Chereads / REVITER / Chapter 4 - "0561"

Chapter 4 - "0561"

Kevin berdiri di depan pintu besar itu, tubuhnya tegap dan penuh kewaspadaan. Garis-garis hitam yang terukir di atas permukaan pintu tersebut terus menarik perhatiannya. Ukiran-ukiran itu tampak hidup, seolah-olah ada sesuatu yang tersembunyi di balik pintu yang sedang menunggu untuk di buka.

'Sebenarnya ada apa di balik pintu ini?' pikir Kevin sekali lagi, dengan detak jantungnya yang saat ini terasa berdegup pelan namun mantap.

Dia tidak bisa menolak keingintahuan yang menggelitik pikirannya, meskipun ada rasa ragu dan khawatir yang perlahan mulai merayap di dalam hatinya.

Kemudian dengan hati-hati, dia meletakkan tangannya yang besar dan kasar pada pintu itu. Ujung cakar hitamnya menyentuh permukaan dari pintu yang dingin tersebut. Lalu, dengan sedikit dorongan, dia mencoba untuk membukanya.

Ckrkkk…

Pintu itu tak bergeming sama sekali saat dia mendorongnya. Lalu, Kevin memperkuat cengkeramannya dan mendorongnya lebih keras lagi, tapi hasilnya tetap sama saja. Tidak ada gerakan sama sekali yang terlihat, seolah-olah pintu itu telah terkunci selama berabad-abad di sana. Untuk beberapa saat, dia menarik napas dalam-dalam dan mulai merasakan sedikit rasa frustrasi yang perlahan meningkat dalam dirinya.

'Kenapa pintu ini tidak bisa bergerak sama sekali?' pikirnya, sambil mendengus dalam hati.

Dia kemudian menatap pintu itu lagi, kali ini dia mencoba untuk menganalisisnya lebih dalam. Sekali lagi, Kevin menyentuhnya, dan kali ini dengan niat untuk menggunakan kekuatan penuh dari tubuh barunya yang merupakan seekor monster. Otot-otot di lengan dan kakinya menegang, dan cakar tajam di kakinya mulai meresap ke tanah di bawahnya, hingga menghancurkan batu-batu kecil yang ada di sana.

Crraakk…

Seketika, dengan suara retakan yang kecil, tanah yang ada di bawahnya pecah dan hancur karena tekanan dari cakar-cakarnya yang kuat. Dengan sekuat tenaga, Kevin terus mendorong pintu itu dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya, namun pintu itu tetap tak bergerak sedikit pun. Sejenak, udara yang ada di sekitarnya terasa semakin berat, dan Kevin menyadari bahwa usahanya kali ini pun tidak membuahkan hasil sama sekali.

'Pintu ini… terlalu kuat.' pikir Kevin dengan suara hati yang penuh frustrasi. Dia tahu bahwa tidak ada gunanya terus mencoba mendorong pintu itu dengan kekuatan fisik semata.

Dengan langkah yang perlahan, Kevin mundur dan memandang pintu itu lebih detail lagi. Dia kemudian menelusuri setiap detail ukiran dengan matanya, sambil mencari sesuatu yang mungkin saja dia lewatkan. Pola-pola garis hitam dan lingkaran yang membentuk motif misterius di permukaan pintu tersebut terlihat sangat aneh baginya, namun ada sesuatu yang tidak asing tentangnya.

'Sebenarnya apa ini…?'

Kevin merasa ada yang aneh dengan ukiran itu. Meski terlihat seperti hiasan biasa, dia yakin bahwa ada fungsi tersembunyi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan hati-hati, dia mulai menyentuh beberapa bagian ukiran, berusaha mencari tahu terbuat dari apa pintu itu. Setiap sentuhan diiringi dengan sedikit tekanan, tapi pintu itu tetap dingin dan kokoh, seperti tak tergoyahkan sama sekali oleh apapun.

Duum.

Sesaat kemudian Kevin memukul pintu itu dengan kepalan tangannya, dan pukulannya kali ini terlihat cukup keras. Suara benturan menggema di seluruh lorong gua tersebut, namun pintu tersebut tetap berdiri kokoh. Setelah beberapa kali memukulnya, dia menyadari bahwa pintu itu tidak terbuat dari bahan biasa.

'Pintu ini… pasti terbuat dari besi… atau logam yang sangat keras sejenisnya,' pikir Kevin sambil memperhatikan getaran halus yang muncul dari setiap benturannya.

Namun, meskipun dia sudah memahami komposisinya, Kevin masih belum menemukan cara untuk membukanya. Dalam kesunyian, dia menarik napasnya dalam-dalam sembari membiarkan benaknya melayang jauh.

Saat dia berdiri dalam keheningan, mata tajamnya menangkap kilatan kecil di sisi kanan pintu. Sebuah benda yang tampak asing mencuri perhatiannya. Dengan perlahan, dia melangkah mendekat dengan hati-hati dan matanya terus mengamati benda tersebut.

Ketika dia sudah semakin dekat, Kevin menyadari bahwa benda itu tersembunyi di balik beberapa tanaman merambat yang merayap di dinding. Dengan satu gerakan cepat, dia menyingkirkan tanaman merambat itu, dan memperlihatkan benda yang mirip dengan panel sentuh yang pernah dia lihat di dunia modern atau dunianya sebelumnya.

'Apa ini…?' pikir Kevin, matanya terbuka lebar karena terkejut.

Benda itu terlihat sangat canggih, berbeda dengan apa pun yang ada di sekelilingnya. Cahaya biru halus muncul dari permukaan panel tersebut, yang menunjukkan beberapa angka yang tak asing baginya.

Untuk beberapa saat, Kevin hanya terdiam di tempat untuk merenungkan apa yang baru saja dia temukan tersebut. Dia tidak menyangka akan menemukan teknologi seperti ini di dalam tempat yang terlihat berbahaya. Namun, rasa penasaran terus membawanya untuk terus maju lebih dekat, dan dia mulai bertanya-tanya bagaimana cara benda itu bekerja.

'Apa mungkin ini… kunci untuk membuka pintu itu?' pikir Kevin, tangannya gemetar sedikit saat dia menyentuh permukaan panel tersebut.

Sentuhannya terasa aneh, dingin namun lembut, seperti benda-benda teknologi yang biasa dia lihat di dunianya sebelumnya.

Namun, kali ini sangat berbeda dan benda yang ada di depannya ini lebih maju lagi. Lebih modern dari apa yang pernah dia lihat sebelumnya.

Untuk beberapa saat Kevin menatap panel yang menyala di depannya itu dengan cermat. Angka-angka yang tertera di sana tampak familiar baginya, dan terlihat mirip dengan angka yang ada di dunia sebelumya. Dengan hati-hati, dia mulai menekan salah satu angka di panel itu.

Bip…

Suara pendek itu terdengar, namun tidak ada perubahan sama sekali di sekitarnya. Setelah itu, Kevin menarik napas dalam-dalam untuk mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Lalu, dia menekan angka lain, berharap sesuatu akan terjadi setelahnya.

Bip... bip...

Hanya suara itu yang terus terdengar. Tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka atau panel tersebut melakukan sesuatu yang berarti baginya. Setelah itu, Kevin mulai merasakan perasaan kebingungan mulai menjalar di dalam dirinya.

'Kalau panel ini benar-benar berfungsi sebagai alat yang berguna untuk membuka pintu besar itu, lalu apa password-nya?' pikir Kevin dalam hati sambil merasa frustrasi.

Dia kemudian mencoba menekan beberapa angka secara acak, sambil berharap bahwa mungkin ada kombinasi yang tepat. Namun, setiap kali dia menekan, hasilnya sama, hanya bunyi "bip" kecil yang terdengar, tanpa ada pergerakan pada pintu atau panel tersebut.

Bip... bip... bip...

Kevin menghela napas panjang lagi setelahnya karena semua usahanya tidak berhasil, dan dia juga mulai merasakan keputusasaan yang mulai merayap di dalam dirinya. Tidak ada gunanya terus mencoba. Panel itu mungkin rusak atau ada cara lain yang harus dia temukan untuk membuka pintu besar tersebut.

Dengan berat hati, dia berbalik dan mengambil kedua kristal hitam yang tergeletak di depan pintu. Kedua kristal itu terasa dingin di telapak tangannya saat dia pegang . Sambil menghela napas lagi, Kevin melangkah menjauh dari pintu besar tersebut dengan perasaan campur aduk. Langkahnya pelan, tetapi penuh dengan kebingungan. Apa yang harus dia lakukan sekarang?

Namun, saat dia baru berjalan beberapa langkah menjauh, perasaan aneh muncul di dadanya. Ada sesuatu yang membuatnya ingin menoleh ke belakang untuk sekali lagi. Mungkin ini hanya nalurinya, atau mungkin ada sesuatu yang benar-benar dia lewatkan.

Perlahan-lahan, Kevin berhenti. Kemudian dia menolehkan kepalanya ke belakang, dan menatap pintu besar itu dengan penuh keraguan. Dan saat itulah matanya menangkap sesuatu hal yang terletak di atas pintu tersebut, sesuatu yang saat ini sedang tertutupi oleh tanaman merambat yang sangat tebal.

'Apa itu?' pikir Kevin.

Karena rasa penasaran yang menggunung membuatnya melangkah kembali untuk mendekati pintu tersebut. Dengan tatapannya yang tidak lepas dari sesuatu yang aneh di atas pintu itu, Kevin terus berjalan mendekat.

Dengan langkah yang mantap, dia kembali ke depan pintu, sambil meletakkan kedua kristal hitam di tanah. Kristal-kristal itu menggelinding perlahan sebelum akhirnya berhenti, bersinar samar di bawah cahaya gua yang samar. Lalu, setelah itu, Kevin mulai bersiap untuk memanjat, karena benda di atas pintu itu terlalu tinggi untuk dilihat dari tempatnya berdiri.

Tanpa ragu, dia berjalan ke sisi kiri pintu dan menancapkan cakar tajamnya ke dinding gua. Batu-batu keras itu terasa dingin dan licin di bawah cengkeramannya, namun dia terus mendakinya secara perlahan. Meskipun tubuhnya telah berubah menjadi monster, dia tetap harus berhati-hati. Setiap pijakan diperhitungkan dengan seksama olehnya, sambil terus memastikan tidak ada yang salah pada setiap pijakan yang di ambilnya.

Crack… crack…

Suara kecil bebatuan yang pecah terdengar saat cakar-cakarnya menembus permukaan dinding. Setiap gerakannya di penuhi dengan kehati-hatian, dan setelah beberapa saat, dia akhirnya berhasil sampai di atas pintu tersebut. Dari posisi ini, dia bisa melihat dengan lebih jelas benda yang tersembunyi di balik tanaman merambat tebal itu.

Saat sudah sampai di sana, matanya tidak lepas dari tujuannya, dan setelah beberapa detik, dia mulai menyingkirkan tanaman-tanaman itu dengan cakarnya. Dengan satu tarikan kuat, seluruh tanaman merambat tersebut langsung terlepas dan jatuh ke tanah yang ada di bawahnya.

Di baliknya, terlihatlah angka-angka yang terukir dengan jelas, yaitu angka 0561. Angka itu terpampang tepat di atas pintu besar tersebut, seolah-olah memberi petunjuk tentang sesuatu padanya.

Saat melihat angka tersebut membuat Kevin langsung terdiam sejenak, sambil menatap angka itu dengan penuh kecurigaan.

'Apa maksudnya ini?' pikirnya dalam hati.

Namun tidak ada penjelasan mengenai pertanyaan itu, hanya angka yang tampak sederhana tetapi menyimpan banyak misteri baginya.

Dengan cepat, Kevin melompat turun dari bagian atas pintu besar tersebut. Tubuh besarnya mendarat di tanah dengan suara berdebum pelan di depan pintu.

Duum.

Setelahnya, dia memandang angka 0561 itu dengan penuh fokus, sambil mencoba menganalisis apakah angka ini bisa menjadi kunci dari teka-teki yang sedang dia hadapi. Panel di depannya kini terasa seperti lebih masuk akal setelah dia melihat angka itu.

'Mungkin ini adalah kombinasi untuk membuka pintu besar ini,' pikir Kevin sambil kembali menatap panel yang menyala biru dengan redup.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kevin mendekati panel tersebut dan mulai menekan angka-angka yang sesuai dengan kode yang baru saja dia temukan. Satu demi satu, jari-jarinya menekannya dengan hati-hati.

'Nol... Lima... Enam... Satu...' pikirnya sambil menekan angka-angka itu.

Bip... bip... bip... bip...

Suara panel terdengar seperti biasanya, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Setelah angka terakhir ditekan, Kevin merasakan getaran halus di tanah, seperti ada sesuatu yang sedang bergerak di balik pintu besar itu.

Grrooaannn...

Pintu besar itu mulai bergerak dengan suara gemuruh yang berat. Perlahan, pintu tersebut terbelah dan terbuka sedikit demi sedikit, lalu memperlihatkan celah gelap di baliknya. Udara sejuk seketika berhembus menerpa Kevin dari celah tersebut.

Kevin berdiri di sana, menyaksikan pintu itu terbuka lebar dengan sendirinya. Hatinya berdebar kencang saat itu, tapi dia tidak bergerak sama sekali. Dia tahu bahwa di balik pintu itu mungkin ada jawaban atas semua pertanyaannya, tapi mungkin juga ada bahaya yang belum pernah dia temui sebelumnya.