Chereads / REVITER / Chapter 1 - DUNIA BARU

REVITER

🇮🇩Pemula_Lv1
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 875
    Views
Synopsis

Chapter 1 - DUNIA BARU

Di planet yang bernama Lumines, kegemparan terjadi akibat desas desus bahwa sebentar lagi sosok yang dikenal sebagai Raja Iblis akan muncul untuk menghancurkan dunia, dan menjadi sumber segala kekacauan yang akan segera di mulai.

Dan sekarang, di kedalaman dungeon tingkat menengah, terdapat segerombolan monster yang saling berebut makanan, dengan beberapa di antaranya terluka akibat serangan dari sesama mereka.

Di tempat itu terdapat banyak kristal yang memancarkan cahaya, dan gua-gua kecil yang gelap di mana telur-telur monster berwarna hitam pekat tersembunyi. Beberapa telur sudah menetas, namun masih ada satu telur yang belum menunjukkan tanda tanda untuk menetas.

Crakk!!

Crakk!!

Pyarr!!

Suara telur yang pecah itu terdengar menggema di dalam gua yang gelap itu. Serpihan kulit telur berserakan di lantai batu yang dingin. Lalu, dari dalam pecahan tersebut, sebuah sosok merangkak keluar dengan perlahan, mata besarnya bersinar dalam kegelapan. Sosok itu, yang kini menyerupai seekor monster, berdiri dengan tubuh yang gemetar, seolah-olah sedang merasakan kejanggalan yang besar di sekujur tubuhnya.

Saat sosok itu berdiri tegak, dia berusaha mengingat kenapa dirinya berada di tempat itu. Namun, saat dia memikirkan hal tersebut, kepalanya tiba-tiba saja terasa sangat sakit. Rasa pusing yang luar biasa menyerangnya dengan seketika, hingga membuatnya hampir terjatuh ke lantai batu yang dingin. Kemudian, dia mengangkat tangannya untuk menyentuh kepalanya yang terasa pusing tersebut, dan merasakan sesuatu yang sangat aneh setelahnya.

'Apa ini?' pikirnya.

Kepalanya terasa kasar dan berstruktur aneh, dan bukan lagi kepala yang pernah dia miliki sebelumnya. Saat dia melihat tangannya, dia langsung terkejut bukan main. Tangannya yang di lihatnya saat ini bukan lagi tangan manusia yang di milikinya dahulu, melainkan tangan hitam pekat dengan jari-jari tajam seperti pisau. Teksturnya kasar, dan terdapat garis-garis ungu yang menjalar di seluruh tubuhnya.

Untuk sejenak dia menatap tubuhnya dengan perasaan campur aduk antara takut dan kebingungan. Tubuhnya juga sudah berubah sepenuhnya menjadi seperti seekor monster yang sangat mengerikan.

Apa yang terjadi padanya? Bagaimana bisa dia menjadi seperti ini? Dia mencoba mengingatnya, namun setiap kali dia mencoba menggali ingatannya, rasa pusing semakin kuat, dan menghalangi semua ingatan yang pernah dia miliki sebelumnya.

'Apa aku sudah dijadikan bahan eksperimen? Tapi untuk apa?' pikirnya.

Saat dia mencoba mengeluarkan suaranya, suaranya yang biasa dia dengar tidak keluar, tetapi yang keluar hanyalah suara serak yang mengerikan, dan bukan lagi suara manusia normal pada umumnya. Hal ini membuatnya semakin merasa putus asa. Walaupun begitu, dia berusaha untuk tetap tenang, tapi semakin dia melihat dirinya sendiri, semakin nyata bahwa dia bukan lagi dirinya yang dulu. Semua hal tentang dirinya telah berubah derastis mulai detik ini.

Ckk... ckk...

Dengan hati yang berat, dia mulai berjalan keluar dari ruangan sempit yang dipenuhi telur-telur yang sebagian besarnya sudah menetas. Saat dia berhasil keluar, pemandangan di depan matanya membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.

Tak jauh di hadapannya saat ini, terdapat segerombolan monster yang tengah berkumpul, dan mereka saling menyerang satu sama lain dalam perebutan makanan. Monster-monster yang dia lihat sangatlah mirip dengannya, tapi tubuh mereka berwarna biru dengan garis merah yang menjalar di sekujur tubuh mereka.

'Apa apan ini!? Mereka sangat mengerikan! Aku harus segera lari dari sini.' pikirnya dengan cepat.

Namun, sebelum dia sempat bergerak jauh lebih jauh dari tempatnya, kakinya tanpa sengaja menginjak sebuah tulang.

Krek!!

Suara keras itu membuat semua monster yang di lihatnya sebelumnya langsung menoleh ke arahnya. Tatapan mereka tajam dan penuh amarah yang berkobar. Mata-mata mereka berkilat, seolah mereka sudah menemukan mangsa baru yang siap untuk diterkam.

Dengan gerakan yang cepat dan lincah, monster-monster itu melesat ke arahnya. Aura membunuh yang mereka pancarkan terasa sangat kuat, dan dia tahu dia harus segera melarikan diri dari sini secepatnya.

Tanpa berpikir panjang, dia berlari secepat mungkin ke arah kiri, berusaha menghindari kejaran dari mereka, para monster yang mungkin akan membunuhnya. Namun, kecepatan mereka terlalu cepat, dan dalam hitungan detik saja beberapa monster sudah berada tepat di belakangnya, dengan cakar-cakar tajam mereka yang sudah siap merobek tubuhnya.

Swish!!

Dia merasakan angin dingin dari serangan mereka yang hampir mengenainya. Dengan sekuat tenaga, dia memutar tubuhnya dan melancarkan serangan balik kearah para monster yang ada di belakangnya. Cakarnya meluncur cepat ke arah salah satu monster yang menyerangnya dari belakang.

Srak!!

Kepala monster itu seketika terlepas dan berubah menjadi abu hitam seketika. Namun, meski dia berhasil mengalahkan satu dari mereka, yang lainnya masih terus mengejarnya tanpa mengenal rasa takut. Tubuhnya saat ini mungkin kuat, tapi kecepatannya jauh di bawah monster-monster lainnya. Dia tahu, saat ini dia tak akan bisa bertahan lama jika seperti ini terus.

Saat dia terus berlari kedepan, tanpa dia sadari ternyata ada seekor monster yang melompat dari samping, dengan cakarnya yang siap untuk menebas tubuhnya. Saat dirinya mengetahui hal itu, dia sudah tidak bisa menghindar lagi. Dan tepat saat monster itu hampir menerkamnya, tiba-tiba saja ada getaran kuat yang mengguncang tanah di bawah mereka.

Grak... grak...

Tanah di bawah kaki mereka mulai retak dan mulai ambles ke bawah.

Krak!!

Sesaat, dia merasakan tanah di bawahnya runtuh, dan seketika tubuhnya langsung terjatuh ke bawah bersama dengan para monster lainya. Tanah itu runtuh sangat dalam, menelan semuanya ke dalam kegelapan yang tak berujung. Saat tubuhnya terus jatuh kebawah, dia mencoba meraih sesuatu untuk menahan dirinya, tapi tidak ada yang bisa dia pegang di sana.

Semuanya terasa begitu cepat di matanya. Gelap, dingin, dan penuh ketakutan. Tubuhnya terlempar ke dinding-dinding batu dengan sangat keras, hingga menciptakan suara gesekan yang mengerikan.

Brruk! Brruk! Brruk!

Kemudian tubuhnya terhempas ke dasar dengan sangat keras. Untuk sesaat, dia merasakan jika seluruh tulangnya retak, dengan rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya, tapi dia masih bisa berdiri, meskipun harus dengan susah payah.

Ketika dia membuka matanya, pandangannya sedikit buram. Cahaya dari kristal-kristal di dinding gua samar-samar menerangi sekelilingnya. Dan di sekelilingnya saat ini, dia bisa melihat para monster yang terjatuh bersamanya sebelumnya, yang sekarang sedang berusaha bangkit dengan perlahan.

'Aku harus keluar dari sini secepatnya.' pikirnya.

Dengan napas yang tersengal-sengal, dia mencoba mencari jalan keluar.

Saat dia pergi berjalan dengan tubuh yang terhuyung-huyung, dia berusaha menenangkan napasnya yang tersengal-sengal. Rasa sakit di seluruh tubuhnya masih terasa tajam, terutama di bagian punggung yang terbentur dengan keras. Tapi dia tahu, diam di sini bukanlah pilihan yang bagus untuk dirinya.

Kristal-kristal kuning yang tertanam di dinding gua memancarkan cahaya yang lembut, cukup untuk memberinya panduan ke arah mana dia harus melangkah. Di sekelilingnya, para monster yang terjatuh bersamanya tadi mulai bergerak, dan beberapa diantaranya mulai menggeram pelan sambil berusaha mengembalikan keseimbangan di diri mereka.

Setelah menyadari kalau para monster itu sudah mulai bangkit, dia memutuskan untuk bergerak cepat, sebelum salah satu dari monster lainya memutuskan untuk menyerangnya.

'Aku harus pergi dari sini lebih cepat lagi,' pikirnya sekali lagi.

Dia terus berjalan, sambil berpegangan pada dinding gua yang kasar untuk mendapatkan sandaran. Setiap langkahnya terasa berat, tapi dia tak bisa berhenti di sana.

Saat dia sudah melihat lorong panjang di depannya, sedikit harapan mulai muncul di dalam dirinya.

'Mungkin ini jalan keluarnya,' pikirnya.

Namun, tubuhnya masih terasa lemas saat ini, hingga membuatnya berjalan terhuyung-huyung, tetapi dorongan untuk bertahan hidup lebih kuat dari rasa sakit yang menjalar di tubuhnya.

Srrrrr... srrrt...

Langkahnya terhenti ketika mendengar suara langkah yang lebih berat dari belakangnya. Kemudian dia menoleh dengan cepat, dan di saat itulah, tiga monster besar yang selamat dari reruntuhan tiba-tiba berlari ke arahnya dengan kecepatan yang sangat cepat.

Dengan geraman mengerikan dari arah mereka, nampaknya mereka ingin langsung menyerangnya tanpa menunggu lama lagi. Kemudian, salah satu dari mereka menghantam punggungnya dengan cakarnya yang sangat tajam.

'Aghhh!'

Dia langsung jatuh tersungkur ke tanah, dengan rasa sakit yang sangat luar biasa yang menjalar dari punggungnya hingga ke seluruh tubuhnya. Setelah itu dia mencoba bangkit dengan cepat, lalu memutar kepalanya untuk melihat siapa yang menyerangnya.

Ketiga monster itu berdiri di sana, dengan tubuh yang lebih besar darinya, dan menatapnya dengan mata yang tajam dan penuh kebencian. Mereka terlihat jauh lebih kuat darinya, dengan tubuh besar yang dipenuhi oleh otot, gigi tajam yang mencuat dari mulut mereka yang berlumuran darah.

'Mereka… sepertinya sangat kuat…' pikirnya.

Dia tahu bahwa menghadapi mereka bertiga sekaligus bukanlah pilihan yang bijak, terutama dengan tubuhnya yang sudah lemah seperti ini.

Tanpa berpikir panjang, dia memutuskan untuk melarikan diri dari sana. Dengan sisa tenaga yang ada, dia bangkit dan mulai berlari menuju lorong yang sempit dan berliku-liku di depannya. Langkah-langkah kakinya bergema di sepanjang dinding gua, sementara napasnya semakin berat seiring berjalannya waktu.

Dug-dug... Dug-dug...

Namun, monster-monster itu tak membiarkannya pergi begitu saja. Mereka berlari mengejarnya dengan cepat, dengan suara kaki mereka yang berat saat menghantam tanah dengan keras.

Thump! Thump! Thump!

Setelah itu, dia berlari semakin cepat, meski tubuhnya mulai melemah karena luka yang di deritanya. Nafasnya semakin pendek, jantungnya berdegup kencang, dan kakinya terasa semakin berat untuk terus berlari. Tapi, ketakutan yang terus mengejarnya ini membuatnya tak berhenti untuk berlari.

Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang membuatnya terpaku sejenak. Cahaya yang sangat terang muncul di depan lorong yang dia lalui. Dan saat dia keluar dari lorong tersebut, dia menyadari kalau cahaya itu berasal dari kristal kuning yang besar, yang tergantung di atas sebuah jurang yang dalam. Jurang itu begitu besar, dengan mulut yang terlihat seperti menganga lebar di depannya dan tanpa ujung yang terlihat.

Kemudian dia menoleh ke belakang sebentar, dan melihat kalau ketiga monster itu semakin dekat. Napas mereka terdengar berat, geraman mereka semakin keras, dan dia tahu kalau tidak ada waktu lagi untuk berpikir.

Tanpa berpikir panjang, dia langsung melompat ke dalam jurang yang dalam itu. Tubuhnya langsung terjun bebas ke dalam kegelapan jurang yang sangat dalam itu, dengan angin dingin yang menyapu tubuhnya saat dia jatuh, dan kristal-kristal di atasnya yang semakin jauh, meninggalkannya dalam kegelapan yang semakin pekat.

Swoooosh...