2 Minggu kemudian, terlihat di sebuah hutan yang luas, berbahaya sekali untuk binatang buas yang bisa saja datang kapan saja.
Tapi ada sebuah rumah kokoh kecil yang terbuat dari kayu kayu pohon dan serabutan atap yang pastinya aman dari apapun, lalu keluar seorang Simba yang meregangkan tangan nya. "Ha.... Sudah ada dua minggu aku di sini, rasanya tubuh ku sehat sekali, metode meditasi ini benar benar merelaksasi," ia sangat senang.
Tapi lama kelamaan, ia menjadi kesepian. "Haiz... Selama dua minggu, aku sama sekali tak bersosialisasi, rasanya agak aneh, bahkan aku sudah merindukan Eight," dia menatap langit dan bahkan membayangkan wajah Eight yang tampan di langit.
"Eight... Aku kangen..." ia hampir sedih lalu menghela napas panjang.
"(Setiap hari, aku terus menunggu waktu yang lama hanya untuk memperpanjang pelatihan meditasi, setiap hari aku juga selalu makan yang tidak penting seperti ini... Jika saja aku bisa bertemu secara kebetulan akan sesuatu yang bisa membuat ku merasa menyenangkan aku pasti tidak akan merasa mati bosan nanti nya.
Jika saja ada sesuatu.... Musim berganti saja aku tetap duduk bermain kebosanan dengan melihat semut yang terus berbaris melewati halaman ku.)"
Pikir nya yang terlihat berlutut menatap semut semut yang menuju ke rumah mereka, mengumpulkan makanan dari pohon hutan.
Lalu ia kembali berdiri. "Baiklah, ini mungkin saat nya untuk melakukan meditasi lagi," dia berjalan ke dalam rumah kecilnya mengambil baju dan handuk.
Lalu ia berjalan keluar dan menuju ke tempat yang akan di buat meditasi, yakni air terjun.
Tapi di jalan, tiba tiba saja ia berhenti berjalan sambil terkejut, bahkan menjatuhkan baju dan handuk yang ada di tangan nya tadi.
Ia rupanya menemukan dan melihat seorang anak lelaki kecil yang kotor tengah tak sadarkan diri di tengah hutan yang tak jauh dari halaman nya.
"Oh astaga.... Sangat kasihan.... Anak manusia kah?" dia mencoba mendekat. Rambut berwarna perak anak itu panjang dan kotor.
"(Hm.... Dia sangat menarik..... Aku ingin membawa nya pulang,)" simba tersenyum senang dan berjalan membawa lelaki kecil itu pergi.
Lelaki kecil itu membuka mata nya dan dia sudah terlihat masih di mandikan di sungai.
"(Di mana aku?)" dia semakin membuka mata. Merasakan ada tangan yang membasuh rambutnya. Rupanya Simba yang tadi menemukan nya.
"Halo manis.... Kau harus bersih dulu yah," kata Simba membuat nya terdiam. Lelaki kecil itu hanya berpikir bingung. "(Siapa dia?)"
Setelah itu lelaki kecil itu di potong rambut nya dan dirapikan oleh Simba sendiri.
Saat sudah selesai terlihat dia sangat tampan.
"Waw.... Sangat tampan..... Aku akan memberimu nama--
"Aku sudah punya nama," lelaki kecil itu menyela.
"Eh.... Siapa nama mu?"
"Aku Leor."
"Leor.... Wi... Keren..... Kau akan jadi peliharaan ku," tatap Simba seperti memperlakukan lelaki kecil itu sebagai anjing yang liar. Karena kalimat itu, membuat nya agak ketakutan.
Tapi tiba tiba saja perut lelaki kecil itu berbunyi.
"Oh kau lapar.... Aku akan memasakkan sesuatu untukmu," Simba langsung menyiapkan makan dan tangan Leor di tarik untuk makan di dalam.
Terlihat mereka sudah duduk di meja makan yang sama.
"Lihat aku memasakkan sesuatu untukmu..." Simba memberikan semangkuk makanan aneh berwarna ungu dan berbau tak sedap. Dia memang tidak jago dalam memasak.
"Baiklah bilang a...." dia akan menyuapkan nya tapi lelaki kecil itu dengan gemetar menggeleng ketakutan.
"(E... Aku tak mau.) Ini... Aneh.... Aku tak mau," lelaki kecil itu merengek menangis.
Lalu Simba menjadi cemberut. "Hmp.... Baiklah jika kau tidak mau... Kau pasti akan mati kelaparan."
"Huhu... Aku tidak mau mati," lelaki itu terpaksa makan.
"Gimana enak kan?" tatap Simba. Lalu lelaki kecil itu juga terpaksa mengangguk meskipun menangis tidak enak.
"Sebagai ganti kau makan di sini... Kau harus berburu seperti itu... Okey... Kau juga harus belajar sendiri.... Tangkap lah hewan yang bisa kau tangkap di sini," kata Simba.
"(Ini sangat menyenangkan, akhir nya aku punya sesuatu yang tidak akan bisa membuat ku bosan... Hehe dia juga tampan dan imut saat sudah bersih.... Mungkin aku bisa sedikit mengajarinya bertarung saat besar nanti. Suatu keberuntungan jika lelaki manusia ini bertemu dengan ku.) Hei kenapa kau bisa ada di sini?" tatap nya.
"Aku..... Di buang," balas lelaki kecil itu yang membuat Simba terdiam.
"Aku... Lahir dari keluarga yang aneh. Ibuku menjalin hubungan bersama dengan seorang lelaki brengsek, dia kabur setelah menghamili ibuku. Dan begitulah aku lahir dari tanpa ayah. Di saat itu perasaan tertekan menjatuhi tubuh ibu satu persatu. Demi menjaga ku dia bahkan bekerja keras menjual tubuhnya untuk semua lelaki. Aku memang menghargainya mencari uang untukku tapi aku benar benar kecewa padanya. Hingga dia terbunuh oleh lelaki yang tidak puas padanya menjadikanku anak yang terbuang di umurku yang 10 tahun.
Aku anak yang terbuang tanpa adanya sesuatu yang bisa aku rasakan. Memangnya ibu memberikan cintanya padaku, dia hanya berharap aku pergi, hanya berharap uang saja. Dia hanya menganggap ku menumpang dan akan membunuhmu suatu saat nanti, tapi lihat sekarang dia benar benar mati duluan.
Dunia benar benar sialan jika boleh kukatakan.
Aku kelaparan, kehujanan dan berlagak putus asa duduk di pojokan kompleks di bawah lampu tiang yang mati dan sampah di samping ku. Semua orang yang lewat dengan patung hanya memandangiku. Di saat itu aku sadar yang keras itu tak hanya kota melainkan isi dunia ini. Aku mengatakan itu karena aku yang merasakan kerasnya dunia tanpa adanya kelembutan sama sekali. Bisakah orang baik datang menolongku sekarang, aku benar benar hampir mati kebasahan.
Menangis sepanjang hari, sepanjang malam membuatku meneteskan air mata darah di pipiku. Kulitku menjadi pucat dan kotor, kondisiku sebentar lagi tak lama. Aku akan mati tak nyaman di sini dengan adanya sampah di sampingmu dan hujan yang terus mengguyur darahku. Angin malam yang mulai membuat darahku membeku dan menutup mata putus asa.
Aku pikir aku akan punya kehidupan yang akan lebih enak dari ini semua tapi ada masalah muncul lagi.
Setiap aku berteduh, kenapa mereka selalu mengusir ku.
Aku sangat sedih dan kecewa membuat ku putus asa dan ingin mengakhiri hidup ku dengan lari masuk ke hutan.
Selama beberapa hari aku terus berjalan tanpa makanan. Aku hanya melihat malam dan siang terus berganti di dalam hutan itu hingga aku benar benar pingsan di sana." dia bercerita dengan sangat sedih.
Simba yang mendengar itu menjadi berpikir. "Aku yakin kau bukan manusia."
"Katakan padaku, kau bukan manusia kan?" Simba menatap seperti memprovokasi Leor yang tampaknya ketakutan menelan ludahnya.
"Um... Um.... Aku..."
"Lupakan saja, aku tetap memanggil mu anjing kecil... Dasar kamu ini," Simba nampak kesal.
"Ma... Maafkan aku," Leor tampak ketakutan putus asa membuat Simba merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan, bahkan Leor hampir menangis.
"(Apa aku terlalu berlebihan?)" ia khawatir, dengan buru buru melihat sekitar dan menemukan ide.
"Anjing kecil... Lihat ini.... Aku menemukan ini di hutan sana," terlihat Simba memberikan balon gas yang ada di tangan nya membuat Leor terkesan tak jadi menangis.
"Wah.... Itu sangat bagus."
"Ini untukmu," Simba memberikan itu pada nya.
"Terima kasih."
"Maaf ya, aku terlalu memaksamu.... Lain kali aku tak akan membuat mu takut," tatap Simba membuat Leor terkesan dengan wajah menawan itu.
Kemudian Simba berbalik dan dia berjalan pergi meninggalkan Leor.
"Um... Tunggu," Leor memanggil membuat Simba menoleh.
"Ya, kenapa?"
"Um... Kamu mau kemana?" Leor menatap agak takut.
"Haha.... Aku belum memberitahu mu yah... Aku harus bermeditasi, sebagai gadis kucing, aku harus mengembangkan Sihir ku."
"Sihir?" Leor menatap tak mengerti.
"Tak apa jika tak mengerti, aku akan menjelaskan padamu nanti, aku akan kembali nanti sore, jika ingin mencari makan, aku sudah memasak untuk mu, sampai jumpa," Simba berjalan pergi dari sana membuat Leor terdiam, dia lalu menoleh ke meja makan, seketika wajahnya pucat.
"(Aku tak mau makan itu...)" ia menggeleng, tapi ia seperti memiliki rencana dan ide.
Sore nya Simba kembali pulang sambil menghela napas panjang. "(Sangat aneh sekali, ini pertama kalinya aku lelah dalam meditasi... Apa aku harus istirahat dan bersantai untuk sementara, tapi aku tak boleh berhenti...)" pikirnya.
Tapi ketika ia masuk ke dalam rumah nya, ia terkejut karena Leor tidak dimana mana. "Hah?! Kemana Leor!" dia panik, mencari di setiap tempat dan sudut.
"Haiz..... Kemana sih dia... Kenapa tidak terlihat dari tadi?" ia menjadi khawatir dan menunggu hingga ia berpikir bahwa Leor berjalan ke luar, dan bahkan dia membayangkan Leor tersesat.
"Ah tidak.... Dia masih terlalu kecil..." Simba panik dan langsung berjalan terburu buru menyusul ke hutan tempat di mana dia tadi bertemu dengan nya.
"(Oh itu dia.) Hei Anjing kecil," dia melihat nya di balik semak melalui kepala yang terlihat.
"Nona," Leor menoleh dengan sedih.
"Ada apa dengan mu?"
Lalu Leor menunjuk balon nya yang tersangkut di pohon.
"Hm.... Ckck... Sangat aneh yah..." Simba terdiam lalu mengeluarkan mengulurkan tangan nya pada balon itu, seketika balon itu melayang turun dan berhenti di tangan Simba yang memegang talinya.
Ia menggunakan sihir untuk menarik kembali balon itu dan di berikan pada Leor.
"Waw itu keren... Aku ingin belajar itu juga," tatap Leor dengan semangat.
"Ngak bisa...."
"Eh kenapa?"
"Pokoknya tidak bisa.... Ini hanya untuk gadis meong yang bahkan wajib untuk menguasai ini dan tak boleh mengajarkan nya pada siapapun karena metode nya akan berbeda. Kau harus mengerti itu..." kata Simba membuat Leor terdiam kecewa.
"Sekarang aku tanya padamu, apa yang kamu lakukan di sini?" tatap Simba.
Leor terdiam sebentar, dia lalu mengambil sesuatu di bawahnya. "Aku sebenarnya berburu," dia menunjukan kelinci kecil mati uang ada di tangan nya.
". . . Ha... Apa kau bercanda.... Itu terlalu kecil, bagaiman kita bisa makan nanti nya," Simba menatap kesal membuat Leor terdiam tak tahu harus apa. "Ck.... Jadi kamu hanya ingin berburu, apa makanan ku tidak se enak itu huh!!" Simba menatap tajam.
"Tapi aku punya buronan lagi," dia mengambil burung kadal di tangan nya.
"Akh... Kenapa itu masih kecil sih!!" Simba masih tidak Terima.
"La... Lalu mau yang seperti apa?" Leor menatap.
"Cih... Kambing kek.... Tahu kan kambing gunung... Tangkap aja itu pokok nya."
"Ba... Baiklah," Leor mengangguk dan akan berjalan pergi.
"Hei!!" Simba langsung menahan kerahnya membuat Leor terkejut menatap.
"Apa yang mau kau lakukan huh, kau pikir kamu mau kemana? Itu sangat bahaya, jangan mencari lagi, kau bisa mencarinya ketika sudah besar," tatap Simba, meskipun dia dari tadi tampak kasar, dia peduli pada Leor membuat Leor terdiam tersentuh.