Setelah pertemuannya dengan Kenji dan menemukan kalung milik Aiko di taman, Musashi pergi kesebuah kota tua. Kota ini terletak dibagian satu daerah yang jarang dikunjungi. Kota tua ini dihiasi bangunan–bangunan tua dan jalan yang penuh bayang-bayang, menciptakan suasana mencekam.
Petunjuk dari Kenji menggiringnya kesebuah toko antik, tempat yang konon memiliki barang-barang dari masa lalu yang terkait dengan Aiko. Toko itu terletak disudut jalan yang sepi, dikelilingi bangunan tua yang tampak rapuh.
Musashi :"Setiap tempat dikota ini membawa kenangan, namun juga mendekatkan pada Bayang-bayang. Disetiap sudut rahasia tersimpan, menunggu untuk menyeretku lebih dalam. Aku berjalan seperti hantu yang mencari kenangan, bertanya-tanya apakah aku mengejar bayangan yang tidak akan pernah bisa kuraih."
Musashi membuka pintu toko antik itu, suara deritan kayu terdengar nyaring dikeheningan. Didalam toko aroma kayu tua dan debu memenuhi udara.
Melihat kedatangan orang tak dikenal, pemilik toko menatap Musashi dengan curiga:"Orang asing tidak pernah datang kesini tanpa alasan. . Apa yang kau cari?"
"Aku mencari seseorang…. Seseorang yang meninggalkan jejak ditempat ini. " Jawab Musashi dengan tegas, sambil menunjukan foto Aiko.
Pemilik toko terdiam sejenak, seolah-olah dia mengenal wajah didalam foto itu. Setelah bergulat sejenak dengan mindanya, ia mengisyaratkan Musashi untuk mengikutinya ke bagian belakang toko.
Pemilik toko membawa Musashi ke ruangan kecil di belakang. Ruangan itu penuh dengan kotak-kotak berdebu dan barang-barang kuno. Dia mengambil sebuah kotak tua kecil dengan tulisan tangan Aiko diabagian atasnya, dan meletakkannya dimeja yang berada didepan Musashi.
Pemilik toko :"Barang ini ditinggalkan di sini bertahun-tahun yang lalu, dengan pesan agar diberikan kepada seseorang yang mencarinya suatu hari nanti. Mungkin ini adalah untukmu."
Musashi membuka kotak tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat surat dari Aiko dan sebuah jepit rambut kecil yang dulu sering Aiko kenakan. Musashi terdiam sejenak, tatapannya berubah lembut namun penuh kesedihan.
Surat dari Aiko:
" Jika kau menemukan ini, maka kau telah terlalu jauh mengikuti bayanganku. Jangan cari aku labih dalam, kecuali kau siap menghadapi gelapnya dunia."
Musashi terdiam sambil menggenggam surat itu erat. Dia tahu bahwa semakin jauh dia masuk ke dalam kegelapan, semakin berat ujian yang akan dia hadapi. Meski begitu, dia tidak akan mundur.
"Aiko… apakah ini peringatan atau permintaan? Aku tidak akan berhenti, bahkan jika jalanku terjal."
********
Saat Musashi keluar dari toko, dia menyadari dua bayangan mengikutinya dari kejauhan. Dia mempercepat langkah, mencoba berbaur dengan kegelapan di jalanan yang sepi. Tapi bayangan itu semakin mendekat, memperlihatkan dua pria bertopeng yang membawa senjata berkilat di tangan mereka.
"Berhenti di sana, Musashi! Kau sudah terlalu jauh mencari sesuatu yang tak seharusnya kau tahu!" Teriak pria bertopeng pertama.
Musashi menarik napas dalam-dalam dan menghunus pedangnya. Dia tahu bahwa pertarungan ini tidak akan mudah, dan lawannya tampak lebih terlatih dari yang dia kira.
Musashi berbisik pada dirinya sendiri :"Aku tidak takut pada bayang-bayang. Jika kalian ingin menghentikanku, tunjukkan seberapa kuat kalian."
Pertarungan pun dimulai. Pria bertopeng pertama menyerang dengan gerakan cepat, mengayunkan bilah pedangnya dengan akurasi tajam. Musashi menangkis dengan cepat, suara denting pedang mereka menggema di sepanjang gang. Pria bertopeng kedua mencoba menyergap dari samping, tapi Musashi berputar, melontarkan tendangan ke arah lawannya.
Musashi dikelilingi oleh kedua pria tersebut, mereka mengerahkan serangan bertubi-tubi, menguji keterampilan bertahan Musashi. Gerakan mereka terkoordinasi dengan baik, seolah sudah terlatih untuk menaklukkannya. Darah mulai mengalir dari luka di lengan Musashi akibat serangan cepat yang sempat lolos.
Pria bertopeng kedua tertawa mengejek :"Begitu lemahnya sang pencari bayangan! Kau tidak lebih dari sosok yang tersesat, Musashi. "
Musashi merasakan amarah membara dalam dirinya. Dengan satu gerakan cepat, dia melompat, memutar tubuhnya untuk menyerang balik. Pedangnya mengenai bahu pria bertopeng pertama, menembus daging hingga membuat pria itu mundur sambil meringis kesakitan.
" Jika kalian adalah penghalang jalanku, aku akan menyingkirkan setiap bayang-bayang yang menghadang!" Ujar Musashi dengan nada penuh tekad.
Pria bertopeng kedua mencoba menyerang dari belakang, tetapi Musashi mengantisipasi gerakannya. Dia menghindar dengan cepat, lalu memutar tubuhnya untuk melancarkan serangan balik. Pedangnya mengenai kaki pria tersebut, membuatnya terjatuh.
Meski sudah terluka, kedua pria bertopeng itu tidak menyerah. Mereka berusaha bangkit, mencoba melancarkan serangan terakhir mereka. Musashi, yang kelelahan namun tetap gigih, mempersiapkan diri untuk mengakhiri pertarungan ini.
Pria bertopeng pertama menyerang dengan seluruh tenaganya, tetapi Musashi menghindari serangan itu dengan gesit dan menebas bahu pria itu hingga pedangnya terlepas dari genggamannya. Pria bertopeng kedua menyerang dari sisi lain, tapi Musashi dengan cepat menghindar, dan dalam satu gerakan halus, dia menempatkan pedangnya tepat di leher pria kedua.
Musashi menatap pria bertopeng kedua itu dengan dingin :"Katakan padaku siapa yang mengirim kalian, atau kalian akan menghilang bersama bayangan malam ini."
Kedua pria itu terdiam ketakutan, namun pria yang terluka di bahu akhirnya angkat bicara.
Pria bertopeng pertama berbicara terengah-engah :"Ini bukan jalanmu, Musashi. Kau tidak akan pernah menemukan kebenaran, hanya kegelapan lebih dalam yang akan kau temui."
Pria bertopeng kedua yang ketakutan akan ditebas lehernya oleh Musashi, ia meraih jaketnya dan menawarkan secarik kertas ke arah Musashi. Musashi mengambil kertas itu dengan tangan yang bergetar, lalu ia menendang perut pria kedua dengan sangat keras dan membuatnya terpepental cukup jauh.
Kemudian ia membuka kertas itu dan membaca apa yang tertulis disana.
Dan benar, pada kertas itu tertulis sebuah alamat bangunan tua. Meskipun itu sebuah petunjuk baru yang samar, tampaknya ini akan membawanya lebih dekat pada kebenaran yang selama ini dia cari.
Musashi berjalan menjauh dari tubuh kedua pria yang terluka itu.
Meski tubuhnya kini lelah dan terluka, ia tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Alamat yang baru saja dia temukan adalah harapan terakhirnya untuk mengungkap misteri yang membelenggunya.
Musashi :"Ini mungkin jalanku menuju kehancuran, tapi aku tidak peduli asalkan aku menemukanmu, Aiko… aku akan melangkah ke dalam kegelapan ini tanpa ragu."