CHAPTER 2
Dalam perjalanan menuju sekolah, Tensura sempat berhenti sejenak di sebuah toko video game yang dilewatinya. "Hmm, jadi versi yang ini sudah rilis," gumamnya sambil melihat beberapa pilihan game di rak. Setelah puas memandangi judul-judul baru, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah.
Ketika sampai di zebra cross, Tensura melihat seorang nenek yang tampak kesulitan untuk menyeberang. Tanpa berpikir panjang, ia segera menghampiri dan menawarkan bantuan, "Mari, Nek, aku bantu menyeberang."
"Oh, terima kasih, Nak," jawab si nenek dengan senyum lembut.
Setelah sampai di seberang jalan, nenek itu berkata lagi, "Sudah lama tidak ada yang membantu nenek menyeberang. Terima kasih, ya, Nak."
"Iya, sama-sama, Nek," jawab Tensura dengan ramah.
Si nenek menatapnya sejenak, lalu tersenyum. "Matamu indah sekali, seperti berlian biru."
Tensura terkekeh. "Ah, nenek bisa saja."
Setelah berbincang sebentar, Tensura pamit, lalu berlari menuju sekolah, mengejar waktu yang hampir habis.
Akhirnya, ia berhasil melewati gerbang sekolah tepat waktu. "Huff… hampir saja! Kalau sampai terlambat, pasti seharian aku harus dengar ceramah dari Pak Satpam," gumamnya lega. Setelah melewati gerbang, ia langsung berlari menuju kelas.
"Selamat pagi," sapanya saat memasuki kelas.
"Pagi," jawab Yukata sambil tersenyum.
"Hmm," Kato hanya mendengus tanpa mengalihkan pandangannya dari game di tangannya.
"Kau ini! Sudah mau bel, masih saja main game," tegur Tensura sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Kato mendongak sedikit, "Ini versi terbaru, kau tahu?"
"Oh, sudah kok. Aku sempat melihat-lihat tadi waktu berangkat," jawab Tensura.
Kato mengangguk paham. "Oh, begitu."
Namun, percakapan mereka segera terhenti ketika tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan keras.
DUARRRR!
"Woi, siapa itu?" seru beberapa siswa kaget.
"YAHOOOOO!" Seorang pemuda tiba-tiba melangkah masuk dengan wajah berseri-seri, menyapa dengan suara nyaring, mengundang perhatian seluruh kelas.
Saat itu, seorang remaja muncul di pintu kelas dengan santai.
"Kebiasaan si tukang onar itu," gumam Kato dengan nada malas.
"Hehehe, maaf telat!" ucap pemuda itu, tak merasa bersalah sama sekali.
"Biar kutebak. Kalau nggak malak adik kelas, pasti maling gorengan di kantin," kata Tensura, menatapnya dengan mata menyipit.
"Oh, tentu tidak, kali ini berbeda, hehe," balas pemuda itu dengan senyum nakal.
"Kedapatan bolos sambil sembunyi di toilet cewek, ya?" celetuk seorang gadis dari sudut kelas, sambil tersenyum penuh arti.
"Ehkk! Bagaimana kau tahu?" pemuda itu terkejut.
"Aku sempat dengar pas lewat ruang BK," jawab gadis itu santai.
"Oh, pagi, Sasami," sapa Tensura.
"Pagi," jawabnya singkat.
Ternyata, dua orang yang baru masuk itu adalah Sasami Harune dan Futaro Kazuki. Mereka terkenal karena kepribadian yang bertolak belakang namun sering bersama.
"Lagian, kenapa harus di toilet perempuan, bujang?" tanya Tensura heran.
"Hehehe… soalnya toilet perempuan kan jarang dicek kalau ada pemeriksaan," jawab Futaro dengan cengiran lebar.
"Tapi kenapa bisa ketahuan?" tanya Kato, penasaran.
"Huh, ada cewek-cewek masuk. Jadinya ya ketahuan," jawab Futaro, sedikit tersipu.
"Huh, temanku ini agak miring juga, ya," ujar Tensura sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Ketika bel istirahat berbunyi, Futaro langsung mengajak Tensura dan Kato ke kantin. "Oi, Tensu, Kato, yuk ke kantin!"
"Aku males, titip ya," Kato memohon sambil bersandar di bangkunya.
"Kau ini punya kaki nggak tahu fungsinya, ya? Kalau terus minta dititip, ku doakan lumpuh, lho! Sudahlah, nitip apa?" gerutu Futaro.
"Hmm, roti isi, jus apel, sama kue mangkuk. Sisanya kau ambil aja," jawab Kato santai.
"Oke. Ayo, Tensu?" tanya Futaro.
"Hm, ayo," Tensura setuju, lalu mereka berdua melangkah keluar kelas menuju kantin.
Di perjalanan, tiba-tiba Futaro nyeletuk, "Eh, kau sudah dengar belum rumor yang lagi beredar?"
"Hm? Rumor apa?" tanya Tensura penasaran.
"Itu, lho. Katanya, ada kejadian aneh di pemukiman dekat sekolah. Beberapa siswa kabarnya menghilang setiap sore."
"Ah, aku nggak dengar. Kenapa?"
"Jadi, tadi aku niatnya bolos buat cari tahu kebenaran rumor itu… dan cari tahu ke mana para siswa yang hilang itu pergi," ujar Futaro, matanya berkilat nakal dan penuh semangat.
Tensura hanya mendengus sambil tersenyum kecil. Mereka melanjutkan perjalanan menuju kantin, tanpa sadar rasa penasaran pun mulai muncul dalam benak Tensura.