Chereads / Vampir Barat: Eight / Chapter 14 - Chapter 14: Bertemu Tersayang

Chapter 14 - Chapter 14: Bertemu Tersayang

Sementara itu, Simba dan Leor sudah sampai di tengah kota itu. "Wah... kota... aku sudah lama tidak melihatnya... haha..." Ia senang sementara Leor tampak ketakutan melihat sekitar. Lalu Simba menoleh. "Hei, tak perlu takut, hanya perlu di sampingku, yah..." Tatapannya membuat Leor tetap terdiam dan ketakutan.

"(Di sampingmu saja sudah terlalu berbahaya, apalagi mengingat masa laluku yang begitu menyakitkan di sini...)"

"Jangan khawatir, ketika kamu bertemu seseorang yang kusayang nanti, kau pasti akan langsung diterima," tambah Simba. Mendengar itu membuat Leor mengingat bahwa dia tak pernah dicintai, apalagi disayangi. Ia menjadi percaya, tersenyum senang, dan mengangguk lalu mengikutinya.

"Semoga saja suatu takdir membuatku bertemu secara kebetulan dengannya," Simba terus membahas hal itu, membuat Leor bingung.

"Nona, sebenarnya, siapa yang dari tadi kau bicarakan?" tatapnya.

Namun suatu kebetulan, ia melihat Eight yang berdiri menatap seorang pria yang menggendong gadis di bahunya. Bahkan, Eight tampak tertawa senang mengobrol dengan pria itu.

Simba tampak berwajah merah dengan tak sabar, lalu mengangkat tangannya. "Eight!! Sayangku!!"

Seketika, Eight menoleh padanya. Eight terkejut melihat Simba dan dia juga senang serta terharu. "Simba!! Sayangku!!" dia langsung berlari mendekat ke Simba, mereka langsung saling memeluk erat.

"Eight... aku sangat rindu padamu...."

"Aku juga... aku sangat-sangat merindukanmu," Eight memeluk erat, tapi ia kebetulan menatap ke arah Leor yang ada di belakang Simba dengan tatapan bingung.

"Itu... (Berpikir... itu anak siapa... kenapa datang bersama Simba?! Apa jangan-jangan... itu anak Simba!?)" Eight berpikir sangat aneh. Dia bahkan tampak tak percaya melihat itu dan mengira Leor adalah anak Simba.

Lalu Simba ikut melihat tatapan Eight yang menatap Leor dengan tak percaya. "Oh, ini Leor, dia dari ras serigala... Dia sangat kasihan jadi aku bawa dia," dia memperkenalkan Leor pada Eight yang masih terdiam.

Lalu Simba menatap pada Leor. "Leor... ini kekasihku, yang aku bicarakan dari tadi loh, ternyata takdir benar-benar membuat kita bertemu secara kebetulan," tatapannya membuat Leor dan Eight sama-sama terdiam.

Namun Leor terkejut setelah terdiam beberapa saat. "(Ja... jadi... dia memang sudah punya kekasih... aku benar-benar tidak tahu pemikirannya... jika punya kekasih, kenapa masih mau mengembangkan kekuatan, bukankah kekasihnya bisa melindunginya...)"

"(Oh, kupikir apa...)" Eight menghela napas panjang begitu mengetahui kebenaran siapa itu Leor. Lalu dia tampak berlutut di dekat Leor, membuat Leor terkejut dan tak pernah berpikir bahwa pria itu akan berlutut di hadapannya. Tak hanya berlutut, Eight juga memegang tangan Leor, membuat mereka berjabat tangan. "Terima kasih sudah menjaga kekasihku, aku tahu ras serigala kuat, bukan?" tatap Eight dengan ramah. Lalu dia menambah perkataannya. "Kedepannya kau boleh bersama kami."

Hal itu membuat Leor senang dan mengangguk dengan cepat. Untuk pertama kalinya, keberadaannya diterima. "(Jadi, ini yang dimaksudkan... apa ini artinya aku diterima... aku tak lagi sendirian?)"

Lalu pria tadi mendekat dengan membawa gadis tadi. "Eight, sepertinya aku harus pergi," tatapannya sangat ramah.

"Oh, secepat ini?!" Eight menatap terkejut.

"Iya, sepertinya Anya kedinginan, aku harus secepatnya membawanya ke rumah..."

"Eight, siapa dia?" Simba menatap bingung.

"Ini kakakku paling tua, tepatnya dia yang tidak pernah menua... One. One, ini kekasihku," tatap Eight membuat pria bernama One, yang rupanya vampir pertama, menatap ke Simba. "Senang bertemu denganmu, Eight tadi menemukan gadis kecil ini, aku benar-benar berterima kasih..." tatapnya, lalu gadis kecil yang bernama Anya itu menatap mereka dengan tatapan manis.

"Dia sangat manis... apa dia spesial?" Simba menatap.

"Ya, dia memiliki kemampuan yang istimewa dan unik. Jika sedih, cuaca akan mendung, dan jika senang, maka cuaca akan cerah. Dia pasti tadi kedinginan karena kehujanan air matanya sendiri," balas One. Memang benar, Anya sekarang masih basah, dan One tak peduli bajunya basah saat memeluk Anya.

"Itu sangat manis, apakah dia manusia?" Simba kembali bertanya, tapi ia merasakan Eight merangkulnya pelan untuk memberi isyarat agar tidak banyak bertanya.

"Ya, sejauh ini aku memastikan dia manusia... baiklah, kalau begitu aku pergi ya. Jika kalian sakit, bisa panggil aku, aku seorang dokter," tatapnya lembut membuat Simba juga tersenyum ramah. "Ya..."

Lalu One pergi dengan gadis tadi yang menatap mereka dengan tatapan polos. Tapi kemudian, dia melambai kecil, dibalas Eight yang juga melambai.

"Simba... One menemukan gadis yang sangat unik itu, dan sepertinya dia memiliki kisahnya sendiri," kata Eight. Tapi mendadak, Simba memegang kedua pundaknya. "Eight... tanpa sadar, tadi itu mengganggu pertemuan kita..." tatapnya membuat Eight terdiam bingung.

"Eight... aku ingin kita berdua selalu bahagia. Sebaiknya aku akan menghentikan mengembangkan sihirku deh, karena aku punya Eight di sini... aku hanya ingin bersamamu," ia menatap khawatir, seketika memeluk Eight. Lalu Eight tersenyum kecil dan membelainya. "Ya... baiklah, itu benar sekali, aku yang akan melindungimu, jadi tenang saja..." mereka benar-benar manis.

Leor yang menatap itu menjadi terdiam, tapi dia menatap Eggy yang dari tadi menatapnya dari jauh. Dia lalu melambai dengan ramah, seolah menyambut kedatangannya, membuat Leor juga membalas melambai pelan.

"Oh iya, kenapa tadi aku tak boleh mengobrol lebih lama dengan One?" Simba menatap bingung pada Eight yang berpikir.

"Hm... dia itu, meskipun sikapnya lembut begitu, jika sekali marah pada seseorang yang sangat mengganggu, kekuatannya sangat besar. Dia juga sangat tertutup dan tidak memiliki pasangan hingga sekarang. Entah dia akan menjadikan gadis kecil itu sebagai apa nantinya," kata Eight.

"Apakah itu sebuah masalah bagiku untuk tidak banyak bertanya? Aku juga ingin tahu soal dia... eh, by the way, kenapa kita langsung bertemu dengan yang pertama, tidak yang keenam atau yang kelima?" Simba menatap.

"Aku belum memberitahumu ya... sebenarnya ada satu dari kami yang sudah mati. Dia adalah Six, yang keenam, dan dia seorang wanita, tepatnya vampir wanita. Tapi kekuatan vampirnya hilang, membuatnya menjadi manusia biasa. Kemudian dia mati di usia yang tidak panjang," kata Eight.

"Hah, plot twist sekali..." Simba menatap terkejut.

"Sebaiknya kita bahas lain kali saja. Sekarang kita harus memikirkan Eggy dan si kecil ini, siapa tadi, Leor?" Tatap Eight yang menunjuk Eggy dan Leor yang agak jauh dari mereka, membuat Simba berpikir sebentar.

"Hmm... Bagaimana jika kita biarkan mereka tinggal dulu, lalu ajarkan bahasa manusia sesuai dengan apa yang diajarkan orang tua pada anak," tatap Simba.

"Haha... Aku sih tak apa jika diminta menjadi orang tua Leor, karena dia masih kecil, tapi jika Eggy, dia cepat belajar, hanya saja... Ada hal yang aneh, sepertinya dia bisu," kata Eight.

"Hah, yang benar saja, bukankah kau bilang cepat belajar, kenapa kau mengatakan dia tidak bisa bicara, atau bisu?" Simba menatap tak percaya.

"Aku sudah memastikan dia bisu... Lihat ini," Eight menatap ke Eggy dari jauh. "Hei, Eggy!" panggilnya, membuat Eggy menoleh dan melambai dengan senyuman khasnya.

"Dia tidak menirukan kata-katamu? Dia hanya melambai isyarat... Apa itu artinya dia sudah mengerti bahwa yang kau lakukan adalah menyapanya?" Simba menatap.

"Ya, begitulah, itulah yang kukatakan...." tambah Eight, membuat Simba kembali berpikir. "Dia itu entitas pintar, kenapa dia bisa bisu?"

"Mungkin sebuah kesalahan merusak di bagian pita suaranya... Atau mungkin saat telurnya jatuh, maksudku telur cangkangnya, bukan itunya... Ugh... (Aku bicara apa sih...) Hm... Aku mencoba mengingat-ingat bagaimana dia jatuh ya..." Eight menatap bingung.

"Yah, baiklah, sepertinya kita hanya harus ajarkan dia bahasa isyarat."

"Kau bercanda, aku tak bisa melakukannya apalagi mengajarkannya," Eight menatap.

"Lalu bagaimana? Jika dia begitu terus tanpa belajar bahasa isyarat, dia pasti tak akan bisa bicara ataupun menunjukkan kata-katanya pada orang lain," Simba menatap kesal, membuat Eight terdiam berpikir.

"Bagaimana jika minta bantuan One?"

"Pria tadi?"

"Yah, dia pernah bergabung dalam komunitas tunawicara untuk mengajari anak-anak panti asuhan tunawicara lainnya... Dia membantu program itu dan sudah dari dulu suka pada anak kecil," kata Eight.

"Oh, jadi itu terlihat sekali sekarang bahwa dia memang menyukai anak-anak... Kalau begitu, tak apa kan jika kita titipkan Eggy untuk beberapa pekan di tempatnya hanya untuk meminta bantuannya mengajarinya?" tatap Simba.

"Ya, dia baik hati, sepertinya tak apa..." Eight membalas.

"Bagus, antarkan saja dia besok. Sekarang mari pulang, aku ingin merasakan kasur yang empuk, kamar mandi nyaman juga makanan enak," kata Simba.

"Haha... Santai saja, apakah kau tak pernah melakukannya selama bermeditasi?" Eight merangkulnya pelan, dan mereka berjalan bersama.

"Hei, ayo ikuti kami," dia menambah pada Eggy dan Leor yang berjalan mengikuti mereka.

Leor yang melihat mereka bersama seperti itu membuatnya terdiam. "(Apakah ke depannya, aku tak akan mengganggu mereka...?)" ia menatap khawatir.

Ketika sampai di apartemen Simba, tampak Leor terduduk di sofa dengan tatapan polos, dia melihat Eggy yang di sampingnya menatap televisi dengan polos.

Lalu kebetulan melihat Eight yang menghubungi seseorang sambil melewati sofa.

"Um, anu... Tuan Vampir," dia memanggilnya, membuat Eight terdiam menoleh. "Ya? (Nama panggilan macam apa itu?)"

"Apakah tak ada sesuatu yang harus aku lakukan? Mungkin membantu pekerjaan rumah atau apa pun itu?"

"Hm? Kenapa? Kau hanya perlu diam di sini bukan?" Eight menatap sambil berpikir, lalu Simba datang sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia kebetulan mendengar pembicaraan mereka. "Oh, aku mengerti, itu karena dia selalu berburu dan melakukan pekerjaan berat setiap hari di hutan," tatapnya pada Eight, yang menjadi mengerti dan mengangguk.

"Hm... Begitu yah, tapi kau tak perlu khawatir, aku baru mencarikanmu sekolah. Berapa umurmu?" Eight menatap.

"Se... Sekolah?!" Leor menatap terkejut.

"Ya, jika tinggal di sini, kau harus bersekolah. Berapa umurmu?" Eight kembali bertanya.

"Um... Mungkin... Antara 15?"

"Kau hampir SMA jika di sini."

"Kau harus mencarikan dia kartu identitas terlebih dahulu," Simba menatap.

"Ya, aku akan melakukannya," Eight membalas. Lalu ponselnya berbunyi. "Oh, ini dari One... Sebentar," dia berjalan agak jauh dan mulai bicara di ponsel. "Halo, One... Maaf mengganggu waktumu tadi... Apa suara panggilanku tak mengganggumu tadi? .....Oh baiklah, sebenarnya aku ingin meminta bantuanmu... Kau ingat saat bergabung dalam komunitas tunawicara itu, aku ingin kau mengajari Eggy... Apa, tidak, yang bersamaku kemarin... Ya... Baiklah, terima kasih... Ya, sampai jumpa."