Chapter 13
Jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga ketika Kato menoleh ke belakang, berbisik kepada Tensura yang duduk di bangku belakangnya.
"Psst... Hei, Tensu."
Tensura mendongak dari buku catatannya. "Hmm, kenapa?"
"Ini pelajaran Bahasa Inggris, kan? Aku penasaran dengan guru baru itu. Kayak apa, ya, wajahnya?" Kato mencondongkan tubuhnya, tampak antusias.
Tensura mengangkat bahu. "Entahlah," jawabnya singkat, namun dalam hati pikirannya melayang. Kenapa harus sekarang? Membayangkan wajahnya saja sudah bikin merinding. Harus jujur sih, dia cantik... tapi, ah, sudahlah.
Sudah lima belas menit berlalu sejak jam pelajaran dimulai, tapi guru yang dinantikan tak kunjung datang. Di sisi lain, Tensura mulai berkeringat dingin. Tangannya resah di atas meja, otaknya berkelana ke mana-mana, membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang membuatnya semakin cemas.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari koridor. Degup jantung Tensura seperti memacu lari, semakin cepat saat langkah itu mendekat. Ketika pintu perlahan terbuka, semua mata di kelas tertuju ke arah pintu. Namun, yang muncul adalah Futaro, berjalan santai sambil mengunyah sesuatu.
"Kunyah... kunyah... kunyah," Futaro bergumam sambil melirik ke sekeliling. "Ehem, ada yang mau ciki?"
Syung! Sebuah penghapus papan tulis melayang dari arah Tensura. Plak! Penghapus itu mendarat sempurna di kepala Futaro.
"Woah! Nice shot, Ten-kun!" seru Sasami sambil terkekeh.
Belum sempat Futaro bereaksi, ia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bahunya. Sebuah tangan muncul dari belakang, memegang bahunya dengan kuat.
"Wah, wah, ada keributan apa ini?" suara seorang perempuan terdengar tenang namun penuh wibawa.
Futaro langsung merinding. Tubuhnya membeku seketika. "E-e-e... teman-teman, tolong bilang... yang di belakangku bukan setan."
"Bukan setan," jawab Tensura sambil menahan tawa, "tapi kalau disebut setan juga, mungkin masih masuk akal."
"Ngomong yang benar, dong! Itu makhluk hidup, kan?" Futaro berteriak frustrasi.
Dengan segenap keberanian yang tersisa, Futaro menoleh ke samping. Yang dilihatnya adalah seorang perempuan berdiri dengan senyum manis di wajahnya—senyum manis yang sekaligus mematikan.
"KYAAAA! TENSURA!!!" Futaro berteriak kencang dan lari terbirit-birit ke bangkunya.
Perempuan itu tertawa kecil sebelum berjalan ke meja guru, meletakkan tasnya, dan mengambil kapur. Dengan gerakan santai, ia menuliskan namanya di papan tulis.
"Salam, anak-anak. Aku Leena Shivone, guru Bahasa Inggris baru kalian," katanya sambil membalik badan, menatap mereka dengan senyum licik. "Mulai hari ini, aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik."
Kelas mendadak sunyi. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani berbicara. Tensura hanya menelan ludah, sementara Futaro bersembunyi di balik bukunya, berharap Leena Sensei tidak melirik ke arahnya.
Di balik tatapannya yang tajam, Leena menyembunyikan rasa senang yang tak terduga. Sudah lama aku tidak merasakan suasana seperti ini.