Setelah keluar dari gudang, Musashi menemukan sebuah petunjuk yang mengarahkannya ke sebuah kuil tua di atas bukit, tempat di mana rahasia Aiko mungkin tersembunyi.
Langit mendung, dan suasana penuh ketegangan saat Musashi menapaki jalan berbatu menuju kuil. Angin malam berdesir melalui pepohonan, menciptakan suasana mencekam.
Dari kejauhan nampak seperti tumpukan batu, dan bila Musashi mendekat semakin jelas menunjukan bahwa itu bentuk sebuah kuil. Kuil ini dulunya adalah tempat yang disucikan, tapi kini tampak seperti bangunan terlupakan yang dikelilingi oleh aura Misterius dan sunyi.
"Aku takkan berhenti, Aiko… tidak sampai kutemukan apa yang kau sembunyikan dariku." Ujar Musashi menguatkan diri.
Musashi mulai menaiki tangga menuju gerbang kuil, langkahnya pelan namun pasti. Setiap langkahnya menggema, seolah-olah kuil itu sendiri sedang menunggu kedatangannya
Saat Musashi mendekati pintu kuil, suara langkah kaki terdengar dari dalam. Sesosok pria keluar dari bayangan pilar-pilar kuil. Sosok itu adalah pria bertopeng yang pernah ia temui sebelumnya, namun kali ini tanpa penyamaran.
Wajah pria itu penuh luka, namun matanya memancarkan kebencian yang dalam. Musashi terkejut saat menyadari bahwa pria itu adalah Kenji, seseorang yang ia anggap sebagai teman.
"Akhirnya kita bertemu lagi tanpa Bayang-bayang Kenji…." Ucap Musashi memecah kesunyian. Namun Kenji hanya diam tak bergeming.
Musashi "Kenji? Kau…? Jadi, kau juga terlibat dalam semua ini?" Tanya Musashi masih dengan perasaan terkejut dan penuh kecewa.
Kenji tersenyum dingin :"Kau tak pernah mengerti, Musashi. Dunia ini bukan hanya hitam dan putih. Terkadang kita harus memilih jalan gelap untuk mencapai tujuan yang lebih besar."
Musashi :"Apakah tujuan itu termasuk mengambil Aiko dariku? Mengapa kau ikut campur dalam hidup kami?"
Kenji berbisik dengan nada menghina :"Aiko membuat pilihan, Musashi. Dan aku hanya memastikan dia tetap berada di jalan itu. Kau tak pernah paham apa yang sedang dia lindungi."
Musashi merasakan amarahnya membuncah. Kenji yang dia percaya ternyata adalah salah satu penyebab hilangnya Aiko.
Ketegangan antara mereka memuncak. Dan tanpa banyak kata, Kenji menarik pedangnya. Musashi yang masih dipenuhi dengan rasa marah dan pengkhianatan, bersiap menghadapi lawan yang pernah menjadi temannya itu.
Pertarungan dimulai dengan Kenji menyerang lebih dulu. Dia mengayunkan pedangnya dengan cepat dan presisi, memaksa Musashi mundur beberapa langkah. Pedang mereka beradu dengan bunyi nyaring yang menggema di sepanjang kuil tua.
"Kenji… kau bukan hanya pengkhianat, tapi juga penyebab dari setiap luka yang telah kulalui." Cetus Musashi sambil terus menangkis setiap serangan Kenji. Ia mencoba menemukan celah di antara serangan yang bertubi-tubi.
Kenji menyerang dengan kecepatan dan kekuatan yang tak terduga, menunjukkan keterampilannya yang setara dengan Musashi.
"Aku selalu lebih baik darimu, Musashi. Kau hanya hidup di bawah bayanganku, kau tak pernah tahu kebenaran." Kenji tertawa sinis saat menyerang.
Kenji mengayunkan pedangnya ke arah kepala Musashi, namun Musashi menghindar ke samping dan melakukan serangan balik, ia mengayunkan pedangnya ke arah tubuh Kenji. Kenji menangkisnya dengan cepat, lalu menendang Musashi ke belakang, membuatnya kehilangan keseimbangan.
Musashi kembali berdiri, napasnya berat namun tekadnya tetap membara. Dia maju kembali, menyerang dengan kombinasi serangan yang penuh ketelitian. Pedang mereka beradu dengan intensitas yang semakin memuncak, membuat percikan api di antara mereka.
Kenji berusaha membingungkan Musashi dengan gerakan yang tiba-tiba berputar dan menyerang dari sudut yang tidak terduga. Musashi nyaris terkena serangan di bahunya, namun dia memutar tubuhnya dan balas menyerang dengan kekuatan penuh.
Musashi berteriak penuh emosi :"Kau mengkhianatiku, Kenji! …..Dan demi apa?... Demi kekuasaan?... Demi organisasi ini?"
"Kau takkan pernah mengerti, Musashi! Aiko tahu apa yang harus dia lakukan, dan kau hanya menghalangi jalannya!" Jawab Kenji dengan suara keras dan penuh kemarahan.
Pertarungan semakin brutal, dengan masing-masing pihak berusaha mengalahkan yang lain. Musashi mengerahkan seluruh kemampuannya, menyerang dan menangkis setiap gerakan Kenji. Dia mengayunkan pedangnya dengan cepat, hampir mengenai Kenji beberapa kali.
Kenji balas menyerang dengan gerakan yang mematikan, namun Musashi terus menghindar dengan cekatan. Pertarungan ini adalah ujian terakhir mereka, sebuah konfrontasi yang sudah tak terhindarkan.
Dalam satu momen kritis, Kenji meluncurkan serangan dengan niat membunuh. Dia mengayunkan pedangnya dari atas, berusaha mengakhiri pertarungan dengan satu tebasan.
Musashi melihat celah dari serangan Kenji, dan dalam gerakan cepat Musashi menghindar ke samping dan membalas dengan serangan yang telak.
Pedang Musashi menembus sisi kanan tubuh Kenji tanpa sengaja, membuat pria itu terhuyung dan terjatuh, darah mengalir dari lukanya.
"Apakah …. Sudah harus berakhir ?..... apakah ini akhir takdirku" Ujar kenji Dengan terengah-engah dan suaranya yang lemah namun penuh penyesalan.
Musashi menatapnya dengan campuran emosi kemarahan, penyesalan, dan kesedihan. Meski Kenji adalah pengkhianat, dia pernah menjadi sahabat dekatnya.
Dengan nada rendah, Musashi bertanya :"Kenji… mengapa kau memilih jalan ini?".
Kenji tersenyum lemah, hampir tak terdengar :"Aiko… dia… dia melindungi sesuatu yang lebih besar… sesuatu yang hanya bisa kau temukan di kuil ini…"
Mendengar pernyataan yang baru saja dilontarkan Kenji, Musashi mendekati Kenji yang sudah terbaring lemah diatas lantai. Luka dalam tepat diUlu hatinya menyebabkan ia kehilangan banyak darah.
Musashi berjongkok disebelah tubuh Kenji, terbersit rasa bersalah dan iba dengan keadaan sosok didepan matanya saat ini.
Sesaat Musashi berada disisinya, Kenji meraih dan menggenggam tangan Musashi dengan sisa tenaga yang ia miliki, seolah ada banyak kata yang ingin ia utarakan tapi tak terucap. Tubuhnya perlahan-lahan lemas, dan akhirnya, dia pun meninggal.
Dengan hati yang berat, Musashi berdiri dari sisi tubuh Kenji dan memasuki bagian dalam kuil. Di dalam, dia menemukan sebuah ruang yang dipenuhi simbol-simbol kuno dan sebuah altar di mana sebuah benda kecil tertinggal. Musashi mendekati altar tersebut, melihat sebuah lonceng kecil dengan ukiran yang sama seperti milik Aiko.
Dahulu disela-sela waktu istirahat ketika mereka sedang berlatih pedang berdua, Aiko sempat menunjukan sebuah benda berharga peninggalan orang tuanya dan sealau ia bawa kemanapun ia pergi. Dan benda itu adalah liontin kecil yang saat ini ada ditangan Musashi .
Musashi menggenggam liontin itu, merasakan kehangatan yang aneh mengalir di telapak tangannya, seolah-olah ini adalah pesan terakhir dari Aiko.
"Aiko… apa yang sebenarnya kau lindungi? Apa yang sebenarnya kau sembunyikan dariku?" Gumam Musashi.
Musashi menatap lonceng kecil itu, perasaan campur aduk memenuhi hatinya. Dia tahu bahwa pencariannya belum selesai, namun kini dia merasa lebih dekat dari sebelumnya dengan kebenaran.
Musashi keluar dari kuil, meninggalkan tubuh Kenji di belakangnya. Meskipun berat, dia kini membawa harapan baru dalam bentuk lonceng kecil yang mungkin akan menuntunnya pada jawaban terakhir tentang Aiko.
"Ini bukan akhir, Aiko. Meski kau meninggalkan jejak dalam bayang-bayang, aku akan terus mencarimu… sampai akhirnya aku menemukan kebenaran yang kau sembunyikan."