Pekarangan rumah pak Usman.
Tiba di rumah itu, rumah itu
terlihat sepi,
Tok.. Tok.. tok!!"Assalamu'
alaikum pak"
Salwa mengetuk pintu pak
Usman.
"Walaikum salamn"sahut
suara wanita dari dalam, tak lama
pintu di buka istri pak Usman.
"Buk pak Usman nya ada"
tanya salwa sopan
"Owalah nak salwa, silahkan
masuk,Mereka pun masuk, wajah
istri pak Usman terlihat cemas,
beberapa kali gerak tubuh nya
terlihat gelisah,
"Pak Usman nya ada buk? "
Tanya salwa sekali lagi
"Suami saya jarang pulang ke
rumah, semenjak Hastaru menghilang, beliau terus mencari
nya, ke kampungitu jelas wanita
itu gelisah.
"Saya turut prihatin buk, saya
sudah dengar berita tentang
Hastaru, ibu yang sabar ya saya do'
akan salwa bisa ditemukan secepat
nya"salwa turut prihatin dengan
kabar hilang nya Tari,
"Tolong saya nak, tolong
bawa kembali pak Usman, saya
tidak ingin kehilangan suamni saya,
saya tidak ingin kehilangan lagi"
istri pak Usman tak dapat
membendung air mata nya, di
bersimpuh memohon, sepertinya
dia sudah sangat kehilangan,
"Iya iya ibu, tenang ya, kami
akan membantu pak Usman, do'
akan semua baik baik saja"ucap
Anisa sambil mengelus punggung
wanita itu, Arif dan Sapta
hanya bisa diam menyaksikan
peristiwa itu, mereka tak bisa
berkata apa apa, mereka turut
prihatin dengan keadaan
kampung ini sekarang, siapa
sangka, kampung Jahannam itu
mencari tumbal sampai ke desa
desa tetangga nya, ya korban
korban yang hilang itu pasti
bukan hanya di desa ini saja, pasti
mereka terus mencari di luar luar
korban untuk dijadikan tumbal.
Tak berlama lama mereka
pamit pergi, sudah tidak ada
waktu untuk bersantai santai lagi,
mereka harus menyelidiki apa
yang sebenar nya yang ada di
kampung itu,Motor mnereka terus melaju,
memecah jalan berbatu dan hutan hutan kecil di kiri kanan jalan.
Hari sudah menjelang siang,
rencana nya mereka akan ke
rumah lama salwa kedatangan
mereka tidak boleh terlihat
mencurigakan,Salwa sudah mempersiapkan alasan agar mereka bisa tinggal dikampung itu,Tiga puluh menit berkendara,tibalah mereka di gapura
kampung itu, tampak gapura itu
sudah kusam, memasuki kampung itu, sejenak bulu kuduk merinding, aura nya langsung berubah, bau kembang melati
tercium, sesekali bau dupa juga semerbak, rumah rumah di sana
terlihat menaruh beberapa dupa
di dinding rumah mereka.
"Astagfirullahalazim, kok jadi seperti ini kampung ini" batin salwa
"Kak!!! A wass!! "pekik anisa, Ccriiieeeettt...!! Salwa mengerem mendadak, mereka di hadang sesosok nenek nenek yang berdiri ditengah jalan,
Melihat salwa ngerem mendadak dari depan, arif dan Sapta yang di belakang pun, mengerem secara bersama an.
Sosok nenek nenek itu terlihat memakai baju kebaya jadul,rambutnya putih di sanggul, dia tampak menatap rombongan
Salwa dengan tatapan tidak suka,melihat itu salwa langsung turun dari motornya dan menghampiri nenek tua itu, Belum semnpat salwa menyapa,Jangan ikut campur!l, atau kalian akan mati!!"Ucap nenek itu lantang,seakan-akan sudah mengetahui maksud dan tujuan mereka
kesana, aneh, salwa dan anisa sudah bertahun-tahun tinggal di kampung itu tapi tidak mengenal nenek ini, siapa beliau ini? ? Batin salwa.
"Pergii!!! Pergi dari sini...! "
pekik nenek tua itu sambil
menunjuk ke arah jalan keluar
kampung itu
"Assalamu'alaikum nek, maaf
nenek siapa ya, sudah lama
tinggal di kampung ini? " tanya salwa sopan.Nenek itu diam, tak
menjawab pertanyaan salwa,
matanya terus melotot dengan
tajam ke arah Salwa dan yang lain
nya. Merasa tidak beres Salwa
seakan sudah paham, seperti nya
nenek ini sangat tidak suka
dengan kehadiran mereka semua.
"Saya salwa, saya lahir
dan tumbuh di kampung ini,
seumur umur saya disini, saya
tidak pernah melihat nenek,
nenek tidak ada hak mengusir
saya, ini tanah kelahiran saya,
saya kemari ingin melihat rumah
dan sawah peninggalan orang tua
saya, permisi! Assalamu'alaikum."
Salwa lalu naik ke motor nya, dan
memberi kode pada dua teman di
belakang untuk segera
melanjutkan perjalan mereka,
Salwa mengabaikan nenek itu
begitu saja, arif dan Sapta pun
segela melaju, mengikuti laju
motor Salwa di depan mereka.
Mereka mepet ke pinggir mencari jalan, karena nenek itu memang
lah berdiri pas di tengah tengah
jalan, nenek itu terus melototi
mereka, Arif dan Sapta
menundukan kepala mereka
dengan sopan,tanda mereka
menghormati orang tua,
sekalipun kehadiran mereka tak
diinginkan.motor mereka berlalu,
tapi nenek itu tetap berdiri di sana
menatap mereka tanpa henti.
Mereka pun kenmbali melewati
beberapa rumah penduduk yang
berjarak berjauhan.
Semua tampak sepi, hanya
ada beberapa orang yang terlihat
berada di rumah, mereka pun tak
henti henti nya menatap Salwa dan yang lain nya, tatapan seperti
harimau yang melihat mangsa
nya, rumah rumah penduduk
disana telihat bagus bagus
berbeda dengan dahulu, rata rata
sudah bangunan permanen,
terlihat pula beberapa mobil
terparkir di depan rumah mereka,
padahal dulu rata rata rumah
rumah di sana terbuat dari kayu,
salwa takjub sekaligus heran
melihat pemandangan di desa nya
itu, terlihat warga warga disana
berkembang maju.Tibalah mereka di
persimpangan di dekat surau,surau itu terlihat terbengkalai,semak semak memenuhi halaman nya, warna dinding nya sudah pudar cat nya, tampak sekali tak pernah di gunakan, salwa dannyang lainnya sudah tak heran lagi,pasti lah warga sini tak pernah ibadah di surau ini. Melawati surau dan persawahan warga,
tibalah mereka di rumah Salwa
dahulu, Salwa membelokan motor
nya ke halaman rumah nya,
diikuti motor Arif dan Sapta,
setelah memarkirkan motor
mereka, Ratih dan yang lain nya
pun turun dari motor mereka,
sejenak mereka memandangi
rumah itu, rumput tampak tinggi
menjulang, serta tanaman
merambat mulai menjalar ke dinding rumah, salwanmemandangi keadaan rumah itundengan meneteskan air mata,
begitu juga anisa, rumah itu menyimpan banyak kenangan masa kecil nya, masa masa di mana keluarga nya masih lengkap,ayah ibunya masih ada, saat itu
kampung ini masih normal,kampung yang orang orang nyamasih ramai, dan penuh keceriaan, lalu salwa melangkah
ke pintu belakang, dia Ingat betul,
waktu itu mereka pergi dari pintu
belakang,Krieettt!! Suara deritan
pintu belakang yang di buka salwa,
bau lembab khas rumah kosong menyambut mereka, salwa segera
ke membukakan pintu depan yang terpalang waktu itu, Arif dan Sapta menunggu di depan,sementara anisa mengekor sejak tadi,Pintu di buka, arif dan Sapta dipersilahkan untuk
masuk kerumah nya. Assalamu'alaikum "salam Arif sapta bersamaan.
"Walaikumsalam"jawab salwa dan anisa bersamaan pula,Untung dikamar ibunya ada tikar yang disimpan, tikar yang hanya mereka keluarkan ketika ada tamu yang datang, mereka pun berdua yang sepupuan itu berbaring di tikar itu.