Tampak Eight berjalan keluar dari bandara, dia berhenti dan melepas Kacamata hitam nya.
"Hm... Sudah sangat lama aku tidak kemari," ia menghirup napas dan menghembus kan nya dengan tenang.
Tapi ketika akan kembali berjalan, mendadak saja dia langsung terpeleset. "Akh!" hal itu membuat nya jatuh ke belakang dan terbaring kesakitan.
"Sial.... Apa ada yang melihat?" dia menoleh ke sekitar menahan malu jika ada yang melihat, tapi di sana tak ada siapa siapa, hanya saja yang membuat nya terpeleset adalah es yang membentuk sungai panjang.
Seperti jejak kaki milik seorang putri salju yang membuat jalanan es panjang. Hal itu membuat Eight terdiam bingung.
"Es, kenapa ada es? Apakah ini fenomena alam.... Aku harus mengabadikan nya," dia mengeluarkan ponsel dan memotret tapi ia baru sadar es nya akan mencair ke tempat lain.
"(Apa es ini mengarah ke suatu tempat... Aku harus tahu itu,)" pikirnya dengan serius, seketika berjalan pergi mengikuti es yang hampir mencair menjadi air dan tak akan bisa di ketahui orang.
Di sisi lain, terlihat es es itu merambat ke jalan nya dimana seorang wanita yang menggunakan gaun biru muda sedang berjalan di tengah kota yang sepi.
Penampilan nya seperti ratu salju, kulit yang putih dan rambut albino, mata biru kristal yang sangat cantik dan dia sedang berjalan melihat sekitar.
Wajahnya terkesan sambil tak peduli bahwa langkah kaki nya membuat rambatan es yang mengikutinya.
Di tengah cuaca yang panas itu, dia masih bisa menciptakan es dari tubuhnya. "(Jadi ini kota lain dari dunia, kenapa sungguh sangat bagus... Tempat ini terlihat sangat masa depan dari tempat ku,)" pikirnya.
Tapi ia mendadak menoleh pada sesuatu yang memanggil nya dari belakang. "Hei!" rupanya Eight yang mengikuti jejak nya.
Wanita itu terkejut dan langsung berlari pergi membuat Eight bingung. "(Kenapa dia pergi?!)" dia terpaksa mengikuti larinya wanita itu yang tampak nya ketakutan.
Wanita salju itu terus melarikan diri hingga jauh dari Eight, dia lalu tampak berjalan ke sebuah tempat secara endap endap, tempat itu seperti tempat dimana majalah berada, dia mendekat ke pintu tapi ketika akan membuka, pintu itu terkunci.
"Ck, ayolah," dia kesal dan mengarahkan telapak tangan nya langsung ke bagian gagang pintu membuat es masuk ke dalam lubang kunci menjadikan benda itu membiru membeku.
Setelah itu dia bisa membuka tempat itu dan langsung masuk.
Dia rupanya masuk ke tempat kedai surat kabar, dia langsung mengambil sebuah kertas kabar dengan adanya ruangan gelap. Mencoba mencari dengan buru buru dan tetap masih diam diam.
Hingga ia berwajah senang. "Ini dia...." dia melihat sebuah foto di kertas itu, foto seorang model boneka.
Tapi ada yang masuk. "Hei," panggilnya membuat wanita itu menoleh dengan terkejut dan ketakutan.
Rupanya Eight. "Hei, Hei, tunggu, aku tidak akan menyakiti mu," Eight menatap mencoba meyakinkan nya dan dia ingin mengobrol dengan wanita itu.
"Si... Siapa kamu?" Wanita itu menatap.
Lalu Eight tersenyum kecil. "Yah, aku vampir ke delapan, Eight, semuanya tahu aku tapi tak bisa menemukan ku, sekali bertemu dengan ku, mereka akan berekspresi seperti mu," kata Eight.
Siapa sangka wajah wanita itu terkejut tak percaya ketika mendengar nama Eight tadi.
"Kau!! Eight, Tuan Eight, aku tahu kabar mu," tatapnya yang langsung bisa di ajak bicara.
"(Oh, aku terkenal rupanya.) Baiklah, jadi bisa katakan padaku, apa masalah mu?" Eight menatap mencoba mengetahui masalah nya.
Lalu wanita itu terdiam dengan wajah kecewa dan membalas. "Aku mencoba mencari adik ku."
"Adik mu? Kenapa sampai di sini?" Eight menatap bingung.
"Dia pergi, dia itu polos tak tahu apa apa, semua orang juga pastinya mengincar dan menginginkan nya... Tapi, suatu ketika dia pergi tanpa sepengetahuan orang sekitar dan jejak nya menuju tempat ini," tatap Wanita itu.
"Baiklah, sepertinya itu masalahnya kenapa kau di sini yah.... Oh bisa beri tahu aku nama mu dan nama adik mu?" tatap Eight.
"Aku Els, adik ku bernama Xie, dan ini adalah dia," wanita yang mengaku bernama Els itu menunjukan surat kabar yang ia pegang.
Di sana menunjukkan seorang model cantik dengan wajah boneka nya.
"Ha? Boneka? Apa dia dari ras boneka? Dia tidak terlihat seperti adik mu?" Eight menoleh ke Els bahkan ke surat kabar itu beberapa kali.
"Ah, dia bukan adik kandung ku, aku merawatnya dari kecil dan menganggap nya sebagai adik ku, begitulah caraku untuk mencari nya, tapi sepertinya aku kesulitan," tatap Els dengan wajah yang sangat kecewa.
". . . Sepertinya di sini ada informasi nya," Eight menunjuk informasi surat kabar itu yang menunjukan, bahwa model boneka cantik itu saat ini ada di sebuah gedung organisasi klien yang memotret dan mempekerjakan nya.
"Bisa kamu bantu aku, aku akan memberikan imbalan banyak untuk mu, aku mohon," tatap Els dengan wajah yang sangat memelas.
"Hm.... Gimana yah...." Eight tampak bimbang.
"Aku mohon, kau bisa meminta apapun," tatap Els.
Lalu Eight tersenyum kecil. "Baiklah, aku akan membantu mu."
"Ah, terima kasih, ini nomorku," Els langsung memberikan kartu nama membuat Eight terdiam.
"Kalau begitu aku pergi dulu, aku harus mengurusi lingkungan di rumah ku, jika ketemu dia, kabari aku, aku akan menjemput mu, terima kasih," Els berbicara cepat, seketika dia berjalan pergi dari sana membuat Eight masih terdiam menatap kartu itu. "Astaga, aku tak berpikir sejauh itu, ratu salju tersesat? Omong kosong, dia hanya mempermainkan ku...." gumam nya dengan kesal
Tapi ia melihat foto Xie, adik dari Els di surat kabar itu. "Hm.... Biasanya dia pasti di paksa bekerja, aku hanya perlu ke gedung itu dan meminta bertemu dengan model boneka yang polos," gumam nya sekali lagi lalu membawa surat kabar itu dan berjalan pergi dari tempat itu, dia bahkan membiarkan tempat itu begitu saja setelah pintunya di rusak Els.
Dalam perjalanan nya sambil memikirkan rencana, tiba tiba saja dia berhenti berjalan di pinggir kota itu.
Siapa sangka, dia melihat boneka cantik bergerak di sana, boneka Barbie yang menatap sesuatu di sebuah kaca rumah makan.
"Hah, itu!!" dia terkejut dan langsung membuka selembaran kertas kabar itu dan mencocokkan fotonya.
Kemudian dia gemetar dengan bergumam. "Ini suatu, keberuntungan," rupanya dia memang melihat Xie yang kebetulan ada di luar dan di hadapan nya. Meskipun agak bingung kenapa tak ada orang yang mengawal, Eight memberanikan diri mendekat.
Xie menatap orang yang makan ramen dari kaca kedai itu. Ia bahkan sampai menjilat bibirnya tergoda dengan makanan berat itu.
Lalu Eight datang menarik lengan nya dan bertanya. "Apa yang kau lakukan di sini?" ia tahu ketika Xie menatap orang makan ramen dengan sangat enak itu.
"Oh, mari, kau pasti lapar," Eight mengulurkan tangan.
Tapi Xie tampak ketakutan, lalu Eight tersenyum kecil dan mendekat. "Lihat ini," dia menunjukan foto milik Els yang ada di ponselnya, sepertinya dia mengambil foto Els tadi.
"Kakak!!" Xie terkejut dan langsung mengetahui itu.
"Ini suatu kebetulan bisa bertemu dengan mu, kupikir aku akan ke gedung dimana kau bekerja sebagai model, aku di utus kakak mu untuk mencari mu dan sekarang aku beruntung bertemu dengan mu," kata Eight.
Tapi wajah Xie tanpa kecewa. "Aku melarikan diri dari pekerjaan, aku tak mau melakukan nya, tapi jika aku tak begitu, aku tak akan mendapatkan uang, aku harus melakukan itu karena kakak tidak di sisi ku," kata Xie.
"Haiz..... Baiklah, baiklah, nanti saja ceritanya, bagaimana jika makan dulu," Eight memegang tangan Xie dan menarik lengan Xie dan masuk. Alhasil mereka makan ramen di sana.
Mulutnya sangat kecil, hanya bisa makan sesuap dan sesuap. Eight yang menatap juga sambil makan.
Hingga 3 jam Eight menunggu, ia sangat lelah dan akhirnya Xie selesai meletakan sumpitnya di atas mangkok.
"Kau sudah selesai?" tanya Eight. Lalu Xie mengangguk.
Eight mengulur tangan sambil melihat sekitar. Xie menerimanya dengan bingung.
"Dalam hitungan 3...2....1... Ayo," Eight menarik tangan Xie. Mereka melarikan diri dan itu di lihat oleh pelayan yang membersihkan meja.
"Hei....!!" ia berteriak tapi ia terdiam kaku karena di bawah mangkok Eight ada uang lebih dari harganya. "(Oh... Kupikir tidak membayar,)" pikir nya.
Di jalan, Xie menatap nya. "Kemana kita akan pergi? Apa kita langsung ke tempat kakak?"
"Tidak, kau harus mengundurkan diri dari pekerjaan mu dulu."
"Tapi, aku takut melawan atasan."
"Jangan khawatir, hanya perlu membanting dokumen nya," Kata Eight membuat Xie terdiam.
--
Mereka berdua ke kantor Direktur. Eight membuka pintu untuk Xie yang berjalan duluan dan di meja, sudah ada direktur membaca dokumen. Ia menoleh dan menutup dokumen itu dengan nada yang marah. "Kemana saja kau melarikan diri huh! Apa kau tahu, kau harus melakukan pemotretan!!" tatap nya sambil membanting dokumen itu ke meja.
Tapi Xie tidak diam. Ia mengambil dokumen itu dan membanting nya ke bawah membuat Eight terkejut melihatnya.
"Apa yang kau lakukan huh?!" Direktur menatap marah.
"Apa yang aku lakukan huu?!! Aku berhenti!!" teriak Xie.
"Ya, berhenti," tambah Eight semakin memanas mansi Direktur yang terdiam kesal.
"Kau... Sialan! Awas saja, aku akan mencari model yang lebih baik lain kali!!" teriak Direktur itu.
Lalu Eight dan Xie berjalan pergi keluar. Mereka membuat marah bos, mengundurkan diri dengan harga diri yang mendominasi.
Lalu terlihat mereka di sebuah taman kota, menatap Els yang sudah menunggu.
"Kakak!" Xie langsung berteriak.
"Adik ku," dia membuka tangan dan mereka saling berpelukan.
"Baiklah, waktunya meminta imbalan," tatap Eight.
Seketika Els terkejut dan menelan ludah. "Apa yang kamu inginkan?"
"Aku ingin dapat izin ketika aku berkunjung di kampung halaman mu, agar aku bisa membawa pacar ku liburan, dia pasti suka kampung halaman mu yang bersalju," kata Eight.
"Ah, bisa bisa.... Ini peta nya," Els memberikan kertas peta. "Kamu bisa datang dengan izin nama ku, maka penjaga akan mempercayai nya."
"Ya, terima kasih."
"Tidak, aku yang berterima kasih harus nya," kata Els, lalu Eight mengangguk.