Chapter 4
Di tempat lain di sekolah, Milia berjalan di lorong bersama teman-temannya menuju atap untuk "mabeer" (makan bersama). Di perjalanan, mereka mengobrol.
"Ih, kalian udah liat belum komik Shizue and Makoto?" tanya Yumi, teman Milia.
"Aku mah belum, uangku habis dipake buat beli make up," sahut Rita sambil menghela napas.
"Kalo kamu sih nggak heran lagi, Rita," ujar Ruruka sambil tersenyum kecil. "Aku sih lagi bokek aja. Hehehe. Kalau kamu, Milia?"
Milia mengangguk kecil sambil berkata, "Aku sih udah nitip ke abangku, tapi uang jajanku seminggu dipalak sama dia."
"Iiiih, nanti aku pinjem dong, Mill. Please~ ya?" pinta Yumi, dengan wajah memelas.
"Iya, aku juga!" seru Ruruka dan Rita serempak.
Milia tertawa kecil. "Oke, oke, aku pinjemin, tapi ada syaratnya. Aku juga bakal pinjem barang kalian. Gimana, setuju?"
"Iya, deh, iya," jawab mereka bertiga pasrah.
Setelah sampai di atap, mereka mulai makan dan melanjutkan obrolan ringan, diselingi canda dan tawa. Di tengah percakapan, Ruruka tiba-tiba nyeletuk, "Hei, Milia, kamu nggak pernah jadi bahan omongan, ya, gara-gara punya kakak angkat?"
"Emm, nggak juga, sih. Paling kalau aku bertengkar sama beberapa murid, mereka suka nyangkutpautin soal itu," jawab Milia santai.
"Oh gitu… Terus, gimana pendapatmu soal kakakmu? Secara, kalian kan nggak sedarah," tanya Ruruka lagi, penasaran.
Milia terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ya… Gimana ya, dia orangnya pemalas dan lebih mementingkan kemudahan hidup. Kadang dia kayak nggak peduli sama apa-apa, tapi di sisi lain, dia selalu perhatian. Yang aku kagumi dari dia, dia selalu punya cara aneh buat nyelesain masalahnya sendiri. Ya tentu aja, kalau dia kesal, dia bakal marah dan ngomong 1001 kata kasar. Kalau dia sedih, dia merasa jadi orang paling menderita di dunia sambil nyetel lagu sedih dan menangis dalam damai. Tapi… di samping itu semua, dia kakak yang baik."
Teman-temannya terdiam sejenak mendengar cerita Milia, lalu tersenyum, merasakan ketulusan Milia dalam kata-katanya.