Sementara Simba bicara pada Leor, "Kedepannya kau tak usah khawatir, kau akan bersekolah, belajar, kemudian pulang kembali ke sini. Jadikan ini sebagai rumahmu... Ini baik-baik saja," kata Simba.
Leor yang mendengar itu menjadi tidak enak pada Simba dan Eight, tapi dia mencoba tenang dan menundukkan badan. "Terima kasih... (Apakah aku akan merepotkan mereka... Aku sangat takut sekali... Aku takut mengganggu mereka...)"
Lalu Eight berjalan mendekat dan menatap Eggy. "Hei, kau ikut aku," tatapnya, membuat Eggy terdiam bingung.
"Kau akan bersama One, jadi kemasi barangmu," tambah Eight.
Eggy terdiam, kemudian menatap tak mengerti, tapi juga ada wajah kecewa yang dia pasang.
"Ini baik-baik saja, aku ingin kau cepat bicara dengan lancar, jadi jika kau kembali kemari nanti, kau akan baik-baik saja," kata Eight, meyakinkan Eggy yang kemudian berdiri dan berjalan pergi untuk mengemasi barang-barang.
"Jadi, apa yang akan dilakukan selanjutnya?" Simba menatap Eight.
"Setelah aku mengantar Eggy, aku akan mengurus identitasnya, juga... Aku ingin memberitahumu sesuatu nanti, sesuatu yang besar," kata Eight, seolah-olah membuat Simba penasaran, tapi Simba tak memasang wajah apapun dan hanya mengatakan, "Yah, yah... Pergilah cepat...."
Setelah mereka pergi, Leor melihat Simba yang rapi ingin pergi keluar. Lalu dia menatap Leor, "Hei, kamu bilang kamu ingin melakukan sesuatu kan? Temani aku belanja di mal, aku sudah lama tidak belanja barang-barang, jadi ayo..." Simba berjalan duluan. Leor, tanpa persiapan apapun, mengikuti Simba karena dia sudah membersihkan dirinya tadi setelah sampai di apartemen.
Siapa sangka, dia hanya menjadi pembawa barang untuk Simba, tapi dia senang melakukannya. "(Aku senang jika aku bisa membantunya meskipun termasuk begini...)" dia mencoba senang meskipun tidak nyaman membawa barang sebanyak itu, apalagi Simba terus membeli barang-barang bagus.
"Anu, Nona... Apakah uangmu tak habis?" Leor menatap.
"Haha... Eight itu pria yang kaya... Meskipun dia selalu berlagak miskin... Dia punya banyak uang... Jadi tenang saja," kata Simba dengan sombong, membuat Leor menatap tak nyaman. "(Jadi uangnya punya prianya... Kupikir uangnya sendiri... Jika mereka berdua kaya, kenapa menyewa apartemen yang kecil... Benar-benar aneh...)" Leor menatap bosan, apalagi terus menemani Simba yang tak habis-habisnya menatap barang lain. Sepertinya kedepannya dia juga akan begitu terus.
--
Sesampainya di rumah yang sudah dikirimkan alamatnya oleh One, Eight dan Eggy terdiam menatap ke depan, karena di depan ada pagar besar, tidak kalah dengan rumah besar di dalam.
"Ck, ck, ck... Dasar, dokter yang hebat," Eight menggeleng iri.
Lalu ponselnya berbunyi dari One. "Oh, ini dari One, dia pasti memastikan apakah kita sudah sampai atau belum," dia menoleh ke Eggy, tapi ia terdiam melihat Eggy yang menundukkan wajah dengan suara yang sunyi, bahkan perlahan tangannya memegang kain di baju Eight. Sepertinya dia memang mengerti bahwa Eight akan meninggalkannya.
Eight mencoba terdiam berpikir. "(Aku tahu dia sedang sedih...) Hei, kawan," Eight memanggil. Tapi Eggy tak menatapnya, dia tetap melihat ke bawah.
Lalu Eight menambah perkataannya. "Aku adalah vampir ribuan tahun. Aku baru menemukan cinta pertama pada Simba. Aku menemukan banyak orang yang sangat unik, termasuk kau sendiri, dan mereka bisa menunjukkan ekspresi mereka, jadi kupikir ini pilihan terbaik untukmu agar kau bisa bicara dengan baik meskipun tanpa mengucapkan satu kata apa pun," kata Eight, membuat Eggy perlahan menatap ke arahnya.
"Meskipun kau baru lahir beberapa bulan lalu, tapi aku tahu tubuhmu yang sebesar ini, umurmu juga akan besar. Kau akan mengalami apa yang dialami pria.... Tak peduli kau ini entitas seperti apa, jangan biarkan sesuatu yang aneh membuatmu menjadi pria yang sangat lemah. Aku yakin, suatu hari kau bisa tinggal sendirian tanpa menganggapku orang yang melihatmu lahir.... Yah, mungkin bisa dikatakan begitu, jadi tak apa.... One orang yang baik, kau akan lebih baik tinggal di rumah besar ini. Hingga pada saat One mengatakan kau lancar dalam bahasa isyarat, aku akan datang menjemputmu," kata Eight.
Lalu Eggy agak tenang, dia tersenyum dengan wajah yang begitu kosong, bahkan dia meneteskan air mata.
"Astaga, aku sudah mengatakan apa padamu... Jangan cengeng," Eight menatap kesal, membuat Eggy mengusap air matanya dengan cepat. Tapi mendadak dia memeluk Eight, membuat Eight terkejut. "O... Oke... Ini berlebihan, btw...."
Tapi di tengah itu, gerbang terbuka, membuat Eight menatap ke arah samping yang rupanya One menatap terdiam pada mereka. "E... Apa aku mengganggu?" One menatap tak nyaman.
"Apa?! Tidak, ini tidak seperti yang kau pikirkan...." Eight menatap panik, dia langsung mendorong Eggy dan membuatnya di samping One.
"Baiklah, aku akan pergi... Aku minta bantuanmu," tatapnya pada One yang mengangguk tenang. "Jangan khawatir... Aku akan mengajarinya... Benar, kan, Eggy?" One menatap ke Eggy yang menatap kecewa.
"Maaf ya, dia seperti anak usia lima tahun saja," Eight menatap kesal.
"Tak apa... Lakukan pekerjaanmu, Eight, aku akan mengurusnya," One kembali membalas.
"Baiklah, terima kasih. Oh, ngomong-ngomong, aku ingin tahu di mana makam Six berada. Dia manusia biasa, kan? Dia pasti dimakamkan di bagian tanah manusia juga," Eight menatap.
"Ada di jalan JI nomor 2, di sana pemakaman lama... Mungkin kau akan terdiam ketika sampai sana, karena di sana tempatnya roh penasaran."
"Aku tak percaya begituan, jadi sampai jumpa," Eight berbalik dan berjalan pergi, membuat Eggy terdiam menatapnya pergi. Dia tampak kecewa, tapi One mengatakan sesuatu.
"Masuklah, ada Anya di dalam.... Ke depannya kau harus memanggilku-" One berhenti bicara. Dia menggunakan bahasa isyarat, yakni memegang bahu Eggy dan menggerakkan tangannya membentuk nama One.
Eggy menjadi tertarik melihat hal unik itu.
"Sudah paham, begitulah orang bisu memanggil. Meskipun lawan bicaramu tak tahu kau memanggil, tapi kau harus membuatnya merasakan bahwa kau ada di sekitarnya," tambah One. Lalu Eggy mengangguk, tapi kebetulan dia menatap ke jendela rumah besar itu yang rupanya ada gadis manis melambai tangan menyapanya dengan pelan, membuat Eggy ikut melambai pelan.
"Oh, itu Anya, dia pasti baru saja bangun dari tidur siang. Jadi ayo masuk," One berjalan duluan. Lalu Eggy mengikuti, tapi sebelumnya, dia terus menatap ke belakang, mungkin dia masih tak rela berpisah dengan Eight.
Sementara itu, Eight mengunjungi makam milik Six. Ia juga membawa sebuket bunga berwarna merah mawar.
Ketika sampai di tempat pemakaman yang dibicarakan, dia tidak menyadari bahwa ketika sampai di pintu makam, suasana berubah menjadi gelap seperti malam hari.
"Apa maksudnya ini? Bukankah ini tadi siang hari... Kenapa langsung malam?" ia bingung, tapi ia terkejut ketika matanya berubah merah sedikit, yang artinya dia melihat banyak sekali sesuatu yang berterbangan, sesuatu yang putih dan hitam, melewatinya begitu saja dan menatapnya.
"(Oh, tidak, sepertinya aku melihat entitas baru... Hantu yang bahkan terlihat lebih nyata!?)" ia mencoba tenang dan tidak panik, mencoba menghirup udara yang begitu bangkai lalu menghembuskannya sambil berjalan mencari makam Six.
"(Pantas saja yang dibilang One begitu, tapi aku mulai bertanya-tanya kenapa Six dimakamkan di sini sih... Oh sebentar, dia mati sudah sangat lama, bahkan beribu tahun. Itu artinya makam ini menjadi tempat terakhir bagi hantu-hantu yang tinggal di sini, mereka belum siap meninggalkan dunia, jadi mereka selalu tidur di sini...)" ia berjalan sambil terdiam berpikir hingga akhirnya menemukan makam Six dengan ukiran batu nisan bernama dirinya.
"Oh, akhirnya, Six... Aku tahu ini agak terlambat," Eight berlutut dan memberikan bunga, kemudian meletakkannya di batu nisannya. Wajahnya tampak datar dan mencoba tenang, kemudian menghela napas panjang.
"Six, aku Eight. Aku tahu kita tak pernah bertemu, tapi aku hanya ingin bertanya satu hal padamu. Bagaimana kau bisa berubah menjadi manusia biasa? Apa yang telah kau perbuat dan apa yang telah diperbuat orang lain padamu itu sungguh kejam..." tatap Eight, ia juga terus terpaku menatap baru Nisan itu.
"Six... Aku harap kau bisa kembali lagi... Kemari, aku mendengar berita kematian mu dan aku sungguh sangat sedih, aku yakin kau tidak sepenuhnya mati kan Six? Aku ingin bertemu dengan mu, bagaimanapun juga jika saudara, aku memang belum tahu sikap mu, tapi aku berharap kau hanya wanita yang baik. Dan aku yakin, di alam sana kau sedang mencari cara untuk hidup kembali..." ia menambah, tapi kemudian dia terdiam lalu berdiri. "Kupikir itu sudah cukup untuk pertanyaannya."
Lalu berbalik akan pergi, tapi kebetulan, ada batu nisan di belakangnya, tepatnya milik orang lain, yang akan jatuh, membuat Eight langsung refleks menahan jatuhnya batu nisan itu dan langsung membuatnya berdiri lagi. "Untung saja tidak jatuh..." gumamnya, lalu kembali berjalan pergi, tapi tanpa sadar, ada roh hantu yang keluar dari sana, menatap Eight dengan senyuman yang sangat kecil. "Menarik...."
Eight yang baru saja keluar dari sana menjadi terdiam, dan merasakan sesuatu yang membuatnya menoleh ke belakang. Dia tampak tak nyaman lalu memegang leher belakangnya, tapi ia mencoba melupakan itu dan berjalan begitu saja, dan tanpa sadar, ada yang mengikutinya begitu saja.
Sementara itu di rumah One, Eggy melihat sekitar mansion mewah itu. Ia kemudian terpaku pada sesuatu yakni sebuah buku Novel yang ada di meja. Dia terdiam menatap itu hingga One mendekat.
"Kamu sedang melihat buku yang bagus... Ini berjudul Black Dara White," dia mengambilnya dan memberikan nga untuk Eggy membuat Eggy menerima dan melihatnya dari dekat.
"Legenda zaman dulu mengatakan beribu-ribu dan berjuta-juta tahun yang lalu pernah terjadi kejadian yang akan mengisahkan di sini. Sekarang legenda itu hanya menyisakan sebuah buku kuno yang tak terlalu besar. Buku itu akan membantu menjelaskannya di mana Pada suatu masa lahir bayi kecil dari keluarga sahnan murni dari kerajaan.
Bayi-bayi itu bernama dara, dara sendiri diartikan sebagai keturunan yang bersih. Sang raja setiap hari hanya bisa meratapi mereka yang tidur dirancang dan terbungkus kaca pelindung. Hal ini bertujuan agar mereka tidak terserang roh jahat milik iblis karena mereka murni akan mendapatkan titisan dewa cahaya.
Ramalan mengatakan jika dua bayi kecil yang lahir apa itu disebut sebagai kutukan dan tentu saja hal itu membuat sang raja sangat kesal dan marah kepada istrinya bagaimanapun juga itu adalah takdir dan kutukan itu muncul ketika istrinya telah melahirkan dua bayi itu, dia mati layaknya jiwanya telah terisi oleh kedua bayi itu.
Sesuai dengan ramalan itu, salah satu bayi itu akan menjadi kutukan, dan salah satu bayi itu adalah titisan dari iblis, dengan mudahnya iblis akan memakan jiwanya dan Buku ini menceritakan Bagaimana semua itu terjadi dan bagaimana semua itu bisa dilalui dengan semua cara." kata One membuat Eggy tertarik membacanya.
"Itu buku kuno, yang aku ubah menjadi novel agar orang sepertiku bisa membaca dengan nyaman. Aku akan mengajarkan mu membaca agar kamu bisa membacanya juga... Jika ada waktu luang, bermain lah dengan Anya," One menunjuk Anya yang ada di antara mereka, dia menatap polos pada Eggy.
Tapi Eggy tersenyum dan melambai padanya. Tapi di sini, belum di ketahui siapa itu Anya.