Chapter 6 - Bab 5

Bab 5: Balas Dendam

*****

Setelah bolak-balik ke cafe, akhirnya aku berhasil menyelesaikan perintah menyebalkan dari Andrian. Aku segera menyerahkan dua gelas kopi di depan mejanya.

"Apakah ada yang lain lagi, Pak?"

"Kamu bisa pergi."

Dia bahkan tidak repot-repot melihat wajahku dan hanya fokus ke dokumen yang ada di depannya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak."

Dengan itu, setidaknya aku bisa bernafas lega lalu mulai berjalan keluar.

Namun sebelum aku bisa pergi dari sana, aku mendengar dia kembali memanggilku.

"Tunggu...."

Mendengar itu aku berbalik dan hanya bisa memasang senyuman ramah dengan terpaksa sambil berkata dengan sopan padanya.

"Ada apa Pak?"

Dia menujuk ke tong sampah yang ada di samping mejanya dan beberapa cup kopi yang sebelumnya dia komplain karena tidak enak.

"Buang sampah ini sekalian."

Aku hanya mengangguk lalu segera mengambil tong sampah dan kantong plastik berisi cup kopi yang ada di meja. Dan untungnya kali ini aku benar-benar bisa pergi dari ruangan menyebalkan itu.

Tepat ketika aku sudah meletakkan sampah-sampah di tempatnya. Aku melihat kembali ke cup kopi yang ada di tanganku. Totalnya ada dua cup, yang artinya aku sempat bolak-balik sampai tiga kali, hingga pesanan Pak Bos galak itu benar-benar selesai.

Melihat cup yang masih terlihat utuh dan belum tersentuh itu, aku tiba-tiba merasa kesal, terutama setelah ingat seberapa mahal harga kopi-kopi ini.

"Huh? Sepertinya tidak ada yang salah dengan rasanya."

Mungkin karena aku terlalu kesal aku mencoba meminum salah satu kopi, dan rasanya memang enak dan tidak ada yang salah.

"Sial, sangat sia-sia membuang hal-hal enak seperti ini. Sungguh, Aku tidak mengerti selera Bos galak menyebalkan itu."

Karena merasa sayang jika di buang, aku akhirnya menghabiskan salah satu cup kopi yang ada di depanku itu. Dan baru setelah satu gelas selesai aku minum, aku baru saja ingat hal penting.

"Eh... Tunggu...."

Aku jadi teringat, kopi-kopi ini bukannya belum pernah di mimun, sebelumnya Andrian sempat mencoba rasa kopi-kopi ini walaupun hanya satu tegukan.

Ciuman tidak langsung....

Memikirkan itu, wajahku sedikit memerah, namun aku segera menghilangkan pikiran-pikiran itu.

"Ashhhh, apa sih yang aku pikirkan?"

Memang setelah bertahun-tahun tidak bertemu, aku mengakui jika AndrianaSudah tumbuh jauh lebih dewasa daripada sosoknya ketika masih SMA. Dia tumbuh menjadi sosok pria yang tinggi, tubuh yang terbentuk dengan baik, dan wajah yang cukup tampan.

"Tapi apa gunanya tampan kalau kelakuan seperti sampah?"

Aku kesal melihat ekspresinya yang selalu begitu dingin dan marah-marah ketika melihatku, apalagi cara dia memperlakukanku yang seolah-olah aku adalah budaknya. Sepertinya dia memang belum bisa memaafkanmu tentang hal-hal di masalalu.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa tentang itu dan hanya bisa pasrah menghadapi semua berbuat apa-apa tentang itu dan hanya bisa pasrah.

Bahkan ketika di siang hari, aku disuruh beli makan siang dan berakhir bolak-balik lagi.

Dan yang lebih parahnya lagi, aku di suruh ikut lembur menemaninya sampai larut malam kalau-kalau dia butuh sesuatu!!

Memang dia pikir aku ini asistennya apa bagaimana?

"Kenapa kamu diam saja? Cepat bereskan dokumen-dokumen di meja dan masukkan kedalam tas kerjaku."

Mendengar suara marah-marahnya membuatku tersadar dari lamunanku, lalu tatapan mataku menuju ke arah dokumen yang berantakan di atas meja.

"Susun dengan rapi berdasarkan tanggalnya."

Ini sudah hari sekian aku bekerja di sini dan hanya menerima tugas-tugas yang menyebalkan dan aneh. Apalagi terlihat dari awal jika dia sengaja membuat mejanya berantakan agar aku menjadi pusing untuk membereskannya.

Apakah dia tidak terlalu kekanak-kanakan?

"Baik Pak."

Namun yang bisa aku lakukan hanya mengangguk patuh. Setelah semua, aku masih butuh uang sehingga aku masih bertahan di sini.

Melihatku mengaguk dengan patuh, aku melihat ekspresi tidak puas di wajahnya.

Sebenarnya apa lagi sih yang dia mau?

Ketika aku binggung dengan reaksinya, tiba-tiba saja dia tersenyum aneh, lalu dia menyenggol cangkir kopi di samping mejanya, membuat kopi akhirnya tumpah di lantai.

Aku ingat, belum lama ini aku mengepel lantai ini karena dia protes lantainya kotor lah, berdebu lah, licin lah, namun sekarang dia benar-benar sengaja membuat masalah!!

"Cepat bereskan itu, jangan sampai menyisakan pecahan kaca di lantai ataupun sisa kopi di lantai!!"

"Kamu....."

Aku sudah terlewat emosi untuk bahkan bisa mengumpat ke arahnya. Melihat reaksiku yang memasang ekspresi marah itu, dia tersenyum puas, dan bahkan sengaja menginjak sisa kopi di lantai, dan sengaja membuat jejak kaki di seluruh lantai menuju kamar mandi.

Yang bisa aku lakukan akhirnya hanya membereskan segala kekacauan yang dia buat dengan sengaja itu.

Sayangnya, hal-hal sial terjadi ketika aku sedang mengepel lantai. Sesuatu seperti listrik yang tiba-tiba saja mati, belum lagi suara beda jatuh yang aku dengar dari kamar mandi.

Aku memang cukup kaget dengan pemadaman listrik yang tiba-tiba, namun tidak sampai segitunya. Di kontrakan, hal-hal seperti mati listrik sering terjadi karena entah lupa bayar listrik atau saat menunggak listrik.

Jadi, aku yang cukup terbiasa dengan suasana gelap dan remang-remang segera perlahan-lahan menuju ke arah kamar mandi. Yah, barangkali Pak Bos Galak itu terpleset atau bagaimana.

"Aku tidak ingin di tuduh menjadi pembunuh."

Benar, jika terjadi sesuatu pada Andrian di kamar mandi sekarang, aku adalah orang pertama yang akan di tuduh, lagipula ini hampir tengah malam, dan di perusahaan tepatnya di ruangan ini hanya ada kami.

Mungkin karena buru-buru, ketika aku membuka pintu kamar mandi, aku menabrak sesuatu, mungkin faktor karena lantai kamar mandi licin juga membuat keseimbanganku goyah.

Namun, rasa sakit yang aku kira akan datang ketika aku jatuh, tidak kunjung aku rasakan, sepertinya seseorang baru saja menangkapku yang hampir terjatuh itu.

Ketika hal itu terjadi, listrik yang awalnya padang itu tiba-tiba menyala. Dan sekarang, tepat di hadapanku adalah Andrian yang baru saja menangkapku.

Sepintas aku sedikit terteguh ketika melihat wajahnya dari dekat.

Tampan...

Dia memang tampan, tidak perlu di ragukan lagi, walaupun aku tidak ingin mengakuinya.

Hanya tatapan matanya yang terkejut menatap kearahku. Sorot mata yang menurutku memancarkan aura misterius.

Yang entah bagaimana, ketika menatap sorot mata itu, tatapanku tidak bisa berpaling dari wajahnya seolah-olah, aku tenggelam dalam tatapan matanya hitamnya yang bagaikan malam berbintang itu.

Aku bisa merasakan hembusan nafasnya, mungkin karena jarak kami yang terlalu dekat.

Dan yang paling parah adalah suara detak jantungku yang tidak beraturan.

Dia terlihat seperti malaikat.

"Apa yang kamu lihat?"

Suaranya yang dingin dan memancarkan kemarahan itu membuatku tersadar dari lamunanku, termasuk dia yang tiba-tiba saja melepaskan tangannya dariku, membuatku akhirnya tetap jatuh ke lantai.

"Dasar menyebalkan!!" Teriakku dengan marah.

"Kamu yang membuat keributan tidak perlu."

Aku bisa melihat Dila mulai memalingkan wajahnya dariku dan bahkan tanpa menolongku segera kembali ke ruangannya.

Aku merasakan pantatku yang terbentur lantai, terasa sakit.

Menatapnya yang pergi dan menghilang itu, hanya menyisakan rasa kesal dalam hatiku.

"Sialan! Dia itu Iblis!! Siapa yang bilang malaikat!!!"

*****

"Liliana, kamu sudah selesai menyelesaikan perintah dari Pak Wakil Presdir?"

Mendengar pertanyaan, Risa aku hanya mengangguk. Dia adalah salah satu Office Girl sama sepertiku, yang belakangan sering aku ajak ngobrol.

"Begitulah."

"Eh, tapi aku dengar-dengar kamu sering diperintah dan di panggil Pak Wakil Presdir?"

"Tidak tahu lah, katanya tugasku yang mengurus dan melayani hal-hal yang berhubungan dengan Pak Wakil Presdir."

"Eh? Tapi bagaimana bisa? Aku dengar, Pak Wakil Presdir biasanya tidak begitu menyukai di layani seperti itu, dia biasanya menjaga jarak dari orang-orang."

Selama berkerja disini, tentu saja aku tahu beberapa gosip tentang Andrian. Seperti dia yang merupakan cucu Keluarga Bratajaya, ataupun sikapnya yang terkenal dingin di antara orang-orang di Perusahaan, atau dia yang tidak pernah tersenyum.

"Aku juga tidak tahu pikiran orang kaya. Bukankah mereka tiba yang tidak di tebak?"

Tentu saja aku tidak mungkin bercerita tentang hubungan masa lalu kami berdua karena tidak ingin membuat gosip-gosip yang tidak perlu.

"Ah, benar juga."

Namun nyatanya walaupun aku tidak berpita apapun tentang masa laluku dan Andrian, gosip tetap saja bermunculan di sana-sini.

Gosip-gosip yang tidak pernah aku kira sebelumnya, dan lagi-lagi malah membuatku terlibat dengan masalah.

Misalnya ketika beberapa orang tiba-tiba menyeretku ke tangga yang sepi.

"Aku dengar, Pak Wakil Presdir sering memanggilmu ke Ruangannya?"

Melihat sosok beberapa karyawan perempuan di hadapanku yang tidak aku kenal itu, yang menanyakan hal-hal menyebalkan membuatku merasa tidak senang.

"Maaf, ini sepertinya tidak ada hubungannya dengan anda."

"Cih, kenapa sikapmu begitu sombong seperti itu? Apakah kamu sekarang mulai berlagak hanya karena sering di panggil Pak Wakil Presdir?"

"Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu."

"Sialan, kamu masih berlagak tidak tahu? Dengan wajah jelek ini, sebenarnya bagaimana kamu merayu Pak Wakil Presdir sampai dia sering memanggilmu ke Ruangannya?"

Sungguh, Aku benar-benar tidak mengerti tentang hal-hal omong kosong Apa yang dibicarakan oleh wanita yang ada di hadapanku.

"Aku tidak merayu siapa-siapa, hanya Pak Wakil Presdir sendiri..."

PLAKK

Sayangnya sebelum aku menyelesaikan ucapanku, aku segera di tampar.

"Kamu mau bilang jika Pak Wakil Presdir yang menggodamu duluan begitu? Apakah kamu tidak melihat kaca? Dengan wajah jelek seperti itu, bagaimana mungkin Pak Wakil Presdir bisa menggodamu? Kamu pasti menggunakan guna-guna untuk merayunya bukan?"

Salah satu karyawan perempuan lainnya yang ada disana juga segera menambah ucapan itu.

"Benar! Kamu pasti merayu Pak Wakil Presdir dengan guna-guna! Padahal kamu itu hanya Office Girl jelek, namun kamu berani sekali mencoba merayu Pak Wakil Presdir!!"

"Tolong Jangan mengatakan hal-hal tidak masuk akal! Aku benar-benar tidak menggoda atau merayu siapapun!"

Hanya jambakan yang aku terima pada akhirnya.

Sayangnya, ini hanya permulaan dari salah satu penderitaan baru yang aku alami.

Beberapa orang tentu tidak suka ketika tahu, Andrian sering memanggilku ke ruangannya.

Entah apa yang ada di pikiran mereka padahal jelas-jelas orang sialan itu, hanya memanggilku ke ruangannya murni untuk menyiksaku.

Bagaimana bisa orang-orang sampai salah sangka aku merayunya segala?

Astaga....

Bersambung

Mau Baca lebih awal? Bisa Cek di Akun Karyakarsa, sudah sampai TAMAT!! Link di Bio