Dipersimpangan Jalan

Malam hari berikutnya Musashi tiba digedung tua sesuai dengan alamat terakhir yang ia dapatkan, sebuah gedung terlantar yang terletak diujung jalan yang sunyi dan gelap.

Lampu jalan berkelip-kelip dan udara malam terasa berat. Gedung ini terlihat tidak terawat, dengan jendela-jendela pecah dan pintu kayu yang berderit ketika Musashi mendorongnya.

"Setiap langkah mendekatkanku pada jawaban, tapi juga pada bayang-bayang yang lebih pekat. Aku tahu tempat ini tidak akan memberiku kemudahan… tapi aku sudah terlalu jauh untuk berhenti."

Musashi melangkah masuk ke dalam gedung. Suara langkahnya bergema didalam ruangan yang kosong, dan debu-debu menyelimuti seluruh lantai. Namun, ada bekas jejak kaki yang terlihat jelas menuju kesebuah tangga kayu tua diujung ruangan.

Musashi menaiki anak tangga perlahan dan menimbulkan suara berderit. Setibanya dia tiba dilantai atas, dua pria bertopeng sudah menunggunya. Salah satunya tampak membawa senjata api, sementara yang lain menggenggam pedang besar. Mereka menatap Musashi dengan mata penuh kebencian, seolah-olah sudah siap menghadangnya mati-matian.

"Kau benar-benar keras kepala, Musashi. Seharusnya kau berhenti sebelum terlambat." Pria bertopeng satu mengejeknya.

"Aku hanya mencari jawaban. Jika kalian tahu di mana Aiko, berikan padaku. Tidak perlu membuat ini menjadi lebih sulit." Sanggah Musashi dengan nada tegas.

"Jawabannya adalah tidak untukmu, Musashi. Dunia ini penuh rahasia, dan kau terlalu banyak tahu." Timpal Pria bertopeng dua.

Musashi mencoba menahan emosinya, mengetahui bahwa ini mungkin satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan petunjuk tentang Aiko. Dia menatap tajam kedua pria bertopeng itu, menunjukkan bahwa dia tidak akan mundur begitu saja.

Musashi :"Aku tidak meminta banyak. Hanya satu jawaban. Jika kau tidak mau memberikannya dengan baik-baik, aku akan mengambilnya dengan cara lain."

"Silakan coba, Musashi. Tapi kau akan menyesal." Pria bertopeng satu tertawa sinis.

Pria bertopeng satu mengangkat senjata apinya, menembakkan beberapa tembakan ke arah Musashi. Musashi menghindar dengan gerakan cepat, berlindung di balik pilar beton yang sebagian hancur. Saat dia mencoba mendekat, Pria bertopeng dua menyerangnya dengan pedang besar, memotong udara dengan kekuatan mematikan.

Pertarungan sengit dimulai. Musashi harus menghadapi dua lawan yang saling melengkapi—satu dengan senjata api dan yang lain dengan kekuatan fisik. Musashi bergerak cepat berusaha mendekati Pria satu yang memegang senjata api, ia bermaksud untuk menonaktifkannya. Tetapi Pria bertopeng dua menyerang dengan pedang besar, memaksa Musashi untuk mundur.

"Ini lebih dari sekadar ujian fisik. Mereka menguji tekadku, memaksa aku untuk bertahan... atau menyerah. Tapi aku tidak akan menyerah." Gumam Musashi.

Musashi menghindar dengan lincah, ia memutar tubuhnya untuk menghindari tembakan dan serangan pedang yang datang dari segala arah. Satu tembakan meleset dekat wajahnya, menggores kulit pipi kirinya, meninggalkan darah yang menetes.

"Berhentilah berlari, Musashi. Tidak ada gunanya melawan kami!" Tutur Pria bertopeng satu

Musashi tidak menjawab, dia hanya mengatur napas dan memfokuskan gerakannya. Dalam satu gerakan cepat, dia menendang kursi kayu ke arah Pria bertopeng yang bersenjata api, membuatnya kehilangan keseimbangan sejenak.

"Kau ingin aku berhenti?.... Aku justru baru saja memulai." Ucap Musashi dengan suara rendah .

Memanfaatkan gangguan itu, Musashi menerjang maju, menyarungkan pedangnya dengan cepat ke tubuh Pria bertopeng satu, melucuti senjatanya dan menjatuhkannya ke tanah. Namun, Pria bertopeng dua tidak tinggal diam dan menyerang dengan pedang besar.

Pertarungan semakin intens saat Pria bertopeng kedua menyerang Musashi dengan serangan yang bertubi-tubi. Musashi hampir tidak memiliki waktu untuk menarik napas, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Dia menahan setiap serangan dengan cerdik, membaca gerakan lawan dan menunggu kesempatan.

Namun, lawannya sangat kuat. Dalam satu momen yang kritis, pedang Pria bertopeng dua itu hampir mengenai tubuh Musashi. Musashi menangkis serangan itu, tapi dorongan besar membuat dia terdorong mundur dan terpental ke dinding. Rasa sakit menjalar di tubuhnya, namun dia tetap fokus.

"Apa kau merasa lelah, Musashi? Kenapa tidak menyerah saja?" Pria Bertopeng dua tertawa sinis.

"Aku sudah terlalu jauh untuk berhenti." Jawab Musashi dengan senyuman lemah.

Musashi berusaha bangkit, napasnya terengah-engah namun pandangannya tetap fokus. Dia mengumpulkan kekuatannya yang tersisa, lalu melancarkan serangan balik yang tak terduga. Dengan gerakan cepat, dia menusukkan pedangnya ke sisi tubuh Pria bertopeng dua, membuatnya tersentak dan terjatuh kelantai.

Meski terluka parah, Pria bertopeng dua tetap berusaha bangkit, menolak untuk memberi Musashi informasi yang dia cari. Dia tersenyum pahit, seolah tahu bahwa ini adalah akhir dari pertempurannya.

"Katakan di mana aku bisa menemukan Aiko. Jika kau tahu apa pun, katakan sekarang!" Perintah Musashi dengan penuh nada kemarahan.

Pria Bertopeng dua :"Kau tidak akan pernah menemukannya… dia sudah lama menghilang ke dalam bayang-bayang. Kau hanya membuang-buang waktumu."

Pria itu jatuh pingsan sesaat setelah ia berbicara, meninggalkan Musashi tanpa jawaban yang jelas. Musashi berdiri dengan napas berat, perasaan kecewa menyelimuti dirinya. Namun, dia melihat sesuatu berkilau di saku pria tersebut—sebuah liontin dengan inisial Aiko tertulis di atasnya.

Dia mengambil liontin itu, menggenggam erat di tangannya, merasakan kehangatan yang aneh mengalir di dadanya. Meski tidak mendapat jawaban langsung, dia tahu bahwa ini adalah petunjuk lain yang membawanya lebih dekat pada kebenaran.

Musashi :"Setiap petunjuk meskipun samar, membawaku lebih dekat. Aku tidak akan berhenti sampai aku menemukanmu, Aiko."

Musashi berjalan menjauh dari gedung tua itu, tubuhnya terluka dan lelah, namun tekadnya tetap membara. Dia menyimpan liontin tersebut sebagai harapan baru, sebagai janji bahwa dia akan terus mencari hingga menemukan kebenaran.

Musashi :"Bayangan ini tidak akan pernah menelanku. Aku akan menembus kegelapan untuk menemukan cahaya yang tersembunyi di baliknya."