Saat Kevin duduk di atas rumput yang lembut, pikirannya melayang-layang, memikirkan segala hal yang telah dia alami selama ini. Angin sepoi-sepoi yang berhembus membelai kulitnya yang keras, seakan membawanya kembali ke dunia yang lebih tenang dan menjauhkannya pada suatu hal yang di alaminya sebelumnya.
Namun, ketika dia mengarahkan pandangannya ke kanan, Kevin melihat ada tanaman herbal yang tampak sangat familiar di ingatannya.
'Apakah itu... tanaman penyembuh dari dunia ku sebelumnya?' pikirnya penuh harap.
Dengan cepat, dia berdiri lalu mendekati tanaman itu dengan sorot mata yang penuh semangat. Tanaman itu begitu mirip dengan yang dia gunakan dulu untuk menyembuhkan luka-lukanya.
'Kalau ini benar tanaman yang sama, aku bisa menyembuhkan luka-luka yang ada di punggung ku sekarang,' gumam Kevin dalam hati, tangannya yang bercakar tajam mulai mendekati daun-daun tanaman itu dengan lembut.
Namun, saat dia hendak memetiknya, Kevin tiba-tiba menyadari sesuatu hal yang aneh. Punggungnya, yang sebelumnya terluka parah karena diserang oleh para monster, sekarang sama sekali tidak terasa sakit. Rasa perih yang seharusnya menyiksanya telah menghilang tanpa dia sadari.
'Apa yang terjadi?' pikir Kevin sambil meraba punggungnya dengan cakar tajamnya.
Setelah itu, dia mendapati bahwa luka-luka yang tadinya ada di punggungnya sekarang sudah hilang tanpa bekas. Tidak ada rasa sakit, tidak ada darah, hanya kulitnya yang keras dan kasar seperti sediakala yang dia rasakan.
'Aku pasti tidak sadar saat punggung ku ini sembuh. Tapi kapan? Bagaimana caranya luka separah ini bisa sembuh?' pikirnya dengan kebingungan yang semakin dalam.
Namun, dia berusaha untuk tidak terlalu memikirkan hal itu dan lebih fokus pada lingkungannya. Setelah beberapa saat termenung, Kevin mulai melangkah lagi. Kali ini, dia berjalan menuju tengah-tengah padang rumput yang luas itu. Setiap langkahnya terasa seolah-olah menarik pepohonan di sekitarnya semakin dekat dan semakin banyak. Tetapi, pohon-pohon itu tidak membuat jalannya terhambat sedikit pun.
Shhh...
Terdengar suara daun-daun yang bergesekan di antara pohon-pohon saat Kevin terus melangkah maju, seolah-olah tempat ini hidup dan memperhatikan setiap gerakannya.
Tidak lama kemudian, Kevin sampai di sebuah kolam yang cukup luas. Airnya jernih, dan di dalamnya terdapat banyak ikan yang berenang-renang dengan gerakan yang anggun. Ikan-ikan itu memiliki bentuk yang tidak biasa seperti yang pernah dia lihat sebelumnya, dan beberapa dari mereka bersinar lembut serta memancarkan cahaya biru kehijauan dari sisiknya.
Namun, Kevin tidak terkejut dengan pemandangan aneh itu. Dia sudah melihat banyak hal yang ganjil lebih dari ini. Tetapi, perutnya yang tiba-tiba berbunyi keras mengingatkannya bahwa dia sedang lapar dan belum memakan apapun setelah keluar dari gua tempat pertama kali dia bangun.
Grrr...
'Tentu saja ini terjadi, aku bahkan belum makan apapun sejak berada di dunia aneh ini,' pikir Kevin.
Untuk sejenak dia menatap ikan-ikan yang ada di kolam, tapi segera memutuskan bahwa dia tidak ingin memakan ikan-ikan itu mentah-mentah.
'Aku tidak bisa memakan mereka tanpa memasaknya. Rasanya pasti akan sangat mengerikan saat ku makan nanti.'
Akhirnya, Kevin memutuskan untuk mencari buah-buahan yang tumbuh di sekitar pohon-pohon besar di padang rumput itu. Walaupun bentuk dan warna buah-buahan itu mencurigakan baginya, dia tidak punya pilihan lain untuk bertahan hidup selain memakan buah-buahan tersebut.
'Aku harap ini aman untuk dimakan,' pikir Kevin sambil mengambil salah satu buah yang berwarna merah terang.
Saat Kevin memakan buah tersebut, rasanya ternyata cukup manis dengan tekstur yang lembut dan juicy, hingga membuat Kevin sedikit terkejut setelahnya. Setelah menghabiskan beberapa buah yang di ambilnya, rasa laparnya sedikit mereda.
Kemudian, Kevin kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke tengah padang rumput yang juga di penuhi oleh pepohonan. Langkah-langkahnya lebih ringan sekarang setelah perutnya kenyang. Dia berjalan melewati pepohonan yang semakin aneh dan unik. Beberapa pohon memiliki cabang yang berkelok-kelok seperti ular, sementara yang lain memiliki daun yang tampak berpendar dalam kegelapan.
Saat sedang asyik mengamati sekelilingnya, tiba-tiba Kevin mendadak berhenti. Di depannya, yang tersembunyi di antara pepohonan yang tebal, berdirilah sebuah rumah kayu yang besar dan megah. Rumah itu tampak sangat usang, dengan kayu-kayu yang sudah menghitam dan ditutupi oleh lumut tebal. Tanaman merambat menjalar di dindingnya, memberikan kesan bahwa bangunan itu telah ditinggalkan selama bertahun-tahun lamanya.
'Rumah ini... apa mungkin ada orang di dalamnya?' pikir Kevin dengan matanya yang menyelidik setiap sudut bangunan itu.
Dedauan kering yang mengelilingi rumah tersebut berkeresek pelan ketika angin lewat, memberikan suasana sunyi yang aneh baginya.
Krrr... krrr...
Suara langkah Kevin di atas dedaunan kering membuatnya semakin waspada. Walaupun rumah itu tampak kosong, namun Kevin tahu, di dunia ini penampilan bisa menipu penglihatan.
'Karena aku masih tidak tahu tempat macam apa ini dan rumah milik siapa itu, aku harus terus berhati-hati,' pikirnya, dengan perlahan mendekati pintu yang ada di depan rumah kayu tersebut.
Saat Kevin berjalan di atas tumpukan dedaunan kering, dia terus berhati-hati. Langkah-langkahnya dipijakkan dengan sangat lembut, sambil memastikan tidak ada gerakan yang bisa memicu sesuatu yang tidak diinginkan. Setiap kali kakinya menyentuh tanah, dedaunan itu mengeluarkan suara gemerisik halus.
Krsshh... krsshh...
Namun, tiba-tiba Kevin merasakan sesuatu yang keras di bawah kakinya. Tanpa sempat berpikir lebih jauh, suara ledakan yang memekakkan telinga meledak dari bawahnya.
BOOM!
Seketika tubuhnya langsung terlempar jauh ke udara, dan menghantam beberapa pohon sebelum akhirnya mendarat dengan keras di belakang. Untungnya saat ini tubuhnya sudah berubah menjadi monster dan membuat ledakan semacam itu tidak berefek padanya. Tidak ada luka yang terlihat, tapi hanya membuatnya terkejut saja. Dia lalu terduduk sejenak di tanah dengan nafas yang terengah-engah, sambil menatap tanah yang baru saja dilaluinya.
'Apa itu barusan? Bom ranjau?' pikir Kevin dengan tatapan yang masih tak percaya bahwa sesuatu seperti itu bisa ada di tempat ini. Tempat yang terlihat begitu tenang ternyata penuh dengan bahaya yang tersembunyi.
Setelah memastikan bahwa tubuhnya tidak ada yang terluka, terutama kakinya yang terkena ledakan secara langsung barusan, Kevin mulai bangkit dari duduknya untuk berdiri. Namun, kali ini rasa waspada nya mulai memenuhi benaknya. Dia tidak bisa lengah lagi untuk kedua kalinya dan setiap langkah yang dia lakukan harus diperhitungkan dengan cermat.
'Bagaimana cara ku agar bisa sampai di rumah itu tanpa terkena jebakan lagi?' pikirnya dalam hati, mencoba mencari solusi.
Beberapa saat kemudian, sebuah ide muncul di kepalanya. Lalu, ide tersebut menyuruh Kevin untuk mencari kayu panjang yang cukup kuat untuk digunakan sebagai alat penyingkir daun-daun di depannya. Dengan kayu itu, dia bisa memeriksa tanah di bawahnya tanpa harus menginjaknya secara langsung.
Setelah beberapa saat mencarinya, akhirnya dia menemukan kayu yang cukup panjang dan kokoh. Dengan hati-hati, dia kembali berjalan menuju rumah kayu tersebut, dan kali ini dia menggunakan kayu itu untuk menyapu dedaunan di depannya, untuk memastikan tidak ada lagi jebakan yang tersembunyi di sana.
Krssh... krssh...
Suara dedaunan yang disingkirkan dengan kayu itu terdengar berulang-ulang, namun kali ini tidak ada ledakan atau ranjau yang terlihat. Langkah-langkah Kevin semakin yakin untuk melangkah ke depan, dan setelah beberapa saat, akhirnya dia tiba di depan rumah kayu besar itu.
Rumah itu tampak semakin usang kalau di lihat dari dekat. Dinding-dinding kayunya hampir seluruhnya sudah ditutupi oleh lumut, dan beberapa bagian bahkan sudah tampak keropos. Dedauan kering mengelilingi tempat itu, sehingga memberikan kesan suram yang tak bisa diabaikan begitu saja.
'Sebenarnya apa yang ada di dalam rumah ini? Jika kalau ada seseorang yang membangun suatu rumah di tempat seperti ini pasti isinya sangatlah rahasia dan penting.' pikir Kevin.
Tidak menunggu lama lagi, dia langsung berjalan mendekat ke arah pintu kayu yang besar namun terlihat sangat tua. Saat mencoba menarik gagangnya, pintu itu tak bergerak sama sekali.
'Pintunya terkunci?' pikir Kevin yang merasa sedikit kesal. Dia lalu memandangi pintu itu sejenak, sambil merasakan perasaan frustrasi setelah semua halangan yang dia lewati.
Namun, rasa kesal itu semakin memuncak seiring berjalannya waktu. Tanpa banyak berpikir lagi, Kevin menarik tangannya yang berkuku tajam kebelakang, lalu dengan sekuat tenaga dia memukul pintu kayu tersebut. Suara keras terdengar saat kayu itu mulai retak.
BRAKKK!
Pintu itu hancur dengan satu pukulan yang sangat keras, dengan serpihan kayu dari pintu itu yang terlihat beterbangan hingga membuat udara di sekitar pintu dipenuhi oleh debu.
'Untung saja pintunya sudah usang dan keropos, makanya aku bisa dengan mudah menghancurkannya,' pikirnya.
Kemudian dia melangkah masuk kedalam sambil mencoba mengabaikan rasa frustasi yang perlahan menyelimuti benaknya. Ketika Kevin masuk ke dalam rumah tersebut, suasana di dalamnya sangatlah sunyi. Hanya ada suara langkah kakinya yang bergema di antara dinding-dinding kayu yang besar dan usang itu.
Tak... tak... tak...
Setiap langkahnya terasa seperti menghantarkan getaran ke seluruh ruangan yang sunyi. Walaupun begitu, Kevin terus berjalan dengan matanya yang terus melihat interior rumah yang kosong dan gelap. Perabotan di dalamnya terlihat tua dan ditutupi oleh debu tebal. Namun, ada sesuatu yang aneh di sini, seolah-olah rumah ini dulu pernah dihuni oleh seseorang atau sesuatu.
'Rumah ini sangat berdebu. Pasti sudah sangat lama di tinggal oleh pemiliknya.' pikir Kevin.
Namun, sebelum dia bisa menyusun lebih banyak dugaan di kepalanya, tiba-tiba terdengar suara kecil dari sudut ruangan. Seketika, hal itu membuat Kevin langsung menghentikan langkahnya, telinganya pun juga mulai menajam untuk mendengarkan suara lain yang mungkin akan muncul di sekitarnya.
Sssshhhh...
Suara itu terdengar samar, tapi jelas. Seolah-olah ada sesuatu yang bergerak di balik dinding-dinding kayu yang rapuh itu. Dan hal itu membuat Kevin mulai waspada, dengan cakar-cakarnya yang sudah siap untuk serangan apapun.
'Apakah ada orang yang tinggal di sini?' pikir Kevin, meskipun dia tahu tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan darinya.