Dalam pelaksanaan misi kali ini, mereka dibagi menjadi dua kelompok untuk mempercepat pekerjaan. Kelompok pertama adalah Kelompok Pembebasan Sandera, dan kelompok kedua adalah Kelompok Penyergapan. Menurut informasi, anak buah penyihir kini terbagi dalam kedua kubu. Entah apa yang sedang mereka rencanakan.
Saat ini, kelompok pertama sudah mulai melaksanakan misi. Mereka berada sekitar lima ratus meter dari tempat penyanderaan. Verys yang berada di atas pohon sihirnya kini sedang memperhatikan gerak-gerik musuh dengan bantuan teropong sihir.
"Apakah kau melihat sesuatu, Tuan Lemminas?" tanya Larry. Verys mengangguk singkat.
"Di arah pukul dua ada celah kosong. Penjagaan di sana tak terlalu ketat. Aku bisa melihat mereka sedang mabuk-mabukan. Ceroboh sekali." Verys kemudian turun dari pohon sihirnya.
"Bukankah arah pukul dua terlalu jauh dari penjara, Tuan Verys?" tanya Theo.
"Itu memang benar. Tapi kali ini yang terpenting adalah kita harus masuk ke daerah pertahanan mereka terlebih dahulu," jawab Verys, yang kemudian diangguki oleh Theo.
"Baiklah. Itu berarti Verys dan Theo akan melalui jalur itu. Sementara aku, Terra, dan Devon akan melawan penyihir yang menyebar di sana," ujar Larry. Semua yang ada di sana menyetujui rencana itu dan mulai bergerak.
***
Sebuah kabut tiba-tiba menyelimuti daerah penyanderaan. Orang-orang di sana termasuk para tahanan tiba-tiba menjadi panik. Namun hal itu tak berlangsung lama karena para anak buah Raja Kegelapan dengan cepat mengambil posisi siaga. Sampai akhirnya mereka kemudian menyadari bahwa tanah pijakan mereka kini telah diselimuti lava. Beberapa diantaranya langsung berteriak kesakitan namun sebagian besar langsung menggunakan sihir mereka untuk terbang.
"Ck, mereka sangat gigih, ya? Seperti yang kuharapkan dari penyihir tingkat atas. Pertarungan ini akan menarik," Terra bermonolog sambil memperbesar cakupan sihir kabutnya.
"Sihir angin: Mega tornado! ".
Terra terkejut saat sihir kabut miliknya dengan mudahnya hilang oleh sihir angin milik musuh.
"Sungguh sihir yang hebat. Hanya mereka yang terlahir sebagai Bangsawan dan yang berlatih keraslah yang memiliki kapasitas sihir sebesar itu," ujarnya kepada musuh yang kini berada di hadapannya.
Tanpa berbasa-basi, musuh yang merupakan pria paruh baya itu langsung mengayunkan pedang anginnya ke arah Terra. Beruntung Terra dengan cepat mengubah dirinya menjadi kabut. Pria paruh baya itu memindai sekeliling. Kemudian menutup matanya untuk merasakan keberadaan Terra.
"Di belakang!" Pekiknya.
Namun sama seperti tadi Terra kembali bertransformasi. Pria itu kembali menyerang dan Terra terus-terusan menghindar. Ada satu waktu di mana pedang angin pria itu berhasil melukai Terra. Namun untungnya itu bukanlah luka yang fatal.
"Ada apa anak muda? Apakah kemampuanmu hanya sebatas menghindari serangan saja? Padahal aku sudah berharap banyak dari Bangsawan Kekaisaran," ujarnya sambil menunjukkan wajah sok kecewa.
Seketika sekeliling kembali dipenuhi kabut. Suara hiruk pikuk peperangan terdengar sangat intens di bawah sana. Dengan adanya sihir kabut Terra, kelompok mereka dapat diuntungkan. Pasalnya, Terra dapat mengatur kabutnya sehingga tidak mengganggu penglihatan teman-temannya.
"Tentu saja aku mampu menyerang. Tapi itu bertentangan dengan rencana kami loh, Paman," Terra bersuara.
Kabut miliknya kini semakin tebal. Bahkan tak dapat dihilangkan oleh sihir angin milik pria itu.
"Dari awal aku sudah mendeteksi sihirmu. Kami sadar bahwa kau adalah tantangan terberatku. Jadi aku diperintahkan untuk mengurusmu."
Mendengar itu, pria paruh baya tersebut kemudian menggertakkan giginya. Tampak kesal dengan provokasi Terra, dia kembali mengeluarkan sihirnya dengan maksud menyerang.
Dengan cekatan dirinya terbang ke sana kemari untuk menyerang. Jujur saja, dengan kegigihan pria itu Terra dapat dibuat kesulitan. Terra berkali-kali terkena serangan. Namun dirinya tetap berkonsentrasi untuk menjaga stabilitas sihirnya.
Pria itu kembali mengeluarkan Mega Tornado nya. Sihir dengan skala besar itu mampu dengan menghilangkan sebagian besar kabut di sekitarnya. Namun, alangkah terkejutnya dirinya ketika melihat teman-temannya sudah terbaring tak berdaya. Saat ini hanya tersisa sepuluh penyihir kelas atas dari pihak mereka.
Larry kini tengah melawan dua diantaranya. Salah satunya adalah penyihir api dan yang satunya lagi adalah penyihir petir. Keduanya memiliki atribut sihir yang bertolak belakang dengan Larry. Tak bisa dipungkiri kalau penyihir elite sepertinya pun kewalahan.
Namun, hal itu tak menjadikan dirinya putus asa. Larry kembali memfokuskan dirinya sehingga energi sihirnya meluap-luap. Dia menggerakkan tangannya. Kembali mengunci pergerakan lawan dengan sihir es-nya. Kedua musuh itu kembali tertawa. Sambil mengeluarkan sihir masing-masing mereka menghina Larry yang dianggapnya tidak belajar dari kesalahan.
Menyadari bahwa sihir mereka tak cukup kuat melelehkan es-nya mereka pun mulai panik.
"Sial, es-nya terus-terusan muncul. Lama-lama energi sihirku bisa habis hanya untuk ini," pekik si penyihir api.
Sedangkan yang satunya lagi mengerang, Mencoba sekeras tenaga menghancuran es milik Larry. Tak mau membuang waktu, Lary mendekati keduanya dan menggunakan tinju es-nya Larry mengalahkan keduanya sekaligus. Hanya dengan satu pukulan!
***
Di saat yang bersamaan, Devon juga tengah berusaha keras mengalahkan musuhnya. Dia terengah-engah. Ada beberapa luka lebam di tubuhnya berkat pertarungannya itu.
"Sial, padahal aku telah berlatih keras untuk ini. Tapi hasilnya sangat mengecewakan."
Belum sempat berkonsentrasi, dua pihak musuh kini datang ke hadapannya. Kini lawannya menjadi tiga. Devon kembali mencela dirinya sendiri. Merasa sangat lemah sampai-sampai musuhnya kini meledeknya.
Bangkit! Aku tidak akan berbelas kasihan padamu. Kau sendiri yang memintaku untuk melatihmu, kan? Kau harus bangkit atau kau tidak akan pernah menjadi kuat. Tiba-tiba suara itu muncul. Itu adalah perkataan Callice padanya saat mereka masih kecil dulu. Devon yang saat itu menyadari betapa kuatnya Callice kemudian memintanya untuk melatih dirinya.
"Ya, aku harus bangkit. Apa yang akan kukatakan pada keluargaku jika aku tak mampu mengalahkan satupun dari mereka. Mereka bisa kecewa."
Devon kembali mengerahkan seluruh kemampuannya. Menargetkan musuh yang sejak tadi telah bertarung dengannya. Untunglah Terra datang membantu dan menyerang dua penyihir lainnya.
Tak menolak dibantu, Devon malah merasa terbantu oleh kedatangan Terra.
"Aku serahkan mereka padamu, Nona"
Terra mengacungkan jempolnya sambil berkata,"Serahkan padaku. Akan kuurus mereka.
Devon melapisi tangannya dengan sihir lava miliknya. Dia sempat melirik sekilas pertarungan Larry tadi. Dia berlari, mengarahkan tinjunya pada musuhnya. Walaupun tinjunya sempat ditahan, tapi Devon tak menyerah. Dia terus maju. Ditinju dan meninju, tergores dan menggores. Devon kembali meninju musuhnya dengan sekuat tenaga. Walaupun sempat ditahan tetapi akhirnya tinjunya itu berhasil mengalahkan musuhnya. Devon terengah-engah melihat mushnya yang sudah terbaring tak berdaya itu. Ada perasaan puas di hatinya. Berbeda saat mengalahkan belasan musuhnya tadi. Dia dan Larry kini menuju ke tempat penyanderaan untuk membantu Verys dan Theo.
***
Setelah mengalahkan dua orang penjaga, Verys dan Theo saat ini berada di depan sel penjara. Penjara ini berada di dalam gua yang sempit namun sangat panjang. Dan di dalamnya ada puluhan sel yang masing-masing diisi dua puluh sampai tiga puluh orang.
Verys mengepalkan tangannya saat melihat kondisi para sandera yang tampak mengerikan. Para sandera itu akan dihisap energi kehidupannya untuk menambah umur Raja Kegelapan beserta anak buahnya. Dan sembari menunggu giliran, mereka hanya akan diberi makanan yang tidak layak, tak ada tempat tidur, dan dibiarkan begitu saja jika mati.
Verys mengutuki dirinya sendiri,"Jika saja aku bisa menemukan lokasi mereka dengan cepat mungkin hal ini tidak akan terjadi. Padahal tempat ini tidak terlalu jauh dari Ernest. Tetapi bisa-bisanya kita baru menemukan tempat ini setelah sekian lama," ucapnya sambil mengarahkan tinjunya ke dinding gua.
Theo mencoba menenangkan partnernya itu. "Ini bukan kesalahanmu. Kau sejak awal hanya diperintahkan untuk mengalahkan musuh. Semua ini adalah salah penyihir pengintai yang tidak kompeten dalam melaksanakan tugas mereka. Lebih baik sekarang kita bebaskan mereka."
Verys mengangguk mendengar hal itu. Mencoba mengendalikan dirinya.
Dia kemudian mendekat ke salah satu sel untuk memastikan. Dan benar saja, saat disentuh, sihir milik Verys mendadak menghilang.
"Sel ini dibuat dari material anti-sihir."
Theo mendekat.
"Kalau begitu bagaimana cara mengeluarkan mereka dari sini? Sel nya terlalu keras untuk dihancurkan dengan kekuatan fisik."
Verys kemudian bersiap-siap mengeluarkan sihirnya.
"Jangan khawatir, untuk itulah aku di sini."
Kemudian sebuah akar pohon muncul menembus lantai gua yang keras. Akar-akar itu kemudian menyebar ke seluruh bagian gua. Setelahnya Verys kemudian membatalkan sihirnya yang mengakibatkan terciptanya lubang-lubang besar.
"Itu hebat sekali, Tuan Verys. Aku tak kepikiran sebelumnya."
Verys hanya menanggapi pujian itu dengan senyum simpul.
Dia kemudian berteriak, "Kalian yang masih mampu berjalan, keluarlah melalui lubang sihirku itu! Dan bagi yang tak sanggup berjalan, tenang saja, temanku di sini untuk menyembuhkan kalian."
Para sandera itu kemudian berdesak-desakan untuk keluar dari lubang itu. Mereka seakan lupa dengan rasa sakit yang mereka alami. Tak sedikit yang mengeluarkan air mata.Terharu.
"Untuk saat ini aku melarang kalian untuk keluar gua. Tetaplah di belakangku sampai aku memperbolehkannya," ujar Verys yang dituruti oleh semua sandera di sana.
Sementara itu, Theo mulai melakukan tugasnya. Melalui lubang-lubang yang ada, dirinya mulai mengirimkan gelembung-gelembung air ke dalam sel. Tujuannya adalah untuk memberikan energi kepada sandera yang tak mampu berdiri.
Setelah seluruh sandera dipastikan keluar dari sel, Verys dan Theo kemudian memimpin mereka untuk keluar dari gua. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki keluar gua, mereka langsung dihadang oleh dua orang musuh yang masih tersisa. Verys berdecih pelan. Akan sangat sulit bertarung sambil menjaga para sandera dengan jumlah ratusan ini. Ditambah lagi, dua orang penyihir ini sepertinya lebih kuat dari penyihir-penyihir sebelumnya.
Beruntung Larry dan Devon datang tepat waktu. Keempatnya lalu bekerja sama untuk mengalahkan musuh tersebut sambil melindungi sandera. Tak membutuhkan banyak waktu sampai mereka memenangkan pertarungan.