Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Kevin memberanikan dirinya untuk turun ke bawah sana. Dia menguatkan cengkeramannya, lalu dengan kekuatan yang besar, dia langsung menghantamkan tangannya pada lantai yang terbuat dari logam tersebut hingga membuka pintu masuk yang tersembunyi di bawah sana.
DUMMM!
Pintu lantai logam itu terbuka dengan suara yang sangat keras, dan terbuka lebih mudah daripada yang dia kira sebelumnya. Di bawah pintu itu, tampak ada sebuah anak tangga yang cukup lebar dan tampaknya menurun jauh ke bawah.
Untuk sejenak, Kevin menatap tangga tersebut dengan rasa penasaran yang dalam. 'Mungkinkah robot itu berasal dari bawah sini?' pikirnya sambil mengamati kegelapan yang menyelubungi bagian bawah tangga.
Dengan hati-hati, Kevin menghela napas dalam-dalam, lalu melangkahkan kakinya di anak tangga yang pertama. Saat dia turun, dia merasakan kegelapan menyelimuti sekelilingnya, untungnya dia dapat melihat dengan jelas setiap sudut yang ada di sekitarnya.
Tangga yang dia lalui saat ini terasa sangat panjang, dan tak ada percabangan atau belokan yang terlihat di depannya, hanya ada jalan yang terus menurun ke bawah sana dengan kegelapan yang masih saja sama. Setiap langkahnya terasa sepi dan hanya ada suara langkah kaki beratnya yang menggema di sepanjang lorong tersebut.
Tap… tap… tap…
Suara langkahnya terdengar teratur dan setiap langkah yang dia hentakkan membawanya semakin dalam ke arah yang dia belum ketahui. Meski tak ada cahaya sedikit pun yang menyinari jalannya, dia merasa semakin penasaran apa yang ada di ujung dari tangga ini, seperti ada sesuatu di bawah sana yang memanggilnya.
Setelah beberapa menit berjalan dalam keheningan yang dalam, akhirnya Kevin melihat ujung dari tangga tersebut. Kemudian, dia menghentikan langkahnya sejenak lalu mengamati pemandangan yang ada di depannya.
Struktur di sekitarnya tiba-tiba berubah secara derastis. Kini dia berada di sebuah lorong yang berbeda dari apa yang dia temui di atas. Dindingnya tidak lagi terdiri dari bebatuan biasa, melainkan dari bahan-bahan aneh yang tampak asing dan tidak dikenal olehnya.
"Ini… struktur bangunan yang ada di sini sangatlah berbeda dengan sebelumnya," pikir Kevin dalam hatinya sambil menatap dinding-dinding yang terbuat dari logam mengilap, dengan pola aneh di permukaannya. Meskipun tempat itu begitu asing baginya, perasaan pemasarannya terus menariknya untuk melangkah lebih jauh lagi ke depan.
Kemudian dia berjalan pelan kearah depan sambil terus menyusuri lorong yang penuh dengan bayangan gelap dan sesekali dihiasi oleh kilauan logam di dinding. Terkadang, Kevin merasakan ada sedikit hawa dingin yang berembus dari celah-celah dinding yang ada di sekitarnya.
Zreeet… Zreeet…
Tidak lama kemudian, terdengar ada suara kecil dan suara itu terdengar aneh di telinganya, seperti suara mesin yang bergetar di kejauhan. Untuk sesaat Kevin memperlambat langkahnya, dan berusaha untuk tidak membuat suara yang berisik. Hatinya tiba-tiba saja mulai berdebar, dan seketika memunculkan perasaan penasaran sekaligus waspada.
Di ujung lorong, dia melihat ada pintu besar yang terbuat dari logam tebal dan di hiasi oleh pola-pola yang hampir sama dengan pintu yang di lihatnya sebelumnya. Lalu, sesampainya di sana Kevin langsung berhenti dan berdiri di depannya, memandangi pintu itu dengan hati-hati.
'Bukankah pintu ini sama seperti pintu yang sebelumnya, pintu pertama kali yang ku temui?' pikirnya.
Kemudian, dengan langkah yang perlahan, Kevin mulai mendekati pintu yang bentuknya serupa dengan pintu masuk sebelumnya. Walau tidak sebesar yang pertama, pintu ini memiliki pola garis dan lingkaran yang hampir sama. Di sebelah kanannya, ada panel kotak yang penuh dengan angka-angka, persis seperti yang dia temui sebelumnya.
Lalu Kevin juga mencoba untuk menyentuh panel itu, jari-jarinya menyentuh angka-angka yang tertera pada panel tersebut dengan perasaan penasaran yang bercampur dengan waspada.
Namun, seketika ada sebuah masalah yang muncul di benaknya. 'Apa mungkin pintu ini butuh password? Lalu, apa password yang dibutuhkan di sini?' pikir Kevin.
Dia tidak tahu harus memasukkan kombinasi angka apa, dan tidak ada petunjuk di sekitarnya yang dapat membantunya untuk menghadapi permasalahan ini. Untuk sementara, pandangannya terlihat sedang memperhatikan ruangan kosong di sekelilingnya, sambil terus berharap bisa menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk.
Lalu, tidak berselang lama, ada sebuah ide yang dengan tiba-tiba muncul di kepalanya. 'Apa mungkin angka-angka yang di gunakan pada pintu besar yang sebelumnya itu bisa di gunakan di sini juga?' pikirnya dengan perasaan ragu.
Walaupun itu hanya duganya saja, mungkin saja password yang digunakan di pintu sebelumnya bisa berfungsi di sini. Setelah mendapat ide tersebut, Kevin mulai mendekat, lalu menatap panel kotak itu dengan seksama, lalu dia mulai menekan angka-angka yang teringat di benaknya, yaitu angka 0... 5... 6... 1.
Kreeeek...
Pintu seketika terbuka secara perlahan setelahnya, dengan suara logam yang berderak mengisi kesunyian ruangan yang ada di sekitarnya. Untuk sejenak Kevin menatap pintu itu dengan waspada kalau hal buruk terjadi, namun rasa penasaran nya terus berdesir di dalam dadanya.
Tanpa ragu-ragu lagi, dia langsung melangkah masuk dan mulai menyusuri ruangan besar yang tampak jauh lebih luas dari tempat manapun yang pernah dia lihat.
Saat dirinya masuk lebih dalam, dia segera sadar bahwa ruangan ini terlihat sangat berantakan. Dindingnya penuh bekas kerusakan seperti goresan yang dalam, dan benda-benda logam berserakan di lantai, beberapa di antaranya ada juga yang sudah hancur berkeping-keping. Saat Kevin melihat bekas-bekas serangan dan pecahan benda yang tersebar di mana-mana, dia hanya bisa memikirkan satu hal mengenai siapa pelakunya.
'Sepertinya ini adalah ulah dari robot itu.' pikirnya.
Dengan hati-hati, Kevin berjalan lebih jauh lagi ke dalam ruangan yang berantakan tersebut. Di salah satu sudut ruangan, dia melihat beberapa benda aneh yang tampak seperti mesin yang rusak. Ada kabel-kabel juga yang terlihat sudah terputus, logam yang bengkok, dan beberapa layar kecil yang kini mati dan sudah berdebu. Setelah melihat semua hal itu, dia mulai berpikir bahwa mungkin saja makhluk mekanik yang dia kalahkan sebelumnya pernah berada di tempat ini.
Bzzt… krkk…
Suara samar terdengar dari salah satu mesin yang tampaknya masih memiliki sedikit tenaga. Karena penasaran dengan suara tersebut, Kevin langsung mendekat untuk memperhatikan mesin tersebut dengan seksama, namun mesin itu hanya mengeluarkan suara berderak lalu terdiam kembali.
Sementara itu, pandangannya Kevin kini tertuju pada sebuah meja besar di tengah ruangan. Di atas meja tersebut, terdapat benda-benda seperti lembaran logam tipis dan beberapa alat mekanik yang tak pernah dia lihat. Salah satu lembaran logam tersebut memiliki garis-garis yang sama anehnya seperti pintu yang dia lewati sebelumnya.
Dia kemudian mengamati setiap sudut ruangan yang ada di sana, sambil berharap bisa menemukan jawaban atas rasa penasarannya ini.
'Sebenarnya, untuk apa tempat ini di bangun? Lalu, kenapa tempat ini seperti sudah lama di tinggalkan?' pikir Kevin sambil memandang ke sekelilingnya.
Dengan langkah perlahan, Kevin mulai menjelajahi ruangan besar itu lagi yang masih belum dia lihat sepenuhnya. Setiap sudutnya tampak sepi, hanya meninggalkan jejak-jejak kehidupan yang dulu pernah ada. Dia juga melihat meja-meja panjang yang penuh dengan berbagai macam alat, yang dia tidak tahu kegunaannya untuk apa. Beberapa peralatan yang berlapis logam juga terlihat tergeletak hancur di lantai.
'Apa mungkin kalau tempat ini dulunya pernah digunakan untuk eksperimen atau penelitian?' pikir Kevin sambil melangkah hati-hati di antara puing-puing yang ada di bawahnya.
Di dinding ruangan, terlihat tanda-tanda kabel listrik yang melintang, beberapa di antaranya sudah terputus dan melingkar kusut. Lalu, Kevin berhenti di depan salah satu meja yang lebih tinggi dari meja yang sebelumnya, dan kemudian dia meraih benda berbentuk tabung dengan kaca di salah satu ujungnya. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya mengenai benda tersebut,
'Benda ini mirip sekali dengan mikroskop yang pernah ku lihat sebelumnya, walaupun bentuknya agak berbeda, tapi aku yakin kalau ini berfungsi seperti kaca pembesar.' pikirnya sambil mengamati benda itu sebentar sebelum meletakkannya kembali.
Kreeek...
Di sisi lain ruangan, dia melihat tumpukan buku-buku yang bersampul sama. Ketika dia menghampirinya, rasa penasaran dalam dirinya semakin memuncak. Buku-buku itu, berjumlah tiga puluh tiga yang berbaris rapi meski di antara reruntuhan ini.
Kemudian Kevin meraih salah satu dari buku tersebut, dan langsung membuka halamannya secara perlahan, lalu dia menatap kata-kata yang tertulis di dalamnya. Meski bahasanya asing, kata-kata itu terasa seperti bahasa yang telah dia kenal cukup lama.
'Eh…? Kenapa aku bisa membaca tulisan yang belum pernah ku baca ini dengan sangat mudah?'
Namun, Kevin langsung menghiraukan pertanyaannya tersebut dan langsung membalik halaman demi halaman berikutnya. Saat dia semakin lama membaca buku itu, semakin dia terkejut ketika menemukan isi dari buku tersebut yang membuat dadanya berdebar. Di dalam sana, tertulis lah sebuah kalimat yang sangat aneh.
'Apa apaan ini? Panduan penggunaan Energi Sihir?' Pikiran-pikirannya segera dipenuhi pertanyaan yang mengalir tanpa henti tentang apa yang dia baca tersebut.
'Apa sebenarnya energi sihir itu? Apa mungkin energi sihir itu bisa digunakan untuk mengeluarkan sihir seperti kekuatan yang ada pada cerita-cerita fantasi?' pikir Kevin sambil menelusuri baris demi baris di buku tersebut.
Setelah membaca cukup lama, akhirnya dia mendapati bahwa energi sihir bukan sekadar kekuatan biasa. Buku itu menjelaskan bahwa energi ini adalah sesuatu yang ada dalam makhluk hidup dan dapat dimanfaatkan untuk hal-hal luar biasa. Penjelasannya membuat Kevin semakin terpikat, seolah-olah setiap kalimat dari buku itu menariknya ke dunia yang lebih dalam.
Kreeek…
Tiba-tiba ada sebuah suara kecil yang mengganggunya sebelum ruangan itu kembali hening. Hanya untuk menyakinkan dirinya masih aman, Kevin menoleh sejenak kearah sekitarnya untuk memastikan dirinya tetap sendirian di antara reruntuhan ini.
Setelah membaca satu buku yang sempat membuatnya berdebar, ternyata rasa penasaran dalam hatinya belum juga terpuaskan, dan dia mengambil buku lain lalu langsung membuka halamannya satu per satu.
Di dalam buku-buku itu, ternyata ada penjelasan-penjelasan mendetail tentang jenis-jenis energi sihir yang ada di dunia ini dan tentang bagaimana mengendalikannya, bahkan bagaimana menciptakan sihir-sihir yang bisa melindungi atau menyerang.
'Apakah aku benar-benar bisa mempelajari semua sihir ini?' Kevin bertanya dalam hatinya.
Di dalam dirinya, muncullah keinginan kuat untuk memahami lebih banyak tentang apa itu energi sihir dan cara untuk mengendalikannya, dan juga cara untuk merasakan energi sihir seperti yang dijelaskan di buku itu. Pandangannya menyapu ruangan sepi itu sekali lagi. Mungkin, di tempat ini, dia bisa menemukan lebih banyak jawaban tentang siapa dirinya dan mengapa dia memiliki tubuh seperti monster ini.