Chereads / Untie Me / Chapter 1 - BAB 1 Awal dari Akhir

Untie Me

Lianha_Ilia_14
  • 7
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 48
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB 1 Awal dari Akhir

Siang itu, matahari tampak bersinar terang, menyinari air sungai, membuatnya memantulkan warna keemasan. Pohon-pohon bergerak pelan mengikuti irama angin. Burung-burung bersiul-siul merdu, terdengar seperti menyanyikan sebuah lagu.. Kupu-kupu dengan berbagai macam warna tampak terbang bahagia, sepertinya. Menghinggapi satu persatu bunga untuk mencari nektar. Tak apa, itu adalah simbiosis mutualisme. Dengan begitu, bunga-bunga akan tumbuh semakin banyak dari biji-biji hasil penyerbukan.

Dan di sinilah seorang pria muda tampak menghentak-hentakkan kakinya cepat. Dengan tangan yang dilipatnya di bawah dada, pria itu memangdang masam wajah

adik laki-lakinya yang baru saja tiba.

"Ya ampun, Linn! Mengapa kau lama sekali? Apa kali ini kau membantu nenek-nenek berbelanja lagi?" ujar Verys setengah emosi.

"Ah, maafkan aku, Kakak, tapi kali ini aku tidak melakukannya. Aku membantu pedagang mengejar pencuri," jawabnya terengah-engah.

"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Kak Callice. Di mana dia?" sambungnya lagi.

"Tak usah bertanya tentang dia padaku. Aku sudah cukup pusing menghadapi kalian berdua," jawab Verys.

Keduanya lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa Callice, berharap kakak sepupu mereka itu segera menyusul.

Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja orang yang dimaksud datang dan langsung merangkul kedua adiknya. Jangan tanya bagaimana ekspresi Verys saat itu; rasanya dia ingin sekali menenggelamkan kepala kakaknya itu ke dalam air sungai. Padahal usia mereka hanya selisih satu tahun, tapi entah mengapa dia merasa seperti mengurus balita.

Callice hanya tersenyum lebar melihat ekspresi adiknya, merasa bahagia setiap kali melihat wajah kesal Verys.

Beberapa jam kemudian,

"Kalian lambat sekali," ujar Leander, sahabat baik Callice.

"Maafkan aku, ini semua ulah mereka berdua," sahut Verys sambil melirik ke arah kedua saudaranya yang tampak tidak merasa bersalah.

Verys hanya membuang napas pasrah hingga perhatiannya teralihkan ke arah gadis yang menawarkan sapu tangan padanya.

"Kau tampak letih, pakailah ini untuk menyeka keringatmu," ujar gadis itu sambil tersenyum lembut.

Salah tingkah, ya, itulah yang dirasakan Verys saat ini. Wajahnya memerah, diiringi keringat yang semakin banyak menetes.

Menyadari ada yang berbeda dari Verys, Callice tersenyum lebar. "Sepertinya cuaca di sini panas, ya?" ujarnya sambil mengipasi wajahnya.

"Menurutku cuacanya sejuk," sahut Linn.

"Kalau begitu, mengapa adikku tersayang sepertinya kepanasan? Wajahnya memerah," ledek Callice sambil menutupi mulutnya dengan jari-jarinya.

"Apakah karena atribut sihir Tuan Putri Euphemia adalah cahaya, hingga membuatmu gerah, Verys?" Callice menambahkan, membuat semua orang yang ada di sana tertawa, kecuali Euphemia yang terlihat bingung dan Verys yang menggerutu.

Perhatian mereka teralihkan ke arah sekelompok orang yang baru tiba. Salah satunya melambaikan tangan sambil berteriak, "Halo, orang-orang dari Arcaria! Kami datang!"

Callice tersenyum lebar dan langsung berlari ke arah kelompok itu, menyapa seorang laki-laki di sana.

"Oh, adikku, Lary! Lama tak jumpa, saking lamanya aku hampir lupa dengan wajahmu. Apakah kau merindukanku? Ehh, ada apa dengan ekspresimu itu? Kau sakit?" Callice terlihat memutari tubuh adiknya itu.

"Aku mohon hentikan, Pangeran. Putera Mahkota kami terlihat risih," sela Terra, ksatria sihir dari Frostia.

Callice tertawa terbahak-bahak mendengarnya, sementara Verys terlihat malu dengan tingkah kakaknya itu.

"Baiklah, langsung ke intinya saja. Berhubung kita baru bertemu, maka kami akan memperkenalkan diri. Namaku Terra Flynn, aku suksesor dari Keluarga Bangsawan Valemont, dan aku juga teman masa kecil Pangeran Callice setiap kali dia berkunjung ke Frostia," ujarnya sambil melakukan salam ala bangsawan.

"Serta yang di sebelahku ini adalah tunanganku, Noah Alvaro. Dia adalah putera kedua dari Keluarga Ergan." Sementara yang dimaksud langsung menunduk setengah badan.

"Selanjutnya adalah aku, namaku Theo. Aku adalah putera kedua dari Keluarga Bangsawan Kaleo. Dan walaupun usiaku masih tiga belas tahun, aku tidak akan menjadi beban bagi kalian," tegas anak laki-laki itu.

"Lalu, seperti yang kalian tahu, laki-laki yang berdiri di sana adalah Yang Mulia Putera Mahkota Frostia, Lary El-Frostia," sambung Terra.

"Aku harap kita bisa bekerja sama dengan baik, karena dengan misi ini aku yakin perselisihan antara Arcaria dan Frostia akan memudar," Lary yang sejak tadi diam kini angkat bicara.

"Apakah orang-orang Frostia memang memperkenalkan diri dengan cara seperti itu, Kakak? Itu terkesan angkuh menurutku," bisik Allan kepada kakak laki-lakinya, Devon Arion Arachis.

Devon hanya tersenyum mendengar penuturan adiknya itu, meski ia juga merasa sedikit risih.

Setelahnya, pihak Arcaria mulai memperkenalkan diri. Dimulai dari Callice (walaupun semua orang di sana telah mengenal dirinya) dan diakhiri dengan Euphemia, Tuan Putri dari Arcaria.

"Anu, bolehkah aku mengajukan permintaan kepada kalian orang-orang dari Frostia?" tutur Euphemia dengan malu-malu.

"Tentu saja, apa itu, Tuan Putri? Selagi masuk akal, kami akan melakukannya," jawab Terra.

"Itu... Karena kalian adalah bangsawan dari kekaisaran, maka aku ingin kalian memanggilku dengan namaku saja," jawabnya mendadak tegas, membuat semua yang ada di sana sedikit terkejut.

"Hanya itu? Tentu saja. Karena kita sudah berkenalan, kita adalah teman. Memenuhi permintaan teman adalah hal yang wajar. Baiklah, aku akan memanggilmu Euphy. Bagaimana? Apa kau suka?" Euphemia mengangguk setuju. Itu adalah panggilan masa kecilnya.

"Ternyata orang-orang dari Kekaisaran ramah-ramah, ya? Ini berbeda dengan yang diceritakan Kakek kepada kita, Kak," bisik Linn kepada Verys saat mereka bersiap-siap untuk memasuki sihir spatial milik Leander. Verys tak menjawab dan hanya melirik singkat ke arah Callice.

Tak bisa dipungkiri, Verys juga tidak menyangka bahwa bangsawan kekaisaran jauh dari khayalannya. Lalu, mengapa Kakeknya membuat kisah palsu begitu? Sampai-sampai Callice yang tidak bersalah juga terkena imbasnya.