Setelah menemukan surat dari Aiko di ruang terakhir, Musashi berjalan keluar dari terowongan. Langit sudah mulai terang, dan suasana pagi membawa sedikit kedamaian setelah malam yang panjang dan penuh ketegangan. Meski lelah, tekad Musashi semakin kuat untuk mengungkap kebenaran sepenuhnya.
"Suratmu Aiko… Kau meninggalkan petunjuk, namun juga menyisakan luka. Jika ini adalah jalan yang kau pilih, maka aku akan mengikutinya sampai akhir."
Dia menggenggam liontin Aiko yang ada di saku, memutuskan untuk mencari lebih banyak jawaban dengan harapan bisa menemukan kedamaian di balik segala keraguan.
*******
Musashi berjalan menuju rumahnya, tapi kali ini ia memilih jalan memutar dan sengaja melewati taman kota. Ia berencana ingin menghirup udara pagi ditaman itu sambil menyusun ulang mindanya.
Musashi tiba di taman kota, tempat di mana dia dan Aiko dulu sering menghabiskan waktu bersama. Taman ini adalah tempat penuh kenangan, namun kini terasa berbeda, seolah-olah dihantui oleh bayang-bayang masa lalu. Di bangku taman, seorang pria berdiri menunggunya. Pria itu adalah seorang anggota organisasi, terlihat jelas dengan liontin yang ia selipkan pada pin kerah baju yang ia kenakan.
Pria Misterius mengangguk pada Musashi :"Musashi. Aku mendengar kau ingin tahu kebenaran tentang Aiko."
"Jika kau tahu sesuatu, katakan padaku sekarang. Aku lelah dengan permainan ini." Sahut Musashi dengan nada tegas.
Pria Misterius :"Aiko adalah bagian dari kami, tapi dia memilih untuk meninggalkan organisasi karena sesuatu yang lebih besar dari pada kita semua."
Musashi terdiam, mencoba memahami maksud dari kata-kata pria tersebut.
Pria misterius itu mengajak Musashi duduk di bangku taman. Dia mulai bercerita tentang bagaimana Aiko menemukan sesuatu yang membahayakan dirinya dan organisasi. Sebuah rahasia yang melibatkan kekuatan besar yang tersembunyi di balik organisasi ini. Pria itu membeberkan alasan mengapa Aiko memutuskan untuk pergi dan dia ingin melindungi sesuatu yang sangat berharga baginya.
Pria Misterius :"Aiko tahu terlalu banyak. Dia tahu bahwa organisasi ini bukan sekedar bayang-bayang… kami adalah penjaga dari sesuatu yang lebih besar. Dan dia tidak ingin kau terlibat."
"Jika dia ingin melindungiku, mengapa dia tidak mengatakan apa pun? Mengapa dia meninggalkanku dalam kegelapan?" Timpal Musashi dengan tegas.
Pria Misterius :"Karena itulah harga yang harus dia bayar. Dia memilih jalan yang penuh bahaya agar kau bisa bebas dari bayang-bayang ini."
Musashi merasa kecewa dan tertekan, tetapi juga mulai memahami pengorbanan Aiko yang lebih besar daripada yang dia bayangkan.
Pria misterius itu memberi tahu Musashi tentang tempat terakhir di mana dia bisa mendapatkan jawaban penuh. Itu adalah sebuah gudang tua di luar kota, di mana organisasi menyimpan catatan dan bukti dari operasi-operasi mereka. Pria itu memperingatkan bahwa tempat itu dijaga ketat dan hanya orang-orang terpilih yang diizinkan masuk.
*****
Keesokan harinya Musashi berangkat menuju gudang dengan tekad bulat, siap menghadapi apa pun demi mengungkap alasan terakhir yang mungkin menjadi kunci untuk memahami seluruh misteri ini.
Malam harinya Musashi tiba di depan gudang tua yang terpencil, dengan hanya beberapa lampu yang berkelap-kelip di tengah kegelapan malam. Di dalam terdengar suara langkah kaki dan percakapan yang terputus-putus. Dia tahu bahwa tempat ini penuh penjagaan, tapi dia tidak akan mundur.
Musashi menyelinap masuk melalui pintu samping, bergerak dengan hati-hati melewati bayangan, berusaha menghindari para penjaga yang berpatroli.
Saat Musashi melangkah lebih dalam, dia dikejutkan oleh suara alarm yang memecahkan keheningan. Beberapa penjaga yang berada di dekatnya segera bersiap dengan senjata terhunus, menghalangi jalannya. Musashi menatap tajam mereka dan tangan yang siap di gagang pedangnya. Jumlah musuh jauh lebih banyak, tapi dia tahu tak ada pilihan untuk mundur.
Penjaga pertama menerjangnya dengan senjata tongkat pendek. Musashi menghindar ke samping, mengayunkan pedangnya dengan akurat, memotong tongkat dan mengenai tangan penjaga tersebut. Penjaga itu jatuh berteriak, tapi sebelum Musashi sempat bergerak lagi, dua penjaga lain menyerang bersamaan.
Musashi bergerak cepat, mengelak kebelakang lalu melompat kedepan, mengayunkan pedangnya dengan cekatan. Salah satu penjaga berhasil menangkis, tapi serangan balik Musashi tak terhindarkan. Dia mengarahkan kedua pedangnya kearah tubuh penjaga yang lain, melukai bahunya dan membuatnya jatuh.
Dua penjaga berikutnya mendekat, membawa senjata lebih berat. Salah satu dari mereka mengayunkan kapak besar, sementara yang lain memegang belati tajam, bersiap menyerang dari jarak dekat. Musashi menghitung setiap langkah, mencari celah di antara gerakan mereka.
Penjaga dengan kapak mengayunkan senjatanya dengan kuat, hampir mengenai Musashi. Dia berputar cepat, menghindari serangan, dan dengan gerakan cekatan menebas pergelangan tangan penjaga tersebut. Kapak jatuh ke lantai dengan meninggalkan bunyi keras.
Penjaga lainnya mencoba menikam dari belakang, tetapi Musashi merasakan kehadirannya. Dia memutar tubuhnya ke samping, menangkap tangan penjaga itu, lalu menghantamkan gagang pedangnya ke wajah pria tersebut. Penjaga itu terjatuh ke tanah, tak sadarkan diri.
Penjaga Terakhir yang berada disekitar Musashi berteriak dan terengah-engah :"Dia terlalu kuat! Semua orang, kumpul di sini!"
Lebih banyak penjaga mendekat, kali ini jumlah mereka dua kali lipat dari sebelumnya. Musashi tahu dia tidak bisa bertahan terlalu lama jika dikepung. Dia menatap mereka dengan tekad, menarik napas dalam untuk memulihkan tenaganya.
Pertarungan semakin sengit. Musashi menggunakan setiap taktik yang dia miliki, memanfaatkan bayangan di sekelilingnya untuk mengelak dan menyerang dengan cepat. Setiap serangan dipenuhi dengan akurasi yang mematikan. Meskipun terluka Musashi tetap bertahan.
Setelah beberapa menit, hanya beberapa penjaga yang tersisa. Mereka mulai menunjukkan tanda-tanda ketakutan dan mundur sedikit demi sedikit.
"Jika kalian ingin hidup, tinggalkan tempat ini sekarang." Gertak Musashi dengan suara tajam dan dingin .
Penjaga yang tersisa saling berpandangan, lalu mulai melarikan diri, meninggalkan gudang dalam keadaan sepi. Meski lelah dan terluka, Musashi berdiri dengan napas berat namun tatapannya tetap teguh.
Setelah semua penjaga itu kabur tunggang-langgang, Musashi berjalan masuk kearah ruangan gudang yang lebih dalam. Gudang itu tidak memilih banyak ruang, hanya ada satu ruang besar yang penuh dengan peti-peti kayu bekas penyimpanan barang. Dan diujung ruangan yang besar itu terdapat satu ruangan yang lebih kecil dari ruangan yang pertama.
Musashi masuk kedalam ruangan kecil ini. Didalam ruangan tidak banyak barang-barang, hanya ada sebuah meja yang diatasnya banyak terdapat arsip-arsip yang saling bertumpukan.
Musashi mendekati meja itu, iapun mulai membuka arsip itu satu persatu dengan cepat. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah arsip rahasia yang berisi catatan-catatan dan foto Aiko. Di sana tertulis rincian misinya dalam organisasi, dan alasan mengapa dia memilih untuk meninggalkan segalanya.
Di antara berkas-berkas, Musashi menemukan surat lain dari Aiko yang ditujukan kepadanya.
Surat dari Aiko:
"Musashi, jika kau membaca ini, maka kau telah menemukan jawabannya. Aku tahu ini bukan yang kau harapkan, tapi aku tidak bisa membiarkanmu terjebak dalam dunia ini. Aku memilih jalan ini untuk melindungi sesuatu yang lebih besar dari kita… sesuatu yang mungkin kau akan pahami suatu hari nanti. Aku harap kau bisa menemukan kedamaian tanpa bayang-bayangku."
Musashi menggenggam surat itu. Dan dalam sekejap, perasaannya terhempas kedalam pusara emosi yang tak terlukiskan. Tubuhnya seakan kehilangan kekuatan, seolah semua penopang hidupnya runtuh tanpa sisa. Ia jatuh terduduk disamping meja, pandangannya kosong, tersesat diantara kata-kata yang baru saja ia baca.
Ditengah keheningan yang menyelimuti, Musashi merasa bimbang dan tak tahu kemana ia harus Melangkah? Haruskah ia terus berjalan dalam dunia yang kini terasa hampa?
Namun, saat matanya tertuju pada satu dokumen berwarna coklat usang yang sedari tadi tergeletak diatas lantai menarik perhatiannya. Jemari yang tadinya gemetar, meraih dokumen itu dan mebukanya. Didalam dokumen itu, diantara tulisan yang pudar, ia mendapati sketsa sederhana. Itu adalah bentuk sebuah peta yang menggambarkan jalur menuju sebuah tempat terpencil di atas bukit. Di bagian atas peta, tertulis dengan jelas "Kuil Tua Mikage." Nama itu menggugah rasa penasaran Musashi. Kuil ini tampaknya terkait erat dengan organisasi dan mungkin menyimpan rahasia yang telah lama terkubur.
Di samping peta, selembar catatan pendek terlipat rapi, seakan menunggu untuk ditemukan. Tulisan tangan yang samar mengungkapkan pesan singkat namun dalam, seolah berasal dari seseorang yang sangat mengenal Aiko:
"Di tempat ini, aku berharap kau menemukan kedamaian yang kucari… atau mungkin kebenaran yang perlu kau ketahui."
Kata-kata itu meski samar mengandung makna yang mendalam, seakan menuntunnya ke arah jawaban yang ia cari. Dengan dorongan rasa ingin tahu yang menguat, Musashi bangkit dari keterpurukannya, ia berpegang pada secercah harapan untuk menemukan penjelasan yang selama ini memudar. Peta ini bukan hanya petunjuk menuju kuil, melainkan undangan untuk memahami alasan dibalik pilihan Aiko. Pilihan yang membawanya menjauh dan terlibat dalam jalan gelap organisasi.