Chereads / Untie Me / Chapter 7 - BAB 7 PASRAH

Chapter 7 - BAB 7 PASRAH

"Nona, kami telah menyiapkan gaun untuk anda kenakan di pesta. Katakan lah kepada kami jika ada yang kurang," ucap seorang pelayan wanita kepada Terra.

Dia kemudian memandangi dua setel gaun itu sambil meletakkan tangannya di dagu. Berpura-pura berpikir.

"Ntahlah, menurutku, gaun ini cantik. Hanya saja, kali ini aku ingin mengenakan gaun khas Arcaria. Tak apa kan, Euphy?" tanyanya.

"Aku rasa itu boleh saja. Tetapi jika ingin membuat gaun baru pasti membutuhkan waktu," jawab Euphemia.

Terra tersenyum. Sejak awal dirinya memang sudah mempunyai rencana.

"Aku ingin membeli sendiri gaunnya. Aku sudah meminta Devon dan Noah untuk menemaniku ke butik," sahutnya.

"Kalau begitu, bukannya kau seharusnya mengatakannya kepadaku, agar aku bisa memanggil manager butiknya ke sini?"

Terra menggeleng. "Itu bisa merepotkan mereka. Maka dari itu lebih baik aku yang pergi ke sana."

Terra mempunyai jiwa yang bebas. Terkurung di dalam istana walau sehari saja akan membuatnya bosan. Maka dari itu dia berpura-pura tidak menyukai gaun yang disiapkan agar diizinkan keluar istana. Pasalnya, peraturan bahwa tamu kehormatan dilarang berkeliaran keluar istana adalah peraturan tak tertulis yang sudah ada sejak dulu dan dipakai hampir seluruh negara di benua ini. Jika ada yang melanggar, umumnya orang-orang akan mempertanyakan cara tuan rumah menjamu tamunya.

***

"Kakak, aku mohon jangan berlari! Aku menyerah, jadi berhentilah!" teriak seorang anak di tengah hiruk-pikuk kota.

Sementara yang diteriaki malah memasang wajah meledek dan terus berlari kencang.

Dia adalah gadis tinggi semampai dengan proporsi tubuh ideal tetapi cenderung kurus. Rambutnya merah muda bergelombang dengan panjang melebihi pinggangnya yang sering didandani half ponytail dengan hiasan pita berwarna putih kebiruan. Matanya berwarna hijau terang yang sering dideskripsikan Callice mirip dengan batu zambrut.

Dia adalah Vivanna Reins Berberis, sahabat dari Callice, Lean, dan Devon.

Gadis itu akhirnya berhenti tatkala dirinya tak sengaja menabrak gadis lain yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Dia membersihkan lututnya yang kotor lalu perlahan melihat wajah orang yang ditabraknya.

"Maafkan aku. Aku tadi sedang bermain kejar-kejaran dengan adikku dan tak sadar kau ada di depanku," ujarnya menyesal.

Netranya kemudian beralih ke laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Devon? Untuk apa kau ke sini? Apa kau mau membelikan gaun untuk bibi?" tanyanya sambil berjalan mendekat.

Devon kemudian mengisyaratkan Vivanna untuk merendahkan suaranya. Dia kemudian mengarahkan tangannya ke arah dua orang dengan tudung di kepala itu.

"Aku sedang menemani mereka berdua berbelanja. Asal kau tahu saja, mereka adalah bangsawan dari Frostia," jelasnya.

Vivanna memang awalnya sedikit terkejut, tetapi untungnya ia langsung mengerti dan kembali menghadap gadis tadi untuk kembali meminta maaf. Dia kemudian memperkenalkan dirinya dengan sopan kepada Terra dan Noah. Terra tersenyum hangat dan langsung menyatakan bahwa mereka adalah teman.

Kemudian, Terra mengajak Vivanna untuk masuk dan menemaninya berbelanja.

Vivanna tercenung sejenak. "Bangsawan tinggi ini meminta diriku untuk menemaninya berbelanja? Langka sekali," batinnya.

Namun karena Terra sudah terlanjur merangkulnya, mau bagaimana lagi?

Terra dan Vivanna adalah orang yang mudah sekali berbaur. Itulah sebabnya, hanya dengan hitungan detik saja kedua gadis itu langsung akrab.

"Sepertinya aku melupakan sesuatu," batin Vivanna.

Namun dirinya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan apapun itu. Keduanya kini tampak asyik memilih pakaian.

"Noah, menurutmu aku lebih cocok menggunakan gaun yang ini atau yang satunya lagi?" tanya Terra kepada tunangannya itu.

Noah lalu berjalan mendekat dan mulai memilih.

"Mau pakai yang ini ataupun yang itu, kau akan selalu tampak cantik, Sayang," godanya.

"Astaga Noah, bukankah aku telah memerintahkanmu untuk tidak memanggilku seperti itu di tempat umum?" sahut Terra.

"Sudahlah, aku lebih nyaman memanggilmu begitu." Sambung Noah lagi sambil berusaha membujuk Terra yang mengerucutkan bibir.

Sementara dua orang lagi hanya memperhatikan dengan ekspresi wajah yang sulit dideskripsikan.

"Sekarang aku adalah nyamuk," ucap Vivanna.

"Ya, aku juga nyamuk," sahut Devon.

***

Setelah selesai berbelanja, Vivanna dan yang lainnya mulai menjelajahi satu-persatu toko yang ada di kota. Toko makanan, senjata, kosmetik, dan lain-lain. Terra yang meneraktir mereka semua. Sampai kemudian perhatian mereka teralihkan oleh sekelompok orang yang berkerumun. Mereka berdesak-desakan hanya untuk melihat sesuatu di papan pengumuman.

"Aku akan ke sana dan membawa berita penting," ujar Vivanna sambil berlari.

Dengan mudah dia menyelinap dan kini telah berada di depan papan pengumuman.

Deg!

jantungnya bergerak cepat. Urat-uratnya perlahan menegang dan jari-jarinya menjelajah ke kertas yang tertempel itu.

Pengumuman Nama Calon Tunangan dari Tuan Putri Euphemia

1. Alfonso Viese Lemminas

2. Benjamin Ileo Lemminas

3. Callice Elmer Lemminas

4. Claude Dyan Lemminas

5. Linn Aldric Lemminas

6. Omega Rion Lemminas

7. Rei Samuel Lemminas

8. Verys Aldric Lemminas

9. William Jed Lemminas

10. Zeref Dylan Lemminas

Devon yang khawatir setelah melihat ekspresi wajah Vivanna langsung bergegas menghampiri. Dirinya berulang kali memanggil gadis itu tetapi tak diidahkan. Barulah setelah Devon menepuk pundaknya akhirnya Vivanna tersadar. Vivanna melihat ke arah Devon sambil mengarahkan telunjuknya ke kertas pengumuman itu.

Devon ikutan syok. "Ini perjodohan? Bukankah Callice-" Devon tak melanjutkan ucapannya.

Dia harap tidak ada masalah besar yang timbul karena hal ini.

Devon tak dapat menghentikan Vivanna ketika gadis itu berlari pergi. Dirinya sangat mengetahui perasaan Vivanna saat ini. Walau tanpa hubungan yang pasti, Callice dan Vivanna sudah lebih dari sekedar sahabat.

"Apakah luka cambuk di punggung Callice saat itu ada hubungannya dengan ini"?batinnya.

"Ada apa, Dev? Mengapa wajahmu seperti itu?" tanya Noah menghampiri.

"Astaga, apa ini artinya Pangeran akan segera menikah? Apalagi dia akan menikah dengan Euphy?" ucap Terra heboh tapi tetap menyesuaikan volume suaranya dengan sekitar.

Devon hanya tersenyum simpul. Tak tahu harus membalas apa karena dirinya pun masih belum mengerti dengan yang terjadi. Kenapa Callice tak pernah mengatakan sesuatu kepada mereka? Bukankah Callice menyukai Vivanna? Dirinya memang mengetahui tentang perjodohan antara Keluarga Kerajaan dan Keluarga Lemminas, tapi tetap tak menyangka bahwa Callice akan diikutsertakan. Sebenarnya cara penentuan calonnya bagaimana? Mengapa Callice yang memiliki citra buruk diantara para Bangsawan malah berkesempatan menjadi Putra Mahkota.

Namun Devon berusaha menghilangkan pikiran buruk dari kepalanya. Mencoba berpikir positif bahwa Callice pasti akan menolak ikut serta dalam sayembara. Karena jika Callice mengikuti sayembara, maka dirinya sudah dapat dipastikan menang.

Di sisi lain, Vivanna yang sudah berlari cukup jauh dari Ibukota, kini menangis tertunduk. Dia tak dapat mencegah cairan bening itu lolos dari matanya.

Gadis itu menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya. Ia kecewa tapi tak tahu kepada siapa. Dia tahu pasti bahwa Callice tak akan berbuat begitu. Tapi, mengapa nama 'sahabatnya' itu terpampang dengan jelas di papan pengumuman tadi. Seketika isi pikirannya tak jauh berbeda dengan Devon tadi.

"Tapi, kalau mereka benar akan menikah, apa yang bisa kulakukan? Diantara semua gadis di Kerajaan, Tuan Putri adalah yang paling sesuai sebagai pendamping Callice. Seorang Pangeran Kekaisaran dan Putri Mahkota Kerajaan. Sungguh sempurna," monolognya dengan nada miris.