Saat Liu Chuan masih sibuk mengurus urusan cabang perusahaannya di Amerika, perusahaan Sega juga mengadakan rapat untuk membahas berbagai permintaan tidak masuk akal dari Drakonic. Mereka menganggap bahwa ini hanyalah perusahaan kecil yang baru didirikan dan kebetulan saja berhasil membuat game yang sukses. Meski pemimpinnya punya latar belakang yakuza, siapa dia sampai berani mengajukan syarat-syarat kepada Sega? Sebagai raksasa di dunia arcade, Sega juga punya harga diri.
Dengan banyaknya suara yang menentang, rencana kerja sama Sega dengan Drakonic sementara dihentikan. Namun, begitu versi arcade berlisensi dari NS-Shaft dirilis, game ini segera membanjiri pasar arcade Jepang, dengan ribuan hingga puluhan ribu unit mesin arcade yang dipasang di berbagai tempat di seluruh negeri.
Tak hanya di arcade, bahkan beberapa restoran membeli mesin arcade NS-Shaft agar para pelanggan yang sedang menunggu bisa bermain. Tak disangka, malah semakin banyak pelanggan yang datang dan antre. Melihat tren game NS-Shaft yang menguasai Jepang, Sega mulai panik. Sega sangat ingin agar game tersebut hadir di konsol MARK III mereka!
Sega pun akhirnya menyetujui hampir semua permintaan dari Drakonic. Kurang teknisi? Mereka menyediakan tenaga ahli. Kurang jaringan distribusi? Sega menawarkan jaringan penjualan mereka. Butuh pendanaan? Tentu tidak, Sega tahu bahwa Drakonic sebenarnya sudah meraup untung besar, bahkan Sega dengan sukarela menawarkan layanan keuangan gratis untuk mengurus laporan mereka! Selain itu, Sega bahkan bersedia mengurangi persentase bagi hasil untuk game konsol demi menunjukkan ketulusan dalam bekerja sama.
Ketika Liu Chuan kembali ke Jepang setelah menyelesaikan urusannya di Amerika, tim teknisi dari Sega sudah tiba di perusahaan Drakonic, hanya menunggu Liu Chuan untuk memulai proyek porting NS-Shaft. Namun, begitu Liu Chuan melihat siapa yang Sega kirimkan untuk mendukung teknis konsol MARK III, dia langsung terkejut.
Sega sangat dermawan! Mereka mengirimkan sosok ini?! Yaitu pencipta Sonic—satu-satunya IP Sega yang mampu bersaing dengan IP besar Nintendo di pasar Amerika. Kini, sang pencipta Sonic, Yuji Naka, telah dikirim oleh Sega sebagai penasihat teknis untuk Drakonic. Liu Chuan merasa sangat beruntung.
Sonic, satu-satunya karakter ikonik yang mampu menandingi Mario dari Nintendo! Awalnya, Liu Chuan berencana membuat karakter ikonik serupa dalam dua tahun ke depan, tapi sekarang tidak perlu. Penciptanya sendiri sudah hadir; ia bisa duduk santai menikmati keuntungan. Meski Yuji Naka datang sebagai teknisi pinjaman dari Sega, Liu Chuan berniat agar dia tetap di sini. Rasanya sayang kalau membiarkan bakat seperti ini kembali begitu saja.
Kembali ke Jepang dari Tiongkok, perusahaan kedatangan Hideo Kojima; pergi ke Amerika, sekarang datang lagi Yuji Naka. "Kalau aku ke negara lain, apa aku akan mendapat kejutan lain lagi?" pikir Liu Chuan. Tapi ide itu untuk sementara waktu harus disimpan, karena Sega terus mendesaknya untuk segera merilis game NS-Shaft di konsol mereka.
Liu Chuan kemudian dengan ramah berkata kepada Yuji, "Yuji-san, apa sudah mulai terbiasa di sini? Kangen rumah? Aku tahu restoran Jepang yang enak, kita bisa pergi makan malam bersama nanti."
"Nani? Merindukan rumah? Bukannya ini masih Jepang?" Yuji Naka menatap Liu Chuan dengan penuh kewaspadaan, merasa agak aneh. Namun, dengan cepat Yuji Naka berubah kagum dengan keahlian Liu Chuan.
Seberapa lama sih waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah game? Perusahaan game besar bisa bilang bahwa mereka membutuhkan ratusan orang dalam beberapa tahun. Saat ini, bahkan untuk game yang sederhana sekalipun, butuh beberapa orang dalam beberapa bulan. Namun, dalam waktu satu hari, dengan bantuan Yuji Naka, Liu Chuan tak hanya berhasil memahami performa konsol MARK III tapi juga menulis alat pengembangan sendiri.
Di depan Yuji Naka, Liu Chuan langsung mengetik kode untuk memindahkan NS-Shaft ke MARK III. Yuji Naka pun takjub! Mereka berusia sama-sama 20-an tahun, tetapi mengapa Liu Chuan begitu hebat? (Liu Chuan: Ah, kamu tidak tahu, aku ini sudah melewati 10 tahun pengalaman kerja yang penuh pembelajaran keras!).
Sebagai seorang programmer, Yuji Naka mulai memandang Liu Chuan dengan penuh kekaguman. Namun, usai menyelesaikan kode NS-Shaft, Liu Chuan tidak berhenti; ia mulai menulis kode untuk game lainnya.
Untuk sebuah game berukuran beberapa puluh KB yang dijual seharga 4.800 yen, sebagai developer yang peduli, Liu Chuan merasa pemain merugi. Kalau begitu, kenapa tidak memanfaatkan sisa kapasitas kartu game itu dan memberikan satu game tambahan gratis sebagai hadiah? Sebab, membiarkannya kosong hanya buang-buang ruang.
Liu Chuan kemudian mengembangkan game kecil lainnya: Flappy Bird! Ini adalah game sederhana yang awalnya dibuat oleh programmer pemula, permainannya bahkan lebih mudah daripada NS-Shaft, hanya mengendalikan seekor burung yang harus terbang melewati celah-celah rintangan. Meski sangat sederhana, game ini di masa depan juga akan populer.
Namun, dalam versi yang dibuat Liu Chuan, karakter burung digantikan oleh karakter Wario yang mengendarai pesawat baling-baling. Melalui game NS-Shaft, Wario, si penjahat ini, semakin terkenal, menjadi maskot pertama Drakonic.
Yuji Naka tampak bingung, lalu bertanya, "Liu Chuan-san, ini maksudnya apa? Bukankah Sega hanya meminta porting NS-Shaft, kenapa Anda malah buat game lain?"
"Yah, Yuji, ini hadiah tambahan untuk pemain," kata Liu Chuan sambil tersenyum. Meski nama perusahaan ini mengandung kata "Naga," tapi pemain tetap perlu diperlakukan dengan baik.
"Tapi, bukankah game ini terlalu sederhana?" kata Yuji Naka, mencoba mencari kata-kata yang halus.
"Sederhana? Coba mainkan dulu," tantang Liu Chuan. Yuji Naka yang tidak percaya kemudian duduk dan mulai bermain. Sederhana tapi menantang, membuatnya ingin terus mencoba meski selalu gagal.
Tanpa sadar, Yuji Naka sudah menghabiskan satu jam untuk bermain sampai Liu Chuan menepuk pundaknya. "Bagaimana? Seru, bukan?"
"Seru sekali! Kamu jenius, Liu Chuan-san. Nama game ini apa?" tanyanya.
Liu Chuan berpikir sejenak lalu menjawab, "Mari kita beri nama Escape to Freedom."
...
Wario hanya bisa pasrah pada kreativitas Liu Chuan: "Dasar, buat aku lompat 100 lantai, sekarang suruh aku bebas. Kapan aku boleh istirahat?"
Liu Chuan: "Diam! Kalau banyak mengeluh, nanti kamu harus menemani Luigi ke rumah berhantu!"
Wario: "Hah, aku tidak takut hantu!"
Liu Chuan: "Benarkah? Bagaimana dengan rumah hantu di Sillent Hill?"
Wario: "Ampun bos!! Aku akan jadi pilot saja."