Chereads / Untie Me / Chapter 4 - BAB 4 Di mana Semua Dimulai

Chapter 4 - BAB 4 Di mana Semua Dimulai

Sementara itu di sisi lain, kelompok penyergapan juga sudah bergerak. Mereka diperbolehkan untuk membunuh seluruh musuh yang ada di sana. Berbeda dengan kelompok Larry yang harus membawa setidaknya satu orang musuh untuk dimintai keterangan.

Saat mengetahui bahwa musuh telah tiba di daerah mereka, seluruh anak buah Raja Kegelapan yang ada di sana langsung bersiap-siap menyerang. Salah satu diantara mereka memindai sekeliling lalu menghembuskan napas lega.

"Syukurlah, anak itu tidak ada di sini. Setidaknya kemungkinan aku hidup meningkat menjadi delapan puluh persen." Bisiknya kepada teman di sebelahnya.

"Diamlah! Jangan cepat bersyukur. Kau tahu bukan kalau anak itu adalah target utama kita. Jika kita berhasil melaksanakan misi, maka Yang Mulia Lazanus akan memberikan kita hadiah. Dan jika gagal maka habislah kita," ujar temannya yang membuat dirinya langsung meminta maaf.

Tak lama kemudian, salah satu diantara mereka langsung menargetkan Euphemia yang dianggap paling lemah. Dia mengeluarkan sihirnya dan bergerak sangat cepat sehingga orang-orang di sana tak sempat menyadari.

Namun, rencananya itu berhasil digagalkan Callice yang tiba-tiba muncul entah dari mana. Callice menggenggam kedua tangan pria dengan erat lalu membanting tubuhnya ke tanah. Dia mengepalkan tinjunya yang diperkuat dengan energi sihir dan langsung menargetkan perut musuhnya itu. Saking kuatnya pukulan Callice, bahkan tanah di sekitarnya pun ikut merasakan dampaknya.

Sebagai satu-satunya pihak dari Frostia, Noah takjub dengan apa yang dilihatnya. Kini dia benar-benar bisa membuktikan rumor yang beredar. Callice memang benar-benar sangat kuat seperti yang dirumorkan.

Bahkan kekuatannya hampir menyaingi ayahnya sendiri yang dikenal dengan ksatria sihir terkuat di dunia.

"Kau tak apa Euphemia? Apa dia sempat menyentuhmu? Katakanlah, agar aku tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya." Callice berjalan mendekati Euphemia.

"Tidak. Dia belum sempat melakukan hal buruk padaku, ini semua berkatmu. Terimakasih. Selain itu, biar aku menyembuhkan lukamu itu." Euphemia berbicara sambil menunjuk ke leher Callice.

Pria itu kemudian menyadari ada goresan kecil di lehernya.

"Cih, dia berhasil menggoresku ternyata. Hebat juga dia."

Euphemia kemudian menggenggam tangan Callice. Mulai membaca mantra penyembuhan. Callice tak berniat menolak. Membiarkan cahaya keemasan itu menjalar di tubuhnya. Penyembuhan Euphemia tidak main-main, tak hanya luka yang ditargetkan, seluruh luka tersembunyi di tubuh pasiennya pasti akan langsung sembuh. Ini adalah sihir penyembuhan tingkat tinggi yang hanya dimiliki keluarga kerajaan. Hal itu karena sihir penyembuhan membutuhkan banyak energi sihir yang tidak dimiliki orang biasa.

Callice melirik ke arah Lean yang memandangnya sambil tersenyum simpul.

"Luka cambuk di punggungnya pasti telah sembuh sekarang, syukurlah." batin Lean.

"Kau dari mana, Kak? Menghilang tiba-tiba begitu," tanya Linn

Callice mengedikkan bahu, "Hanya memeriksa sesuatu."

Kini, keenam orang itu mulai memfokuskan perhatian pada puluhan musuh di hadapan mereka. Mereka bergerak. Callice dengan sihir pohon dan sihir es-nya, Noah dengan sihir air-nya, Linn dengan sihir tanaman merambat-nya dan Allan dengan lava miliknya mulai menyerang musuh-musuh di hadapan mereka.

Sementara Lean dan Euphemia bertugas sebagai penyihir pembantu. Lean membantu teman-temannya berpindah-pindah dengan sihir spatial-nya sehingga membuat musuh kebingungan. Dan Euphemia dengan sihir cahaya-nya membantu mengkaburkan pandangan musuh.

Pertarungan ini didominasi olah Callice. Pria berambut putih itu menyerang musuhnya secara membabi buta. Tak ada kata ampun bagi mereka. Hal yang berhasil membuat seluruh musuhnya merinding setengah mati. Salah satu dari musuhnya kini menangis memohon ampunannya.

"Maafkan aku, Pangeran. Aku mohon. Jangan bunuh aku. Aku masih mempunyai anak dan istri. Ucapnya sambil berlutut tatkala Callice bersiap-siap mengepalkan tinjunya.

Callice menarik kerah baju pria itu dengan kasar. Menatap wajahnya lamat-lamat dengan tatapan tajam.

"Mereka sekarang tinggal di mana?" Callice bertanya tak sabaran.

"Sa-saat ini mereka ada di desa Bredon, wilayah Tuan Montage, di Frostia. Tolong lah kami Pangeran. Saat itu aku tak punya pilihan selain mengikuti Tuan Lazanus karena dia mengancamku," ujarnya sambil menunjukkan wajah memelas yang membuat teman-temannya marah.

Mendengar itu Callice pun menjawab, "Baiklah. Sebagai anggota Keluarga Kekaisaran Frostia, aku berjanji akan menjamin kehidupan keluargamu. Tapi..."

Callice menggerakkan tangannya.

Mengeluarkan es pipih yang menyerupai sebilah pedang dan mengarahkannya ke pria yang diketahui bernama Bardos itu.

"Aku tidak berniat mengampunimu. Apa kau pikir aku tak tahu kalau kau mencoba membohongiku? Ancaman apanya. Aku bertaruh kau tidak pernah mendapatkan ancaman dari Lazanus. Karena pria itu bukan tipe yang akan merekrut bawahan. Justru orang-orang sepertimu lah yang akan mengejar-ngejarnya hanya demi kekuatan. Apakah aku salah?"

Mendengar itu wajah Bardos pucat pasi. Dirinya tak dapat melakukan apapun saat es milik Callice mulai ditusukkan ke dadanya. Callice sengaja memperlambat gerakannya karena ingin memberikan rasa sakit dua kali lipat untuknya.

"Aku benci orang sepertimu! Hanya demi keserakahanmu, kau rela membuat anak dan istrimu menderita, sialan!!!"

Setelah membunuh Bardos, Callice melanjutkan pertarungannya. Dia membanting, menusuk, meninju, bahkan mematahkan tulang-tulang puluhan musuhnya hanya dengan bantuan kedua tangan yang diperkuat energi sihir.

Terakhir, Callice menggunakan sihir pohon miliknya untuk menyerap seluruh sihir milik puluhan musuhnya sekaligus.

Atribut sihir miliknya berasal dari kedua orang tuanya. Sihir es milik keluarga El-Frostia dan sihir tanaman yang mampu menyerap sihir lawan milik keluarga Lemminas. Dengan kata lain, Callice bisa menggunakan sihir ayah dan ibunya sekaligus. Sebuah hal yang hampir mustahil dan saat ini hanya Callice yang diketahui memilikinya.

Hanya dengan waktu singkat, pertarungan yang didominasi oleh Callice itu langsung selesai. Tak ada satupun musuh yang dikalahkannya yang tidak meregang nyawa.

Setelah diobati oleh Euphemia, Keenamnya langsung kembali ke Villa menggunakan sihir spatial. Begitupu dengan tim Larry yang sudah selesai melaksanakan misi.

Kini, para sandera yang telah dibebaskan kemudian dijemput oleh pihak negaranya masing-masing. Mereka tampak sangat berterimaksih pada kelompok ksatria yang telah membebaskan mereka dari neraka.