Ditengah mewahnya Tokyo di malam hari, lampu-lampu neon menerangi jalan-jalan yang padat. Di antara gedung-gedung pencakar langit, seorang pria berpakain jaket kulit hitam dengan tudung menutupi sebagian wajahnya, melangkah melalui gang sempit.
Pria itu adalah MIYAMOTO MUSASHI .
Musashi :"Dunia ini, pernah kuanggap sebagai medan pertempuran tanpa akhir. Tapi sejak dia pergi, semua berubah. Aku bukan lagi seorang prajurit. Aku hanyalah bayangan yang tersesat di persimpangan jalan. "
Hujan gerimis membasahi tanah, suara tetesan air bergema disekitar.
Suara sirene polisi terdengar samar dikejauhan. Musashi berhenti sejenak, pandangannya tertuju pada selembar poster usang didinding yang tertiup angin. Pada poster itu terdapat foto seorang wanita muda yang tersenyum, dan dibawahnya tertulis dengan huruf besar kata "HILANG".
Musashi menghela napas panjang dan menundukkan kepala.
# flashback kenangan Musashi
Di sebuah taman yang cerah, Musashi sedang berlatih menggunakan pedang kayu bersama seorang wanita yang bernama Aiko.
Aiko adalah wanita yang penuh senyuman.
Saat berlatih, mereka berdua terlihat bahagia. Mereka bercanda sambil bertukar gerakan cepat.
Aiko tertawa kecil :"Musashi! Kau terlalu lambat! Apa kau sengaja mengalah untukku?"
Musashi tersenyum sambil mengangkat alis "Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya menunggu waktu yang tepat."
Aiko menyerang dengan cepat, tapi Musashi dengan halus menghindar, ia memutar tubuhnya dan menahan pedangnya tepat di leher Aiko.
"Seperti ini." Ucap Musashi dengan nada setengah mengejek.
Aiko tertawa dan menurunkan pedangnya, tetapi suasana menjadi hening seketika. Mereka berdua saling menatap dan hanya keheningan yang berbicara lebih dari kata-kata.
#Kembali ke jalanan yang gelap.
Musashi berjalan menuju sebuah bar tersembunyi disudut kota. Musik keras terdengar dari dalam bangunan bar. Musashi melangkah masuk, dan setibanya didalam bar ia disambut oleh tatapan curiga dari beberapa pria bertubuh besar dan diantara merekapm ada beberapa pria yang memakai topeng.
Musashi mendekati seorang pria yang sedang duduk dimeja pojok. Pria itu memakai topi dan jaket kulit.
"Sato. Aku butuh jawaban!" Tanya Musashi singkat.
Sato tertawa mengejek :"Kau selalu datang dengan pertanyaan yang sama, Musashi. Tapi dunia tidak memberi jawaban pada mereka yang sudah hilang."
Musashi duduk dengan tenang didepan Sato, tapi tatapannya penuh ancaman. Suasana mulai memanas.
"Kau tahu sesuatu. Aiko… dia masih hidup, kan?" tanya Musashi penuh harap.
Sato berhenti tertawa, wajahnya berubah serius dan pandangannya dingin :"Apa pedulimu? Kau pikir kau bisa menyelamatkannya? Dunia ini sudah berubah, Musashi. Tidak ada yang bisa diselamatkan."
Musashi mengepalkan tangannya di bawah meja, menahan diri meski amarahnya memuncak. Dia mencondongkan tubuhnya sedikit kedepan, suaranya menjadi lebih rendah dan mengancam : "Aku tidak akan pergi tanpa jawaban, Sato. Katakan padaku dimana aku bisa menemukannya!".
Sato tersenyum dingin. Ia menggelengkan kepalanya perlahan :"Kau masih bodoh seperti dulu, Musashi. Kau mencari bayangan yang sudah lenyap. Lupakan dia, dan kau mungkin bisa menyelamatkan dirimu sendiri".
Merasa kesabarannya habis, Musashi meraih kerah jaket Sato dengan cepat, dan menarik ke arahnya. Beberapa pria di bar mulai berdiri, mengamati situasi dengan penuh penasaran.
"Kau bisa terus berbunyi di balik bayangan, Sato. Tapi jika kau tahu sesuatu, kau akan memberitahuku sekarang….. Atau…. Aku pastikan kau tidak pernah bisa bicara lagi". Bisik Musashi penuh ancaman pada Sato.
Sato dengan suara bergetar sedikit, namun tetap angkuh :"Kau benar-benar sudah putus asa, ya? Kau rela turun sejauh ini hanya untuk ….."
Musashi memotong kalimat Sato. Ia menekan Sato lebih keras, kali ini tatapnya tidak menunjukan keraguann sedikitpun. Dia menggerakkan giginya, menahan diri agar tidak melepaskan amarah sepenuhnya.
Sato akhirnya merasakan ketakutan, nada suaranya melembut. Ia kenal siapa Musashi dan ia paham dengan sangat apa yang akan dilakukan Musashi jika darahnya sudah mendidih :"Baiklah…. Baiklah. Ada satu tempat. Yaitu gudang tua diluar kota, dekat dermaga. Tapi jangan harap kau menemukan apapun disana. Mereka akan memastikan kau tidak akan pernah kembali lagi."
Musashi melepaskan kerah Sato dengan kasar, membuat pria itu terhuyung kebelakang dan terengah-engah. Beberapa orang di bar yang sebelumnya hanya memperhatikan dari jauh kini mendekat, dan salah satu dari mereka berusaha menahan Musashi.
" Kau pikir kau bisa datang dan membuat masalah disini begitu saja? " ucap seorang pria berotot dengan nada sinis.
Musashi beberbalik, ia menatap pria itu dengan dingin namun tetap waspada.
Situasi menjadi semakin tegang, dan beberapa orang lain disekitar mulai berdiri, bersiap untuk membantu menghadapinya.
Sato berteriak dengan marah :" Keluar dari sini, Musashi! Kau sudah dapatkan apa yang kau mau. Pergi sebelum kau menyesal! ".
Menyadari situasi mulai memburuk, Musashi mengambil napas dalam sambil melangkah mundur perlahan. Tatapnya tetap tajam, memastikan tak ada yang mencoba menyerangnya dari belakang : " Aku tahu apa yang kucari ada disana. Dan tak satupun dari kalian yang bisa menghentikkanku. "
Dengan langkah penuh tekad, Musashi pergi meninggalkan bar, meninggal Sato yang tampak terguncang dibelakang.
*****
Malam semakin larut. Musashi meninggalkan bar dengan langkah cepat. Namun, di tengah langkahnya, dia menyadari bahwa dia sedang dibuntuti. Langkah-langkah samar terdengar di belakangnya, perlahan tapi pasti langkah itu semakin mendekat.
Musashi berbicara dalam hati: "Tidak ada tempat yang aman di jalan ini. Di setiap sudut, selalu saja ada seseorang yang menunggu untuk menebas punggun mu. Tapi aku tidak akan berhenti… tidak… bukan sekarang."
Dengan langkah cepat Musashi berbelok ke gang sempit, dan dalam sekejap mata ia mendapati dirinya sudah diapit oleh dinding-dinding tinggi yang gelap. Bayangan melintas di ujung gang, memperlihatkan siluet seseorang yang mendekat.
Musashi berbicara dengan suara rendah, sambil perlahan ia memegang gagang pedangnya. "Jika kau ingin sesuatu dariku, jangan sembunyi. Tunjukkan dirimu!"
Pria bertopeng yang sama dari bar melangkah maju, senyum dingin terlihat di balik penutup wajahnya : "Aku tidak menginginkanmu, Musashi. Aku hanya memastikan kau berjalan di jalur yang benar… atau mungkin, jalur yang mematikan ".
Sesaat setelah pria bertopeng berhenti bicara, ia berlari mendekat kearah Musashi berada. Tanpa peringatan, pria bertopeng itu menyerang dengan gerakan cepat. Musashi menghindar, menarik pedangnya dan menangkis serangan yang datang. Pertarungan sengit terjadi di lorong sempit, denting logam terdengar di antara suara langkah kaki mereka yang berdebar. Musashi menyadari bahwa pria ini bukan sekedar lawan biasa.
Pria bertopeng menyerang dengan pedang yang tajam: "Kau masih berharap, bukan? Berharap bahwa gadis itu masih hidup?"
Musashi menahan amarahnya, ia menangkis serangan dengan kekuatan penuh: "Apa yang kau ketahui tentang Aiko?"
Pria bertopeng: "Musashi apa kau sadar? Harapan bodohmu itu adalah belati yang hanya akan menusuk jiwamu. Kau akan binasa jika terus mengejar bayangan itu."
Musashi mulai mendapatkan keunggulan, ia berhasil membuat pria bertopeng itu tersudut. Dengan sekali gerakan cepat, dia menjatuhkan pedang pria bertopeng. Lalu ia mengarahkan pedangnya tepat ke arah leher pria bertopeng itu, dan hanya memberi jarak beberapa mili antara besi pedang dengan kulit.
"Aku tidak punya waktu untuk permainan ini. Katakan apa yang kau tahu! atau bersiaplah mati di sini." Acam Musashi dengan nada dinginnya.
Pria bertopeng itu terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, seolah-olah sudah pasrah dengan takdirnya: "Apakah kau benar-benar siap untuk mengetahui kebenaran, Musashi? Terkadang, kebenaran lebih buruk daripada kematian."
Musashi:" Jangan bermain kata denganku. Katakan apa yang kamu ketahui sekarang!"
Pria bertopeng tersenyum sinis: "Baiklah. Gadis itu, Aiko… dia tidak lagi berada di dunia ini. Tapi ada satu hal yang perlu kau ketahui, dia memilih jalan ini sendiri, jauh sebelum kau menyadarinya."
Mendengar penjelasan singkat pria bertopeng itu Musashi terdiam, jiwanya terguncang. Dan tanpa ia sadari, dengan perlahan ia menurunkan pedang yang sebelumnya ia acungkan pada leher pria bertopeng.
Tanpa menyia- nyikan kesempatan, pria bertopeng itu perlahan melangkah mundur menjauhi Musashi menuju ke dalam bayangan: "Mungkin kau akan menemukannya Musashi, ditempat dimana bayangan tidak lagi menyembunyikan rahasia."
Pria itu menghilang bersamaan dengan suaranya yang lenyap terbawa angin, dan meninggalkan Musashi sendirian di lorong gelap yang hanya bertemankan suara rintik hujan.
Setelah beberapa saat keheningan menyelimuti suasana, Musashi melanjutkan langkahnya. Ia berjalan dan terhanyut dalam pikirannya yang kacau. Kenangan bersama Aiko kembali menghantuinya, membayangi setiap jejak langkahnya.
Musashi teringat saat-saat bersama Aiko, ketika mereka berlatih bersama di taman yang damai, saat sebelum hidup mereka berubah menjadi kekacauan.
"Aku tahu bahwa jalan ini penuh kegelapan. Tapi meskipun dia telah pergi, aku tidak bisa melepaskan kenangannya begitu saja. Aku harus menemukan jawaban. Jika ini yang terakhir dariku… maka aku akan memastikan bahwa aku akan menemukan kedamaian untuk kita berdua Aiko".
******
Musashi tiba dipinggiran kota, didepan sebuah gudang tua yang hampir runtuh. Cahaya bulan dan sisa-sisa lampu jalan yang berkerlap-kerlip menciptakan suasana tegang disekitar tempat itu. Musashi melangkah dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang mengikutinya. Bayang-bayang gelap menyelimuti sekelilingnya. Suara angin malam terdengar jelas, menyapu sisa-sisa debu dan kertas disekitar.
Musashi berisik dalam hati :"Langkah demi langkah membawaku lebih dekat… tapi juga semakin jauh dari jalan yang pernah kukenal. Jika ini tempat dimana kebenaran tersembunyi, aku akan menghadapinya, apapun hasilnya."
Musashi melangkah masuk kedalam gudang dengan hati-hati. pandangannya tajam menyusuri setiap sudut ruang kosong. Suara langkah bergema dalam keheningan.
Tiba-tiba dia melihat sebuah peti kayu diujung ruangan yang setengah terbuka. Iapun mendekati peti kayu tersebut. Namun disaat yang bersamaan, terdengar suara langkah kaki di belakangnya. Musashi segera berbalik, mencabut pedangnya dan menyiapkan diri. Seorang pria bertopeng muncul dari kegelapan, mengenakan mantel panjang dan sarung tangan hitam. Musashi menyadari bahwa pria ini membawa senjata tajam di tangannya.
Pria brtopeng : "Kau tidak seharusnya ada di sini, Musashi."
Musashi memegang pedangnya dengan kuat: "Siapa kau? Dan apa yang kau tahu tentang Aiko?"
Pria bertopeng tertawa kecil : "Kau masih berharap? ... Dia telah lama pergi… namun jejaknya masih membekas pada orang-orang seperti kita."
Musashi mengerutkan kening, mencoba memahami ucapan pria tersebut.
"Apa maksudmu? Apa kau ada hubungannya dengan hilangnya Aiko?"
Pria bertopeng : "Itu rahasia yang takkan kau sukai, Musashi. Tapi jika kau bersikeras ingin tahu… aku akan mengantarmu ke jalur yang lebih gelap."
Pria itu menyerang dengan cepat, pedangnya berkilat dibawah cahaya redup. Musashi menangkis serangan itu dengan gesit, dan pertarungan sengit terjadi ditengah bayang-bayang gudang.
Musashi dan pria bertopeng bertarung dengan intensitas tinggi. Denting pedang terdengar berulang kali, menciptakan harmoni yang mematikan. Setiap serangan yang dilancarkan penuh kekuatan, namun Musashi menyadari bahwa pria ini memiliki teknik bertarung yang tak asing baginya.
Musashi berpikir : "Gerakannya… ini seperti teknik yang pernah kulihat. Siapa sebenarnya dia? Kenapa dia menggunakan gaya bertarung yang sama dengan Aiko?"
Pria bertopeng itu terlihat semakin agresif, namun ada rasa ragu dibalik serangannya, seolah-olah dia menyembunyikan sesuatu. Saat pertarungan semakin sengit, Musashi berhasil menjatuhkan topeng pria itu, memperlihatkan wajah yang tak asing baginya.
"Tidak mungkin… kau…" Musashi terkejut.