Hari ini adalah perayaan persahabatan antara Arcaria dan Frostia yang sebelumnya terlibat perselisihan selama beberapa abad. Selain Larry dan teman-temannya, ada beberapa Bangsawan utusan Kaisar yang turut hadir. Dari pihak Arcaria, hanya Lemminas yang tinggal di Ibukota juga sebagian kecil anggota keluarga Castellano lah yang hadir, juga beberapa tokoh penting di Kerajaan di luar anggota Bangsawan. Hal itu karena beberapa Bangsawan menolak tegas perdamaian ini.
Di Kediaman Elmer Lemminas
"Ibu tidak mau tahu, pokoknya kau harus hadir kali ini!"
"Astaga Ibu, tolong berikan keringanan padaku. Orang-orang angkuh itu hanya akan menatapku sinis jika aku hadir kali ini."
"Tak usah memperdulikan mereka, Callice. Sebagai keluarga Kekaisaran sekaligus Bangsawan Arcaria, penting bagimu untuk hadir di sana. Kau harus menjadi tokoh utamanya!" final Vera.
Callice mendecih kesal. Sebelumnya dirinya juga telah meminta Leander untuk membantunya kabur, tetap ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu. Tak punya pilihan lain, kini dirinya hanya mampu menurut perintah sang Ibu.
Ibu dan adiknya sangat terpesona tatkala Callice keluar dengan begitu gagahnya saat menggunakan setelan formal. Padahal itu bukanlah hal yang aneh karena Callice sering memakainya. Tapi penampilannya saat ini memang berbada dari biasanya. Sang Ibu bahkan terus-terusan mengeluarkan pujian yang membuat Callice risih. Tapi, di sisi lain dia juga menyukainya.
Air mukanya langsung berubah saat ayahnya menghampiri mereka. Pria paruh baya itu bahkan tak melirik sedikitpun ke arah Callice. Elmer langsung menggendong Olyfia sekaligus merangkul istrinya tanpa memerdulikan Callice di belakang.
"Merusak suasana saja", batin Callice.
***
Berurusan dengan banyak orang adalah salah satu hal yang Callice benci. Harus menjaga tata kramanya sebagai Bangsawan di hadapan orang-orang yang seharusnya pantas dimaki membuat energinya terkuras habis. Dia melirik ke sekeliling. Semua orang tampak sibuk dengan lawan bicaranya masing-masing. Terutama teman-temannya dari Frostia yang menjadi tamu utama malam ini.
Jadi, kali ini Callice akan menikmati waktunya sendiri. Pria itu berjalan ke arah balkon sambil menggenggam segelas wine. Angin malam yang berhembus pelan membuatnya merasa tentram. Saat ini pria berkulit pucat itu memfokuskan pandangannya ke langit malam. Seperti biasa menatap bintang-bintang berkilauan.
"Oh ya? Pantas saja aku tak melihatmu di Aula. Ternyata 'Pangeran Es' kami tengah membiarkan dirinya tenggelam dalam lautan kesunyian, bukankah begitu, Callice El-Frostia?" Seorang pria dari Lemminas tiba-tiba datang menghampiri.
Pria itu bahkan tak menyebutkan nama belakang Callice dengan benar. Sengaja menunjukkan bahwa hingga saat ini Callice masih tidak diterima di keluarga mereka.
Callice menoleh sekilas. Membiarkan waktu berjalan sejenak, sengaja membuat pria di belakangnya menggerang kesal. Dia menarik sudut bibirnya, sambil merotasikan bola matanya ke atas dan ke bawah dengan tatapan merendahkan.
"Aku rasa kau perlu mengetahui lebih detail terkait perbedaan 'sengaja menyendiri' dengan 'kesepian', Tuan Muda William Jed Lemminas. Dan satu hal lagi-." Callice menjeda ucapannya tatkala William hendak menyiramkan wine ke wajahnya. Sebelum itu terjadi Callice dengan cepat mengeluarkan sihirnya untuk menghalangi minuman itu mengenainya. "-Sepertinya kau terlalu rendah diri hingga dengan sadar mengakui perbedaan posisi kita. Selain itu, bukankah caramu merendahkanku sangat tidak elegan? Kau hanya menjatuhkan harga dirimu sendiri kalau begini caranya." Callice berjalan tenang meninggalkan laki-laki itu. Menjadikan mereka kini sebagai tontonan puluhan pasang mata yang menatap penasaran.
"Jangan berlagak angkuh, Callice! Sebentar lagi aku akan membungkam mulut busukmu itu. Lihatlah bagaimana aku akan membuat dirimu berlutut di hadapanku!" teriaknya.
"Lakukan sesukamu," jawab Callice singkat.
"Apa aku perlu melakukan sesuatu kepada orang itu, Callice?" tanya Larry menghampiri. Wajah pucatnya itu tampak memerah. Dia sedang marah.
"Bertindaklah sebagaimana layaknya seorang tamu, Larry. Jika kau gelap mata, maka perdamaian yang telah diusahakan kedua negara akan runtuh begitu saja," jawab Callice.
"Maaf. Aku tak bermaksud begitu. Apa orang-orang di sini memperlakukanmu sama sepertinya? Larry bertanya memastikan.
Callice menarik ujung bibirnya, "Tentu saja. Semakin sedikit kelebihan seseorang maka dia cenderung akan mencari-cari masalah," sindirnya.
Teng teng teng
Keduanya menoleh. Ini saatnya pesta dansa. Alunan musik mulai dimainkan. Seluruh tamu yang hadir biasanya akan diberikan kesempatan sebentar untuk menentukan pasangan mereka.
Seluruh mata tertuju pada Callice saat ini. Bukan tanpa alasan, Euphemia, Sang Tuan Putri datang kepadanya sambil mengulurkan tangan,"Tuan Callice, Maukah kau melakukan dansa pertamamu denganku?" tanya Euphemia malu-malu.
Callice menatapnya bingung. Menoleh kearah Verys yang memandang dengan tatapan kecewa. Ada rasa bersalah menyelimuti hatinya melihat ekspresi Verys. Callice hendak membuka mulut dengan maksud ingin menolak dengan sopan. Namun netranya malah bertemu dengan mata elang milik ayahnya yang kini menatapnya tajam. Disisi lain, tamu undangan di sana mulai berbisik-bisik, menampilkan wajah yang menyebalkan di mata Callice.
"Maaf Verys. Mungkin kali ini aku memang harus sedikit membuatmu cemburu. Tapi, ini demi diriku sendiri," batinnya.
Callice membungkuk. Meraih tangan Euphemia lalu menciumnya.
"Dengan senang hati, Tuan Putri."
Keduanya berdansa dengan indahnya. Langkah kaki Callice benar-benar terukur, tak menghasilkan sedikitpun kesalahan. Mereka berhasil menarik perhatian seluruh tamu. Tak menyangka bahwa Callice dapat berdansa dengan baik padahal dia hampir tak pernah tampil di pesta manapun. Mereka pada dasarnya hanya iri.
Keduanya lalu sama-sama menunduk. Gerakan umum yang dilakukan untuk menghormati pasangannya setiap kali selesai melakukan dansa.
"Gerakan yang indah, Pangeran." Terra menghampiri sambil bertepuk tangan.
Menanggapi itu, Callice tersenyum simpul. Kemudian mengedarkan pandangannya ke arah orang-orang yang menatapnya sinis. Dia tersenyum mengejek.
"Apakah Pangeran benar-benar akan menikah dengan Euphy?" bisik Terra penasaran.
Callice langsung menyangkal. Mengatakan bahwa Verys jauh lebih cocok untuk menjadi bersanding dengan Euphemia dan menjadi Putra Mahkota kelak.
"Itu benar. Mereka berdua memang pasangan yang serasi," ujar Terra sambil melirik ke arah Verys dan Euphemia yang tengah berdansa.
"Sama seperti kita, bukan?" Noah datang dari arah belakang.
Keempatnya lalu tertawa.
"Tapi, bukankah nama Anda tertulis di papan pengumuman itu? Apa Anda akan menolaknya? Apa tak masalah? Dan kalaupun Pangeran tetap mengikuti pertandingan itu, aku yankin Anda pasati akan menang dengan mudah. Lalu bagaimana dengan Tuan Verys? Terra mencecari Callice dengan pertanyaa-pertanyaannya.
Callice terdiam sejenak. "Semua akan baik-baik saja," jawabnya singkat. Terra dan lainnya mengangguk menanggapinya.
Kemudian Noah menarik tangan Terra untuk mengajaknya berdansa. Sedikit melanggar peraturan karena berdansa dengan pasangan yang sama dua kali. Tapi Noah tak perduli. Hanya Terra yang boleh berdansa dengannya dan begitupun sebaliknya.
Callice memperhatikan dua insan romantis itu. Berharap suatu hari nanti dirinya juga berkesempatan melakukan hal yang sama dengan gadis yang dicintainya tanpa adanya penghalang dari manapun itu.