Chereads / Roda Kehidupan Pria Miskin / Chapter 20 - 20. ...

Chapter 20 - 20. ...

Ya Allah ternyata bapak..." ucap ilham menggantung karna tak mampu lagi meneruskan, karna rasa kagetnya.

" sudah biasa saja nak."

" saya masih ndak nyangka saya selama seminggu ini bisa ngobrol dengan tuan Admajaya."

" hahaha kok kamu jadi ikut-ikutan mereka panggil bapak seperti biasa saja."

" tapi saya ndak enak."

" udah gak ada tapi-tapian kamu itu anak bapak jadi jangan ikut-ikutan mereka memanggil bapak ini sengan sebutan tuan." pinta pak david

" baik pak... pantas aja bapak saya selalu memanggil bapak dengan sebutan tuan, ternyata dia sudah tau kalau bapak ini orang ternama."

" amir sudah tau dari dulu bahkan semenjak perusahaan bapak masih di pegang langsung oleh papah. bapak."

" tapi bapak saya tidak pernah menceritakan tentang anda sama sekali,, tapi saya sangat bangga pada bapak saya walaupun sering dipandang rendah, tak pernah membawa-bawa nama anda, coba mereka yang memandang bapak saya tau jika salah satu temannya adalah orang terkaya di negara ini pasti mereka pada malu tujuh turunan.." ucapnya membanggakan pak amir.

" itu lah alasan bapak mau bersahabat dengan bapakmu nak, beliau orang apa adanya, sudah sering bapak tawarkan kan berbagai macam usaha dan modal tapi beliau menolak mentah-mentah tawaran bapak karna beliau tidak mau hutang budi kepada bapak.."

mereka melanjukan obrolan mereka di dalam perjalanan karna pak david ingin mengajak mereka jalan-jalan, kenana lagi kalau bukan mall tujuannya karna permintaan safira..

pak david terus membelikan pakaian bermerek yang harganya jutaan rupian untuk satu baju, safira tentu saja sangat senang, karna baju-baju itu adalah baju impian para gadis di universitasnya, sedangkan ilham hanya diam berbeda dengan pak amir, yang selalu melarang jika safira hendak di belikan baju ataupun yang lainnya oleh pak david..

tak terasa jam sudah menunjukan pukul tiga sore. mereka makan direstoran yang ada di mall tersebut. setelah makan mereka memutuskan untuk pulang karna ilham sudah berjanji dengan okta akan menjemputnya.

sampai di pabrik pak david menyuruh ilham agar menunggu okta di ruangannya karna dia akan menelevon istrinya dan memberi kabar jika ilham mau di ajak ketemu.

tok..

tok..

tok..

" Assalammualaikum." salam ilham

" Waalaikumsalam masuk aja mas."

" masih lama dek.?" tanya ilham

" ndak mas tinggal 3 berkas ini aja."

" ya udah mas temenin, kalau suruh bantuin mas ndak ngerti soalnya." jawab ilham sambil mendekat kearah okta dan berdiri di belakang okta,

" mas pijitin ya kamu pasti capek. karna kerja seharian." lanjutnya sambil memijat pundak okta,

" ndak usah mas, aku ndak capek kok kan udah biasa." tolaknya seraya menyingkirkan tangan kekar ilham. karna tubuh okta sangat sensitif jika di sentuh oleh lawan jenisnya, dia takut akan ada setan yang mampir dan menggoda imannya,

" ya sudah mas tunggu di sofa ya."

" iya mas sebentar lagi juga selsai."

dan tak menunggu waktu lama okta pun selsai dengan tugasnya.

mereka berduapun segera pulang karna okta belum sempat menunaikan sholat Asyar. ilham mengantar okta sampai rumah karna ingin pamit pada orang tua okta..

sesampainya di rumah okta pamit pada ilham untuk menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim, ilham sendiri memilih mengobrol pada orang tua okta..

" nak kamu berangkat kapan jadinya.?" tanya ayah ahmad

" malam ini yah saya harus menuju jakarta, ini saya kesini juga mau pamit pada kalian, dan saya juga punya permintaan untuk ayah dan ibu." ucap ilham ragu-ragu

" permintaan apa nak, jika ayah sanggup pasti ayah penuhi."

" hmm saya kan , akan lama di luar negri seandainya ada yang mau melamar okta melalui ayah dan ibu saya mohon jangan di terima, karna saya sangat mencintai okta." ucap ilham lirih, sedangkan ayah ahmad dan bu wati yang mendengarpun tertawa.

" jika kami terima pun okta sepertinya akan lebih memilih minggat dari pada menerima pinangan orang lain nak, ibu yakin itu." jawab bu wati yang masih dengan tawanya.

" iya ayah juga yakin bu okta pasti lebih memilih kabur dari rumah, ketimbang menerima pria itu." sahut ayah ahmad.

" Alhamdulillah, jadi saya bisa tenang di sana jika begitu." ucap ilham nampak lega.

" udah kamu tenang aja ayah sendiri yang akan menolak langsung jika ada seorang pria yang hendak melamar anak gadis ayah selain kamu."

" makasih yah, terima kasih banyak,." ucapnya sambil mencium tangan ayah ahmad karna terharu dia sangat di percaya sama calon ayah mertuanya tersebut..

" lagi ngobrol apa sih asik banget keliatannya." tanya okta tiba-tiba..

" kepo." jawab ilham

" sepertinya kalian mau ngobrol berdua ayah dan ibu masuk kamar dulu ya. ayok bu." ayah ahmad mencoba memberi waktu pada kedua pasangan tersebut..

" ih ayah kalau mereka di tinggal berdua sendiri, kalau mereka macem-macem gimana." bu wati nampak khawatir

" udah ayak percaya sama mereka, lagian mereka sudah dewasa, sudah tau mana yang di larang agama dan mana tidak.. " jawab ayah ahmad... " ayah gendong nih kalau ibu masih diem." lanjutnya sambil menggoda sang istri, sontak bu wati langsung lari seperti anak kecil. ayah ahmad dan okta menggelengkan kepala dengan sikap bu wati, sedangkan ilham hanya tersenyum.

kini hanya ada ilham dan okta yang saling menatap dengan tatapan sedih, karna sebentar lagi mereka akan berpisah dalam waktu lama..

" dek kalau kamu merasa ndak kuat nunggu mas pulang, mas ihklas kok melepas kamu dengan pria lain." ucap ilham di sela obrolan mereka

" ndak mas aku bakal setia dan aku bakal nagih janji kamu sampai kamu pulang entar." jawab okta yakin

" makasih ya dek kamu udah ngertiin mas."

" aku akan selalu ngertiin mas, aku harap mas bisa nepatin janji mas sama aku,. aku.. aku.. sangat mencintai mas berapa lama mas akan pergi aku akan sangat sabar menunggu kepulangan mas.." jawab okta dengan tiba-tiba dia memeluk ilham.

" makasih dek sekali lagi terima kasih, mas janji ndak akan sia-sia kan kepercayaan kamu, mas janji dek.." janji ilham dan membalas pelukan okta dan mencium kepala okta yang memakai hijab ala-ala emak rumahan..

okta pun menangis didada bidang ilham, karna sebenarnya dia sangat berat meninggalkan ilham tapi dia sendiri juga tidak bisa melarangnya. karna itu sudah tekad ilham..

saat sedang asik berpelukan tiba-tiba bu wati menjewer telinga mereka berdua.

" kalian belum halal jangan di biasakan peluk-pelukan. kalau ada setan mak lampir lewat bisa- bisa bukan sekedar pelukan aja nanti. paham." ucapnya sambil memberi penekanan.

" aduh bu sakit, iya kamu minta maaf kami khilaf, janji ini yang terakhir kan besok aku udah ndak ketemu mas ilham lagi." jawab okta sedangkan ilham hanya tersenyum..

saat sedang asik di jewer oleh bu wati. hape ilham berdering menandakan ada panggilan masuk..

Bersambung...