibu tampak mulai berkurang kecurigaannya. "Oh, benarkah?" tanya mereka hampir bersamaan.

"Iya, benar," jawab Tensura mantap meski dalam hati ia mengeluh.

Setelah makan malam selesai, Tensura berjalan menuju kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika Milia memanggilnya.

"Abang," panggilnya.

"Hm?" Tensura menoleh malas.

"Kakak udah tahu rumor yang beredar?" tanya Milia dengan suara agak pelan.

"Ya, terus kenapa? Kau takut?" jawab Tensura sambil melirik malas.

"Hei, aku mah nggak peduli. Cuma aku khawatir sama temanku," jawab Milia kesal.

"Kalau begitu, positif ting-ting aja. Ntar juga pelakunya bakal ketangkep," ucap Tensura santai.

"Jadi Kakak percaya?"

"Gak."

Tanpa menunggu jawaban, Tensura langsung masuk ke kamar dan merebahkan diri di kasur. Hari itu berakhir dengan kelelahan dan banyak hal yang membuat pikirannya kusut.