Chereads / TOMORROWLANDS / Chapter 14 - TOMORROWLAND:THE BEGINNING

Chapter 14 - TOMORROWLAND:THE BEGINNING

Chapter:14

Nama lengkapku Leena Shivone De Arme. Aku lahir di Vatikan, usiaku 38 tahun, dan ya, aku masih single," ucap Leena sambil menyunggingkan senyuman kecil di hadapan para murid.

"Woaah... padahal kupikir usianya masih 20-an! Umur segitu belum menikah? Tidak bisa dipercaya..." gumam beberapa murid, kaget dengan pengakuan gurunya.

Tensura, dengan wajah datar dan sedikit rasa takut, membatin, "Matamu single, ya iyalah! Udah auranya jelek, gerak-geriknya kayak setan, tatapannya aja seram gitu."

Ketika murid-murid sibuk bergumam membicarakan Leena, tiba-tiba Futaro dengan percaya diri berdiri dari tempat duduknya. "Sensei!" serunya.

Leena menoleh. "Ada apa? Kalau tak salah, namamu Futaro, bukan? Ada yang ingin kau tanyakan?"

Ruangan mendadak hening. Semua murid menunggu dengan penasaran. Futaro lalu bertanya dengan nada serius, "Aku ingin tahu... berapa ukuran milikmu?" ujarnya sembari menunjuk dada Leena.

Kelas langsung gempar.

"Woi! Pertanyaan macam apa itu?!" Tensura membatin dengan wajah jijik, kesal, sekaligus bingung.

"Hei! Apa-apaan kau, Futaro? Cepat minta maaf! Kau sudah gila, ya?!" tegur Sasami, ketua kelas.

Namun, Leena hanya tersenyum santai. "G cup. Ukuranku G cup," jawabnya tanpa beban.

Seketika kelas terdiam.

"APAAAAAA?!" Teriakan murid-murid memenuhi ruangan.

"Dia malah jawab dong..." Tensura kembali membatin, kali ini menyerah pada keadaan. "Dapat teman kelas macam ini, ditambah guru yang aneh. Hidupku kok begini amat. Mamah, tolongin... Eh, aku kan nggak punya ibu. Au ah, capek," pikirnya sambil membenamkan kepala di meja.

Kelas pun semakin kacau. Murid-murid mulai ribut membahas jawaban Leena. Sasami masih syok memikirkan ukuran sang guru. Futaro sibuk mencoba mengukur-ukur dengan khayalannya sendiri. Kato asyik bermain game dan makan diam-diam di bawah meja, sedangkan Yukata yang baru kembali dari toilet terdiam di ambang pintu.

"Sensei, maaf saya lama..." ujar Yukata dengan nada pelan, tapi langkahnya terhenti begitu melihat keadaan kelas yang penuh kekacauan.

Di tengah kehebohan itu, Leena mengambil kapur dan mulai menulis di papan tulis. Suara gesekan kapur membangunkan Tensura yang mengintip malas-malasan dari meja. Ia membaca tulisan itu pelan-pelan. "TO... MOR... ROW? Tomorrow?"

Leena menghentakkan kapur ke papan tulis, membuat semua murid langsung menoleh. "Coba kalian baca ini," ujarnya tegas.

"TOMORROW," jawab murid-murid serempak.

"Dan apa kalian tahu artinya?" tanya Leena lagi.

Sasami mengangkat tangan. "Artinya besok atau hari esok," jawabnya cepat.

"Benar," Leena tersenyum kecil. "Kata ini adalah kata yang mempresentasikan hari selanjutnya, besok. Ini juga salah satu kata favoritku. Kata yang membuatku penasaran dan melupakan semua kejadian melelahkan hari ini. Aku selalu bertanya-tanya, apa yang akan terjadi besok? Apakah pekerjaanku akan bertambah? Apakah aku bisa libur? Atau mungkin... aku akan mati? Tidak ada yang tahu. Oleh karena itu, aku mencoba menikmati setiap hal yang terjadi hari ini. Karena bisa jadi, hal yang sama tak akan terulang lagi. Hari baru, tanggal baru, detik baru, semua akan berbeda. Tapi yang pasti... apa pun yang terjadi besok, semuanya akan baik-baik saja."

Kelas mendadak hening. Kata-kata Leena yang sederhana tapi dalam membuat semua murid terdiam, merenungkan arti dari ucapan gurunya.