Ketika pintu besar yang ada di depannya terbuka dengan gemuruh yang keras, Kevin langsung mengambil kembali kedua kristal hitam yang tadi dia letakkan di tanah. Sentuhan dingin dari kristal itu di tangannya membawa sedikit kenyamanan dalam keraguannya. Perlahan, dia mulai melangkah masuk melalui pintu besar yang sudah terbuka lebar itu.
Di dalamnya, terdapat lorong yang membentang lurus di hadapannya, yang sepertinya tidak terbuat dari batu seperti gua-gua yang di lalui olehnya sebelumnya. Sebaliknya, permukaannya terlihat halus, dan menyerupai logam. Setiap langkah yang Kevin hentakan menggema pelan, dan lorong tersebut tampak seperti kotak panjang dengan dinding-dinding yang memantulkan bayangannya sendiri.
'Tempat apa ini?' pikir Kevin, matanya terus mengamati setiap sudut yang ada di sekelilingnya.
Tidak lama kemudian, terdengar suara gemuruh yang keras dari arah belakangnya hingga membuat tubuhnya bergetar.
Grrraaannn...
Kemudian Kevin langsung berbalik dengan cepat dan melihat kalau pintu besar itu perlahan mulai menutup sendiri. Seketika perasaan panik langsung menjalari dadanya dan dia langsung berlari menuju pintu tersebut, untuk berusaha menghentikannya sebelum tertutup sepenuhnya. Tapi gerakannya sia-sia.
Duum.
Pintu itu tertutup dengan suara yang terdengar berat, dan mengurung Kevin di dalamnya.
'Sial, aku terjebak... Aku tidak akan bisa keluar dari sini kalau pintu ini tidak bisa terbuka lagi.' pikirnya dengan kecemasan yang mulai memuncak.
Dia kemudian berjalan mondar-mandir kesana-kemari, memikirkan segala kemungkinan untuk keluar dari lorong yang sangat aneh itu. Hatinya juga berdegup kencang di saat dia sedang berpikir keras, dan tubuhnya mulai tegang.
Namun, saat dia hendak menyerah pada rasa paniknya, dia melihat sesuatu yang familiar. Sebuah cahaya kebiruan yang tampak menyala samar dari dinding sebelah kanannya. Lalu, dengan cepat Kevin menghampiri panel kecil itu, dan tanpa berpikir panjang, dia mengulurkan tangan untuk memeriksa.
'Mungkinkah ini...' pikirnya, sedikit lega melihat teknologi atau mekanisme aneh yang terpasang di dinding itu.
Panel tersebut mungkin saja berfungsi sama seperti yang ada di luar sana, dan kalau benar begitu maka Kevin masih bisa keluar. Tanpa ragu, Kevin memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menyusuri lorong itu setelah mengetahui kalau dirinya bisa keluar dari tempat itu.
Langkahnya semakin di penuhi oleh keyakinan meski rasa waspada masih menyelimuti pikirannya. Lorong itu terasa sangat sepi, namun semakin jauh dia berjalan, Kevin mulai melihat kilauan cahaya di ujung lorong.
'Apa itu cahaya matahari?' pikirnya sambil berharap bahwa di sana adalah jalan keluar dari tempat yang sangat aneh ini.
Setelah itu, kakinya melangkah lebih cepat lagi setelah memikirkan hal itu, seperti seolah-olah sedang di tarik oleh sinar tersebut. Saat dia mendekati ujung lorong itu, harapannya semakin besar.
Namun, ketika akhirnya dia tiba di ujung lorong, Kevin tertegun setelahnya. Pemandangan yang terbentang di depannya jauh lebih indah dan menakjubkan daripada yang dia bayangkan sebelumnya.
Padang rumput hijau yang luas menyebar di hadapannya. Rumput yang lembut berkilauan di bawah sinar yang datang dari kristal-kristal kuning dan putih yang menggantung di langit-langit batu yang tinggi. Pohon-pohon rindang penuh dengan buah-buahan berwarna cerah yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Mereka memancarkan aroma manis yang samar, menyegarkan udara di sekitarnya. Kevin berdiri di ujung lorong sana, berdiri dengan diam, sambil menyaksikan keindahan alam yang tak terduga sebelumnya.
'Ini... sebenarnya tempat macam apa ini?' pikirnya sambil terus memandangi sekeliling.
Shhh...
Angin lembut mulai bertiup lembut, menyapu dedaunan pohon dan rumput yang bergoyang pelan. Dengan perlahan, Kevin merasakan angin menyentuh kulitnya yang keras, membawa sejenak perasaan damai dalam hati yang gelisah.
Kemudian dia melangkahkan kakinya lebih dekat ke salah satu pohon yang terdapat banyak buah. Buah-buahan di sana tampak menggiurkan, warnanya cerah dan mengundang rasa ingin tahunya. Setelah sampai di sana, Kevin meraih salah satu buah tersebut, lalu menggenggamnya dengan hati-hati. Teksturnya halus, dan aroma manisnya semakin kuat. Namun, dia ragu untuk memakannya.
'Apakah ini aman untuk di makan?' pikirnya, meskipun hatinya sangat ingin tahu bagaimana rasanya.
Kevin kemudian melihat ke arah dinding yang mengelilingi tempat itu. Dinding-dinding tanah dan batu yang tinggi seperti memeluk padang rumput ini dalam sebuah lingkaran besar. Cahaya dari kristal-kristal yang tersebar di langit-langit batu membuat tempat ini terang benderang, seperti matahari di dalam gua.
Di tengah ketenangan itu, Kevin merasakan perasaan yang aneh. Bagaimana mungkin tempat seindah ini bisa berada di balik pintu yang sangat aneh? Seperti ada sesuatu yang tersembunyi di balik keindahan ini, tapi dia tidak tahu apa itu.
'Tempat ini sangat indah dan tenang... namun sangat aneh. Kenapa juga di dalam tanah ada tempat semacam ini? Apa mungkin ada yang membangunnya, atau tempat ini muncul sendiri secara natural?' pikirnya dengan hati-hati.
Setiap langkah yang dia ambil setelahnya penuh akan kewaspadaan, meskipun keindahan padang rumput itu membuatnya sedikit terhibur.
Kevin kemudian duduk di atas rumput yang lembut untuk menenangkan pikirannya. Dia menatap langit-langit yang dipenuhi oleh cahaya kristal, sambil mencoba memahami di mana dia berada dan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.