Bab 6: Kenapa?
*****
"Ada apa dengan memar di wajahmu itu?"
Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari Andrian, aku merasa cukup terkejut, tidak mengira dia akan memperhatikan hal-hal kecil ini. Namun aku juga merasa marah jika memikirkan gimana aku mendapatkan namun aku juga merasa marah jika memikirkan Bagaimana aku mendapatkan tamparan di wajahku ini.
Jelas ini gara-gara beberapa orang yang menuduhku sembarangan soal mencoba merayu pria yang ada di depanku ini.
"Maaf, Pak saya hanya jatuh."
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya, ada orang yang memperlakukanku seperti itu, entah menampar atau memukulku dengan berbagai macam alasan. Pada dasarnya, aku tidak ingin terlibat masalah, sehingga hanya bisa mengalah.
Karena jika aku melawan pada akhirnya akulah yang akan terkena imbasnya.
"Cih, dasar bodoh. Lain kali kamu hati-hati. Aku tidak ingin dituduh sebagai seseorang yang melecehkanmu lagi gara-gara luka tidak perlu seperti itu."
Mendengar nada dinginnya itu aku hanya bisa menundukkan kepala. Rupanya dia masih teringat terus kejadian dimasalalu.
"Tidak akan ada yang menuduh Bapak sembarangan."
Mendengar kata-kataku aku melihat dia mulai tertawa sinis.
"Aku tidak ingin mendengar kata-kata semacam itu dari seseorang yang pernah menuduhku sembarangan di depan orang-orang. Dasar munafik."
Aku tidak bisa menepis kata-kata itu, dan hanya bisa melanjutkan pekerjaanku di ruangannya. Melihat aku yang diam saja sepertinya dia menjadi kesal, dan memilih melanjutkan pekerjaannya saja.
"Jangan lupa belikan makan siang untukku dari Restoran ujung jalan, sangat sampai telat."
Lagi-lagi perintah menyebalkan, apakah nanti aku harus bolak-balik lagi dari Restoran karena masalah menu?
Aku tahu dia ingin balas dendam padaku karena merasa kesal akibat kejadian dimasalalu, namun tetap saja itu menyebalkan.
"Baik Pak, saya permisi dulu."
Aku yang benar-benar sudah lelah melihat wajahnya segera keluar dari ruangan itu membawa tong sampah, sekalian mau aku buang.
Sayangnya, hal-hal sial terjadi ketika aku kebetulan bertemu dengan beberapa Office Girl lainnya. Ada seseorang yang sengaja menjegalku hingga aku terjatuh dan menumpahkan sampah di tanganku ke tubuhku.
"Hahaha, rasakan itu dasar wanita murahan."
"Memang, dasar sombong hanya karena sering di panggil Pak Wakil Presdir, jangan kamu berlagak seenaknya."
Tentu, tidak hanya beberapa karyawan yang tidak suka denganku, namun teman sesama Office Girl juga tidak menyukaiku. Ada saja salah satu dari mereka yang menggangguku entah dengan cara seperti ini, ataupun membuat pekerjaanku menjadi semakin banyak.
Padahal aku sudah lelah dengan tingkah Pak Bos menyebalkan itu, namun masih harus berurusan dengan mereka.
Jika bukan karena hutang-hutang ini, aku mungkin sudah memilih keluar dari ini.
Aku memilih diam dan tidak menanggapi mereka lalu mulai membereskan sampah-sampah yang berserakan. Melihat reaksi rombongan itu segera menginjak salah satu sampah yang hendak aku punggut mengenai jariku.
"Awwww..."
Namun, seperti sebelumnya, aku memilih diam, tidak ada gunanya melawan hanya akan menambah masalah dan malah membuat mereka senang melihat reaksiku.
"Cih, dasar membosankan."
Mereka lalu berjalan pergi dengan ekspresi kesal.
Ketika rombongan itu menghilang, Risa yang kebetulan lewat melihatku membereskan sampah datang membantuku.
"Umm, kamu tidak apa-apa?"
Dia bertanya dengan nada khawatir, Aku tidak tahu apakah dia memiliki maksud tertentu ketika mendekatiku atau tidak. Melihat reaksinya, sepertinya dia tahu hal-hal yang dilakukan oleh yang lainnya.
"Ini bukan masalah besar."
"Hah, maaf aku tidak bisa membantumu. Rombongan mereka itu memang menyebalkan mentang-mentang, salah satu dari mereka adalah keponakan penanggung jawab Office Girl, dia berlagak seenaknya seolah-olah dia itu bosnya."
"Yah, terkadang memang ada orang-orang seperti itu yang menyalahgunakan kekuasaannya seenaknya."
Misalnya saja, Andrian yang menyebalkan itu.
"Kamu, benar, Liliana. Mari aku bantu membereskannya, kebetulan tugas ku sudah selesai."
Aku tersenyum mengaguk, dan akhirnya kita bersama-sama membereskan semuanya, sambil mulai mengobrol tentang berbagai hal, mulai gosip-gosip di kantor, sampai rombongan para Office Girl tadi.
Setidaknya di hari-hari menyebalkan ini, masih ada waktu untuk bersantai sejenak.
Di malam harinya, aku pergi berangkat lembur mengantikan Mama.
"Liliana, kamu jangan terlalu memaksakan diri."
"Tidak apa-apa, Ma. Ini bukan hal yang berat."
Mamaku bekerja di bagian packing, untungnya itu bukan pekerjaan yang begitu sulit hingga aku bisa cepat beradaptasi.
Malam itu, aku pulang lebih malam, pekerjaan hari ini benar-benar sangat melelahkan, belum masalah di kantor dengan Pak Bos menyebalkan, lalu para orang kantor yang suka menggangguku, dan sekarang pekerjaan fisik yang menguras tenaga, rasanya aku bahkan tidak bisa lagi mengerakkan tanganku.
Mungkin karena terlalu lelah pagi itu aku datang lebih lambat dari biasanya.
PLAKKK
Sebuah tamparan segera diarahkan padaku begitu tahu aku datang ke kantor terlambat.
"Dasar tidak tahu diri. Sekarang kamu benar-benar belagak ya? Bahkan sekarang berani ke Kantor terlambat."
Moodku pagi ini benar-benar buruk, aku tahu aku salah, namun orang yang menamparku tidak berhak untuk memarahiku karena dia bukan siapa-siapa.
Ah...
Ini Tania keponakan penanggung jawab itu bukan?
Yang selalu saja mencari masalah denganku. Setelah berbicara dengan Risa, aku tahu kenapa dia selalu menggangguku. Itu karena sebelumnya dialah yang selalu mengurus hal-hal untuk Pak Wakil Presdir.
Risa bilang, Tania ini selalu cukup caper dengan Pak Wakil Presdir, walaupun tidak pernah di gubris sedikitpun, dan bahkan namanya tidak di kenal oleh Pak Wakil Presdir.
Dia marah padaku, karena pernah sesuatu ketika Pak Wakil Presdir menelepon bagian penanggungjawab dan langsung menyebut namaku.
Seseorang yang mendambakan Pria Kaya dan naik kasta.
"Aku memang salah, namun ini bukan hakmu untuk memarahiku."
"Kamu sekarang berani ya padaku?"
"Sungguh, Tania sebenarnya apa sih maumu selalu menggangguku seperti ini? Aku juga lama-lama muak dengan sikapmu!!"
Dia segera menjambak rambutku, aku ingin melawan namun Tante Tania, sang penanggungjawab atau ketua bagian Office Girl datang dan malah memarahiku.
"Kamu itu, sudah telat malah cari gara-gara dengan keponakanku, dasar tidak tahu diri!"
"Maaf, Bu. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi."
"Tidak, gajimu akan di potong."
"Jangan... Saya mohon... Ini benar-benar tidak di sengaja..."
Pada akhirnya walaupun aku memohon gajiku tetap dipotong. Padahal, gajiku itu saja sebagian besar untuk membayar hutang, dan sekarang di potong, padahal itu sudah sangat pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Aku benar-benar sangat kesal ketika memikirkannya, benar-benar tidak adil!
Dan ini, semua gara-gara Andrian menyebalkan itu!
"Rasakan itu!"
Aku bisa melihat, Tania tertawa puas melihat aku di marahi sampai di potong gaji itu. Sepertinya ketua bagian juga tidak menyukaiku akibat kedekatan ku dengan Andrian.
Dasar orang-orang yang bermimpi terlalu tinggi!!
Apakah mereka tidak tahu, bahwa untuk Para Pengusaha Kaya, mereka hanya akan menikah dengan orang yang sederajat. Terlalu banyak bermimpi jika ingin tiba-tiba kaya dengan menikahi Pria Kaya.
Sayangnya, masih banyak orang-orang di perusahaan yang masih bermimpi tentang itu.
Siang itu, setelah aku membeli makan siang Pak Wakil Presdir, melihat aku yang akan mengantarkan makan siang ke ruangan Pak Wakil Presdir, Tania dan teman-teman mengagguku. Mereka dengan seenaknya mengambil kotak makan siang itu dan menumpahkan isinya.
"Upsss... Tidak sengaja..."
"Hahahaha... Kamu pasti nanti akan di marahi, Pak Wakil Presdir!!"
"Rasakan itu!"
Aku bisa melihat mereka mengejekku ketika melihat kotak makan siang berada di lantai dan isinya rusak.
Bahkan jika mereka tidak membuat masalah tentang kotak makan siang ini, Andrian tetap akan memarahiku dengan berbagai macam alasan Karena orang itu memang gila.
Jadi yang bisa aku lakukan adalah mengambil kantong plastik itu dan membereskan kekacauan di lantai. Memilih untuk mengabaikan mereka, mana tahu pilihanku ini membuat mereka kesal, lalu aku melihat Tania sepertinya ingin menyiramkan Jus yang di pegangnya padaku.
Aku tidak membawa baju ganti, akan sangat merepotkan jika bajuku sampai basah, terlebih jika terkena noda berlebih, ini kan seragam kantor.
Tapi, tidak ada yang bisa menghentikan Tania. Walaupun aku menghindar pun mereka pasti akan membuat masalah lain yang lebih merepotkan.
Jadi, akhirnya aku hanya bisa pasrah, menghadapi hal itu. Tepat ketika aku menutup mataku, jus yang aku kira akan menyiramku itu tidak pernah mengenaiku.
Aku terkejut ketika membuka mataku, melihat ada seorang pria yang ada tepat di hadapanku sepertinya menghalangi jus yang akan mengenaiku itu.
Aku hampir saja meneriakkan namanya saking kagetnya.
Andrian ada di depanku dan saat ini memiliki ekspresi marah di wajahnya. Aku bahkan tidak mengerti kenapa dia menolongku apalagi mengerti tentang alasan kenapa dia marah.
Wajah Tania dan rombongannya menjadi pucat ketika melihat Andrian. Andrian mengabaikanku, dan tatapannya menuju ke arah orang-orang itu.
"Apakah di kantor ini di ijinkan untuk mengganggu dan merundung karyawan lain?"
Mereka terlihat semakin pucat ketika mendengar nada marah itu.
"Pak itu....."
Namun sebelum Tania bahkan mulai membuat alasan, Andrian berkata lagi,
"Aku akan memanggil Ketua Bagian kalian, dan aku pastikan kalian di hukum!!"
Setelah mengatakan itu, Andrian segera menarik tanganku dan menyeretku ke ruangannya yang kebetulan tidak jauh dari sana. Setelah menutup pintu ruangannya, dia segera memojokkanku di dinding.
"Kenapa?"
Mendengar pertanyaannya itu aku menjadi bingung.
"Bukankah Aku yang harusnya bertanya? Kenapa kamu menolongku?"
Namun, bukannya mendengar jawaban aku hanya menerima kemarahan Andrian.
"Kenapa kamu hanya pasrah saja melihat perlakuan mereka padamu? Kamu... Kamu bukan seperti Liliana yang aku tahu!!!"
Ah...
Aku mengerti, jika berdasarkan pemikiran Andrian, aku mungkin masih Liliana, Sang Nona Muda Kaya dan Sombong, yang akan selalu melawan jika ditindas dan selalu meremehkan akan selalu melawan jika ditindas dan selalu akan selalu melawan jika ada yang membuat masalah denganku.
Tapi itu dulu....
"Liliana yang kamu tahu sudah tidak ada."
"Jangan bicara omong kosong!!"
"Tapi memang itu kenyataannya! Tidakkah kamu lihat sendiri? Aku bukanlah, Nona Liliana yang Kaya Raya, aku hanya Liliana yang miskin, jelek dan seorang Office Girl! Apa yang bisa aku lakukan dengan keadaan seperti ini? Melawan hanya akan membuat masalah yang lebih besar untuk ku."
Bersambung
Mau Baca lebih awal? Bisa Cek di Akun Karyakarsa, sudah sampai TAMAT!! Link di Bio