Bab 1: Jatuh
*****
"Apa yang kamu lakukan disini sambil memakai baju pengantin hah?"
Ketika mendengar kata-kata penuh amarah itu, aku juga sangat kaget terutama ketika melihat siapa 'Pengantin Pria' yang akan menikah hari ini.
"Kenapa kamu diam saja Hah? Liliana!! Coba jelaskan permainan apa yang kali ini kamu mainkan? Mana calon pengantin wanitaku?"
Aku sejujurnya tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya.
Pria yang ada didepanku adalah atasanku yang selalu menyiksaku. Tidak, lebih tepatnya, Pria yang sangat membenciku karena dulu di masa SMA pernah aku Bully.
Pertemuanku yang tidak terduga setelah bertahun-tahun, membuatku juga terkejut.
Namun apa yang lebih parah dari pada pertemuan sebagai atasan dan bawahan?
Tentu saja situasi memalukan yang aku alami saat ini.
Hari dimana, aku mengenakan pakaian pengantin wanita dan dia mengenakan pakaian pengantin pria.
Namun situasi ini bukan salahku sepenuhnya.
"Andrian, ini mungkin karena kamu terlalu sampah, sampai calon pengantin wanitamu kabur!!"
Aku bisa melihat sorot matanya yang penuh emosi ketika menatapku.
"Tuan Muda, apakah anda telah selesai bertemu pengantin wanitanya? Acara pernikahan sebentar lagi akan di mulai."
Aku mendengar seseorang mengetuk ruang ganti terlihat mendesak. Mendengar itu, aku juga menjadi gemetaran dan cemas.
Namun mendengar suara mendesak dari luar, Pria yang ada di hadapanku ini malah tertawa.
"Jadi begini cara dia untuk mempermalukanku? Kabur di Acara pernikahan, dan menyuruh orang untuk mengantikannya, berharap aku menggagalkan Acara Pernikahan ini dan bisa membuatku malu?"
Aku terdiam ketika mendengar itu, karena semua yang dikatakannya kurang lebih benar.
"Dan dari semua orang.... Kamu yang di pilih?"
Melihat nada kemarahan ketika menatap ke arahku aku otomatis mundur ke belakang, dan mulai memegangi luka di wajahku, yang membuatku terlihat jelek. Ini alasan utamanya kenapa aku disini.
"Sepertinya, kamu lebih cepat memahami situasi."
Namun melihat reaksiku, dia makin mendekatiku, membuatku otomatis berjalan mundur sampai tidak bisa mundur lagi ketika terdesak di dinding.
"Kamu pikir kamu bisa kabur? Kamu harus bertanggung jawab!!!"
"A--Aku sungguh tidak tahu apa-apa!!"
"Aku tidak mau tahu! Aku tidak ingin semua acara ini berantakan! Jadi sekarang ikut aku dan menikahlah denganku!!"
Aku jelas saja kaget dan syok ketika mendengar kata-kata itu.
Ukhhh...
Bagaimana situasinya menjadi seperti ini astaga...
Ini semua di mulai dari kebangkrutan Perusahaan Keluargaku dan hutang yang di tinggalkan oleh Ayahku yang sudah meninggal...
Hidupku yang awalnya baik-baik saja itu terasa hancur dalam semalam sejak hari itu....
Hari kematian Ayahku...
****
"Sepertinya pemakaman ini sudah selesai. Jadi untuk Nyonya Bianca dan Putrinya, kalian harus segera melunasi hutang-hutang yang Suami dan Ayah kalian tinggalkan."
Bahkan makam Papa belum kering, ketika Aku dan Mama mendapatkan kabar itu dari Para Penagih utang yang bisa-bisanya langsung datang setelah jenazah Papa selesai di makamkan.
Aku bahkan belum selesai bersedih di makan Papa yang baru saja meninggal itu, air mata masih mengalir deras di wajahku, dan sekarang terasa gemetaran ketika mendengar kabar itu.
Seolah-olah, sekali lagi duniaku jatuh dalam kegelapan hanya dalam semalam.
Tidak cukup dengan kepergian Papaku namun masih ada hutang yang dia tinggalkan.
"To--Tolong beri kami waktu...."
Aku menatap kesamping, pada Mamaku yang hanya bisa berlutut di depan para penagih hutang itu, agar mereka memberikannya sedikit keringanan. Hatiku sakit hanya melihat itu.
"Cih, Kalian pikir Hutang Suamimu sedikit? Hah, kalau begitu begini saja, kalian serahkan Rumah Kalian malam ini, itupun hanya membayar sebagaian Hutang Suamimu."
Kenapa mereka sangat egois sekali?
Aku benar-benar sangat marah, melihat ini, namun aku hanya bisa menahan perasaan ini dan memeluk ringan Mamaku, Karena sejujurnya aku juga tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.
"Tolong jangan ambil Rumah Keluarga kami, harus tinggal di mana?"
Ku lihat, Mama masih memohon kepada para penagih hutang. Mungkin karena aku tidak tahan, Aku mencoba menarik Mamaku agar tidak berlutut. Namun Nama menepis tanganku, dan mulai kembali berlutut kepada para penagih hutang.
"Tolong beri kami waktu sedikit lagi...."
Melihat ekspresi Mama yang memohon itu benar-benar menghancurkan hatiku.
Namun inilah Aku yang tidak berdaya, Aku takut.
"Cih, Itu bukan urusanku!! Kalian bertanggung jawab atas hutang-hutang peninggalan suamimu itu sampai lunas! Kami akan memberikan tagihannya setiap bulan. Jangan kira, kalian bisa lari dari kami!"
Mereka mendorong Mama sampai jatuh kebelakang.
Para penagih hutang itu juga segera menuju ke pintu masuk rumah kami. Memikirkannya, membuatku ingat jika ada adikku yang tidur didalam, Aku takut mereka akan membuat Adikku menjadi semakin ketakutan.
"Kalian tidak bisa masuk!!"
Aku segera berlari untuk mencegah mereka memasuki rumahku namun gagal, karena tenaga mereka begitu kuat. Mereka segera masuk dan menuju ke lantai atas.
Ketika mereka masuk, Aku melihat adikku sedang memegang bonekanya, terlihat baru saja bangun tidur dan menangis, bersama Sang Pengasuh berada di ruang tengah, sepertinya tidak berpapasan dengan para penagih hutang, membuatku sedikit lega.
"Huwaaaa.... Kakak... Papa mana Kak?"
Dia berlari ke arahku dan memelukku. Adikku baru berumur lima tahun, kami bahkan tidak tega untuk memberitahu kenyataan padanya.
"Kan Kakak sudah bilang, Papa sekarang pergi jauh, belum bisa bertemu dengan kita...."
"T--Tapi, sebentar lagi kan ulang tahun Kakak?"
Aku terdiam ketika mengingat itu.
Harusnya sebentar lagi, akan di adakan sebuah Pesta Perayaan Ulang Tahunku yang ketujuh belas, salah satu di ulang tahun paling spesial dalam hidupku yang akhirnya menginjak usia tujuh belas.
Namun sekarang, seolah semua itu hanya fatamorgana yang tidak akan pernah bisa terwujud.
Pesta yang tak akan pernah bisa diselenggarakan.
Semuanya benar-benar terasa hilang dalam semalam, terutama setelah kepergian Papa dan Kabar Perusahaan Keluarga kami yang di nyatakan bangkrut.
Orang-orang yang ada di atas segera kembali turun dengan koper-koper yang ada di tangan mereka. Meminta kami segera membereskan barang-barang kami secepatnya.
Adikku yang takut dengan mereka segera bersembunyi dibelakangku. Yang bisa aku lakukan hanyalah menenangkan adikku.
Dan begitulah akhirnya, kami di usir dari Rumah tempat kami selama ini tinggal.
Hatiku juga menjadi begitu hancur ketika kembali menatap Rumah Mewah itu, Rumah penuh kenangan dengan Papa....
Namun ini hanyalah awal dari mimpi buruk....
Setelahnya, kami pindah kesebuah kontrakan kecil. Ketika menatap kontrakan yang hanya 3 x 6 meter, dengan 2 kamar berukuran kecil, kamar mandi dan dapur.
Jika membicarakan tentang ukurannya, ini bahkan hanya seukuran kamar tidurku sebelumnya.
"Kita akan tinggal disini, Ma?"
Mendengar ucapanku itu, Mamaku hanya bisa menghela nafas dan menujukan ekspresi sedihnya.
"Liliana, mulai sekarang kamu harus menerima semua ini."
"Tapi, Ma.... Tidakkah ini terlalu kecil?"
Aku kembali menatap rumah yang sangat kecil itu, memikirkan Apakah itu benar-benar sebuah rumah?
Disana bahkan tidak ada AC ataupun kipas angin. Kamar yang Aku tempati bahkan hanya muat untuk satu kasur kecil tanpa ranjang.
Bagaimana Aku bisa tinggal disini?
"Liliana! Diamlah dan terima saja ini!!"
Bahkan walaupun aku mengeluh tidak ada yang bisa dilakukan.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, Aku harus menaiki Bus untuk menuju ke Sekolah.
Sudah seminggu lebih sejak Aku absen dari Sekolah, dan akhirnya bisa kembali ke Sekolah. Aku sangat bersemangat, mungkin karena Akhirnya aku bisa bertemu dengan teman-temanku. Aku sangat pusing memikirkan hal-hal yang aku alami belakangan ini yang sangat membuatku tertekan ingin rasanya segera menceritakannya pada seseorang.
"Nona, apakah kamu ingin naik apa tidak?"
Aku mendengar suara supir bus menegurku karena berdiri di depan pintu bus.
Jelas saja, aku ragu-ragu untuk menaiki Bus Umum ini. Dari pintu masuk saja, Aku bisa merasakan aroma kurang nyaman dari dalam Bus. Aku juga melihat betapa banyaknya orang-orang yang menaiki bus itu.
Apakah bahkan itu masih muat?
Namun aku tidak memiliki pilihan lain selain naik, karena Aku bisa terlambat jika tidak naik. Dan Aku menjadi begitu kaget ketika masuk karena di dalam bus bahkan tidak ada tempat duduk tersiksa untukku, membuatku harus berdiri.
Bus yang penuh sesak, dan Aku yang terdorong kesana kemari oleh desakan orang-orang, bahkan kakiku menjadi sangat pegal setelah berdiri selama tiga puluh menit lebih. Rasanya sangat mual, membuatku tidak tahan apakah bisa bertahan lebih lama lagi atau tidak.
Untungnya, Aku sudah tiba di pemberhentian Bus yang berada cukup dekat dengan sekolahku. Aku buru-buru segera turun dari Bus, merasa sangat tidak tahan hanya dengan menaikinya.
"Apakah Aku benar-benar harus menaikinya setiap hari?"
Hanya memikirkan itu saja membuat kepalaku terasa pusing dan perutku mual. Namun aku tidak mau mencoba memikirkannya dan fokus untuk pergi ke Sekolah.
Masih kurang lebih berjalan kaki lima menit sampai tiba di Sekolahku. Namun, Kakiku rasanya sudah sangat lelah dan pegal karena terlalu lama berdiri, jadi dengan susah payah Aku mencoba untuk terus berjalan kaki menuju Sekolahku.
Kebetulan, Aku bersekolah di sebuah Sekolah Swasta Elite terbaik di Kota, sebuah sekolah yang berisi hanya anak-anak orang Kaya, dan segelintir Siswa pandai yang mendapatkan Beasiswa. Setidaknya, Aku harus bersyukur masih bisa lanjut sekolah di sini yang biayanya sangat besar karena beasiswa yang baru-baru ini Aku urus setelah konsultasi dengan Wali Kelas.
Mungkin terlihat seperti ini, namun Aku masihlah peringkat kedua di seluruh angkatanku, di sekolah.
"Selamat pagi, Kak Lily!"
"Pagi Kak Lily!"
Aku mendengar beberapa adik kelas laki-laki menyapaku dengan ramah.
"Pagi juga."
Tentu saja, Aku membalasnya dengan ramah. Melihat senyumanku, Aku bisa melihat para siswa itu tersipu malu dan sangat gembira. Tentunya, selain pintar Aku juga cukup populer di Sekolah. Banyak siswa siswi adik tingkat yang menyukaiku, teman-teman seangkatanku yang selalu baik padaku.
Setidaknya, di Sekolah ini aku akan merasakan ketenangan, setelah menghadapi semua masalahku selama ini, merasa Akhirnya aku bisa bernafas.
Itulah yang Aku pikirkan pada awalnya. Namun kehidupan sekolah yang awalnya Aku kira akan baik-baik saja, berubah menjadi neraka.
Di hari-hari pertama, semuanya baik-baik saja. Sampai, Aku mulai menceritakan hal-hal yang Aku alami pada teman baikku, Cynthia.
"Astaga, pasti kamu sangat sedih sekali bukan, Lily? Aku tidak mengira kamu mengalami semua itu."
Mendengar kata-kata penghiburan itu, Aku merasa sedikit lega. Aku senang, Akhirnya bisa meluapkan emosi yang selama ini aku pendam.
Namun, Aku tidak pernah mengira jika ceritaku itu segera menyebar ke seluruh Sekolah tidak lama setelah itu. Dan Aku selalu tahu, walaupun aku cukup populer, tapi masih ada segelintir orang yang tidak menyukai.
Hari itu, ketika tiba di kelas, Aku terkena tumpahan Air Pel. Namun, teman sekelasku yang Aku kira akan menghiburku, malah terlihat pura-pura tidak tahu.
"Heh, lihat Liliana ini, Aku dengar sekarang kamu jatuh miskin?"
Aku menatap Tiara yang sepertinya pelaku di balik insiden yang Aku alami saat ini.
"Itu bukan urusanmu!!"
"Astaga, walaupun kamu sudah jatuh miskin seperti itu, Kamu masih berani bersikap sombong di depanku bukan? Tidakkah kamu terlalu tidak tahu diri? Kamu selalu bertingkah seperti seorang Dewi atau sesuatu, benar-benar membuatku muak!"
"Memang, lihatlah Nona Liliana yang sombong itu akhirnya kehilangan segalanya!! Hahaha... Dan lihatlah, penampilan buruknya sekarang!"
Aku bisa melihat, beberapa orang di kelas mulai tertawa.
Sejujurnya, Aku tahu bahwa di Sekolah ini murid-murid disini tidak begitu ramah pada Siswa miskin dan Beasiswa. Awalnya, Aku sama seperti mereka, yang memberlakukan Siswa miskin seperti ini.
Namun aku tidak pernah membayangkan bahwa kali ini, Aku akan berada pada posisi ini, di Bully oleh teman-teman sekelasku.
Bahkan, teman-temanku yang awalnya dekat denganku, sekarang mulai menjauhiku. Kakak tingkat yang dulunya mencoba mendekatiku dan merayuku, sekarang juga mulai menjaga jarak denganku.
Sekarang tatapan semua orang di sekolah benar-benar sangat berbeda begitu juga perlakuan mereka.
Sekolah yang awalnya tempat yang membuat nyaman sekarang berubah menjadi Neraka baru untukku.
Namun itu bukan semuanya, suatu hari ketika Aku pulang dari Sekolah, Aku melihat Para Penagih Hutang ada di depan Rumah Kontrakan Keluargaku. Aku tahu, bahkan setelah Rumah itu di sita, dan Mama menggunakan sisa tabungannya dari peninggalan Kakek dan Nenek, itu masih tidak cukup untuk membayar semua hutang-hutang itu sehingga mereka masih terus menagih hutang setiap bulannya.
"Tolong beri kami waktu sedikit lagi untuk mengumpulkan uangnya..."
Aku melihat Mama sekali lagi hanya bisa memohon pada orang-orang itu. Namun seperti sebelumnya, Aku melihat salah satu penagih hutang mulai melakukan kekerasan.
"Mama!!!"
Aku mencoba melindungi Mama dari pukulan penagih hutang itu, dan itu mengenai punggungku, rasanya sangat menyakitkan.
"Apa yang kalian lakukan pada Mamaku!"
"Hey Bocah! Jangan ikut campur Aku di sini hanya menagih hutang! Cepat bayar tagihan bulan ini, maka kami akan pergi, bukankah itu mudah?"
"Tapi kalian tidak bisa semena-mena seperti ini!"
"Liliana, sudah kamu masuk saja jangan ikut terlibat ini, biar Mama saja yahh mengurusnya..."
"Tapi Ma...."
Ketika Aku dan Mama berdebat, Para Penagih Hutang itu sepertinya berbisik satu sama lainnya sambil menatapku. Aku tiba-tiba memiliki firasat buruk tentang ini. Dan benar saja, salah satu penagih hutang itu segera menarik rambutku lalu melihat ke arah wajahku.
"Wow, sepertinya kamu memiliki seorang putri yang sangat cantik. Bagaimana jika menjualnya saja ke Para Pria hidung belang? Aku yakin dengan wajah cantik ini, hutang kalian akan segera lunas."
"Benar, Aku memiliki kenalan seorang perhubungan! Ini pasti akan sangat menguntungkan!!"
Aku bisa melihat tatapan serakah di wajah parah penagih hutang itu. Mendengarnya saja membuatku ketakutan dan gemetaran.
Menjualku katanya??
Bagaimana bisa....
Bersambung
Mau Baca lebih awal?
Cek selengkapnya di linktr.ee/Za_L_Writer or IG: Za_L_Writer