Chereads / Heartstrings under Hypnosis / Chapter 5 - Chapter 5: Pertemuan dan Perpisahan

Chapter 5 - Chapter 5: Pertemuan dan Perpisahan

Ryota duduk berdua dengan Yukina di ruang tamu yang hening, sementara suara hujan yang menghujam kaca jendela menjadi satu-satunya pengisi keheningan itu. Setelah percakapan singkat tadi, mereka berdua jadi sedikit canggung.

Hujan pun mulai reda, suara rintiknya semakin pelan. Waktu seakan berlalu dengan cepat, dan Ryota tahu ia harus pulang.

"Yukina-san, aku harus pulang," katanya pelan.

Yukina mengangguk. "Ya, tentu... aku akan mengantarmu sampai pintu."

Mereka berjalan menuju pintu, dan saat Ryota hendak melangkah keluar, ia berbalik menghadap Yukina dan menundukan kepalnya. "Maaf kan aku, Yukina-San. Kita akhiri saja hubungan ini, lupakan saja apa yang telah kita lalui hari ini." Ryota langsung berlari keluar setelah mengatakannya dan menekan tombol yang berfungsi untuk menon-aktifkan efek dari pil itu.

"Ryota! Tunggu..." Yukina ingin mengejar tapi ia tak tau alasan kenapa ia harus melakukannya. 'Apa yang aku lakukan?'

Yukina hanya bisa berdiri terpaku di ambang pintu, menyaksikan Ryota yang berlari menjauh di bawah langit yang masih mendung. Hujan yang tadinya reda, mulai kembali turun, seolah mencerminkan kebingungan yang sekarang menghantui dirinya. Ia merasakan sesuatu yang aneh di dadanya, seperti ada kekosongan yang mendadak muncul, dan pertanyaan tanpa jawaban berputar-putar di pikirannya.

'Kenapa aku harus mengejarnya? Apa sebenarnya yang aku rasakan?'

Namun, ada dorongan kuat dalam dirinya yang terus menuntut jawaban. Ia meraih dadanya, mencoba menenangkan diri dari perasaan asing yang mulai menyakitinya. Tanpa memedulikan rasa canggung, Yukina menggenggam erat kerah bajunya, mencoba memahami perasaan yang bercampur antara amarah, kecewa, dan... kehilangan?

Di sisi lain, Ryota berlari menembus hujan tanpa menoleh lagi ke belakang.

Pikirannya penuh dengan rasa bersalah. 'Aku tidak bisa terus mempermainkan perasaannya. Dia berhak tahu… dan aku tidak ingin melihatnya terluka lebih dalam karena pil bodoh ini.' Meski begitu, ada bagian dalam hatinya yang terasa perih saat membayangkan wajah Yukina ketika dia mengucapkan selamat tinggal. Dia tahu, menyudahi hubungan ini adalah hal yang paling benar. Tapi kenapa rasanya menyakitkan?

Ryota berhenti di sudut jalan, membiarkan air hujan membasahi tubuhnya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir rasa bersalah yang menghantuinya. 'Apa benar ini yang kuinginkan?' pikirnya dalam hati. Dia memandang ke arah rumah Yukina, yang kini sudah jauh di belakang. Sekilas, dia teringat senyum hangat Yukina yang hanya pernah dia lihat hari ini.

Setelah meninggalkan rumah Yukina, Ryota berjalan pulang dengan perasaan kacau. Hujan yang tadi menemani langkahnya kini sudah berhenti, tapi di dalam hatinya, badai emosi masih berkecamuk. Setibanya di rumah, ia membuka pintu dan melepas sepatunya dengan lesu, tanpa menyadari sosok Yumeko yang menunggunya di ruang tamu.

"Ah, akhirnya pulang juga," kata Yumeko dengan nada santai sambil menyilangkan tangan. "Bagaimana 'kencan' mu tadi?"

Ryota menatapnya sebentar, lalu mengalihkan pandangannya dengan gelisah. "Yah… semuanya baik-baik saja, kurasa," jawabnya sambil berjalan menuju kamarnya, berharap bisa menghindari pembicaraan lebih lanjut.

Namun, Yumeko tidak mau menyerah begitu saja. Dia melangkah cepat dan menghadangnya sebelum dia bisa masuk ke kamarnya. "Hei, tunggu sebentar!" serunya dengan nada kesal. "Jangan berpura-pura bodoh, Ryota! Kau benar-benar tidak melanjutkannya, kan?"

Ryota tertegun sejenak, menatap Yumeko dengan bingung. "Apa maksudmu? Mana mungkin aku melakukan hal itu padanya, lagipula aku sudah menghentikan efek pilnya."

Mendengar hal itu, wajah Yumeko berubah masam, dan dia menatap Ryota dengan pandangan kecewa yang bercampur frustrasi. "Astaga, dasar bodoh! Kau tidak mengerti? Kesepakatan kontrak kita tidak akan berakhir sampai kau sex dengan seseorang dan menghilangkan ke perjakaan mu. Jadi semakin kau menunda ini, semakin lama aku terjebak bersamamu dan tidak dapat kembali ke dunia iblis!"

Ryota menggeleng, menarik napas panjang dan mencoba menenangkan diri. "Aku tak bisa melakukan itu hanya karena kontrak bodoh ini, Yumeko. Aku tidak akan mempermainkan perasaan Yukina hanya demi memuaskan keinginanku."

Yumeko menatapnya tajam, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Kau benar-benar bodoh, ya? Kau tidak mengerti betapa pentingnya hal ini untukku, kan? Kau dan perasaan sentimentilmu hanya membuat semuanya lebih rumit!"

Ryota menghela napas dan menatap Yumeko dengan tekad di matanya. "Kalau begitu, kita harus cari cara lain untuk mengakhiri kontrak ini, Yumeko. Aku tak mau mengorbankan orang lain karena keinginanku"

Yumeko hanya mendengus kesal, lalu berbalik dengan tangan terlipat. "Ya, kita lihat saja nanti, Ryota. Kita lihat apakah kau bisa bertahan dengan pendirian bodohmu itu." Dia berjalan pergi dengan langkah penuh kemarahan, meninggalkan Ryota yang termenung sendirian.

Di dalam hati, Ryota tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk mengakhiri kontrak ini tanpa mengorbankan perasaan orang lain. Tapi bagaimana caranya?