Setelah Musashi keluar dari kuil, ia menuruni anak tangga yang ada didepan gerbang kuil tersebut. Disamping kanan dan kiri tangga terdapat jajaran pohon sakura. Pohon-pohon Sakura yang berjajar itu mungkin adalah taman-taman penyambut tamu bagi orang-orang yang datang kekuil dahulunya.
Selangkah demi selangkah Musashi menuruni anak tangga dengan tubuh sedikit gontai. Ia kelelahan, seluruh jiwa dan raga memaksanya untuk beristirahat, tapi ia enggan melakukannya saat ini.
Dan disaat itu pula terdengar sayup-sayup suara yang memanggil-manggil namanya, suara itu lembut dan menenangkan. "Musashi ….Musashi… Musashi ?"
Musashi menghentikan langkahnya, ia menoleh kekiri dan kanan mencari dari mana arah sumber suara itu berasal.
Sambil terus fokus mendengarkan suara itu, Musashi melangkah mendekati sebuah pohon Sakura yang berada ditepi kolam samping kanan kuil.
Dibawah pohon itu, Musashi melihat sesosok wanita yang sedang berdiri menatap kearah kolam dan membelakangi arah Musashi berdiri saat ini. Wanita itu tampak tenang, ia mengenakan kimono berwarna putih dengan rambut yang terurai.
Sesaat Musashi sudah berada didekatnya, wanita berpakaian kimono putih itu berbalik dan menatap kearah Musashi dengan senyuman. Musashi terpaku, tidak percaya melihatnya, seolah waktu berhenti disekitar mereka.
Musashi berisik dengan suara gemetar :"Aiko…. Ini benar-benar kamu?"
"Musashi … sudah lama sekali ya?" Aiko tersenyum lembut.
Musashi mendekat, ia masih tak percaya dengan apa yang ada didepan matanya saat ini. Tangannya gemetar, mencoba menyentuh wajah Aiko, tetapi dia merasa seolah-olah menyentuh bayangan. Aiko tampak nyata, tetapi ada keheningan yang mengisyaratkan bahwa ini adalah pertemuan yang berbeda.
"Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya aku menemukanmu. Tapi mengapa rasanya seperti ini bukanlah awal… melainkan akhir?" Ucap Musashi lirih dan terdiam, hatinya diliputi perasaan yang bercampur aduk.
Aiko tersenyum lembut padanya, tatapannya penuh kehangatan dan kedamaian .:"Musashi… kau datang mencariku sejauh ini?"
"Aku tidak bisa membiarkanmu hilang begitu saja, Aiko. Aku harus menemukanmu, apa pun yang terjadi." Jawab Musashi dengan penuh haru.
Aiko tersenyum lembut
"Aku tahu. Tapi jalan yang kupilih ini adalah milikku, jalan yang sudah kutentukan sendiri."
Musashi mendekati Aiko, berusaha mengulurkan tangannya lagi untuk menyentuhnya, tetapi entah bagaimana, ada jarak tak terlihat di antara mereka. Aiko tersenyum, wajahnya penuh ketenangan.
Musashi dengan suara gemetar :"Kenapa kau tidak mengatakan apa pun padaku? Kenapa harus pergi seperti ini?"
Aiko :"Karena aku tidak ingin kau ikut terseret dalam kegelapan yang kutempuh. Dunia yang kutinggalkan adalah dunia yang penuh bayangan, dan aku ingin kau tetap bebas."
Musashi menunduk, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Aku rela melewati semua ini bersamamu, Aiko. Kita bisa menghadapi apa pun bersama."
"emmmmm" Aiko menggelengkan kepala :"Ini bukan tentang kita, Musashi. Ini tentang pilihan yang harus kutanggung sendiri. Tapi kau… kau adalah cahaya yang membimbingku meski dalam gelap sekalipun."
Aiko mulai memudar perlahan, seolah-olah tubuhnya hanyalah bayangan yang tak lagi bisa bertahan di dunia ini.
Aiko tersenyum lembut :"Musashi… teruslah hidup. Bawa kenanganku bersamamu, dan temukan kedamaian yang layak kau miliki."
Musashi berteriak, dengan nada putus asa :"Aiko, jangan pergi! Aku belum siap kehilanganmu lagi!"
Air mata Musashi mengalir tak terbendung lagi. Ia berlari sampai terjatuh-jatuh mengejar bayangan Aiko, tapi hanya kehampaan yang ia dapat.
Diasaat yang bersamaan, Musashi merasakan kehangatan yang aneh namun menenangkan, seolah-olah Aiko mencoba meninggalkan sentuhan terakhir untuknya.
Aiko tersenyum untuk terakhir kalinya, tatapan matanya penuh kasih sayang yang mendalam :"Kita tidak akan pernah benar-benar terpisah, Musashi. Kau akan selalu memiliki bagian dariku dalam hatimu. Musashi… teruslah hidup. Angkat pedangmu, buktikan bahwa kau tetaplah Musashi yang dulu. Musashi yang tak terkalahkan".
Dengan kata-kata terakhirnya, Aiko menghilang perlahan, meninggalkan cahaya kecil yang melayang di udara. Musashi jatuh berlutut, merasakan kehampaan yang mendalam, namun juga kedamaian yang samar.
******
Setelah cukup lama ia terpuruk, Musashi berdiri perlahan. Ia menyadari bahwa perjalanannya telah berakhir. Meski hatinya penuh dengan kehilangan, dia tahu bahwa Aiko ingin dia melanjutkan hidupnya dengan tenang.
"Aiko… kau mungkin telah pergi dari dunia ini, tapi bayanganmu akan selalu bersamaku. Aku akan terus hidup, membawa kenangan ini dalam langkahku."
Musashi menatap ke langit malam, merasa bahwa Aiko kini telah menemukan kedamaiannya sendiri. Dengan tekad baru, Musashi berjalan menurun bukit, bersiap untuk memulai hidup barunya yang penuh makna.