"Huf....." Eight menghela napas panjang, tiba-tiba di bawah matanya, tepatnya di kantung mata, ada lingkaran hitam.
"Haiz... Aku sangat lelah," dia terjatuh begitu saja.
"Oh.... Tuan, kau baik-baik saja?!" seseorang lewat menatap panik.
"A.... Aku baik-baik saja..... (Aku tak pernah selelah ini sebelumnya,)" Eight menguap ngantuk lalu berjalan pergi masuk ke mobil.
"(Aku akan pulang dan tidur... Huf... Sangat lelah,)" dia kembali menguap. Rupanya dia dari tadi menyimpan kelelahan di depan Nona Bidadari.
Di jalan malam hari melewati jembatan besar, ia menguap lagi dengan lelah, lalu mengambil sesuatu yang bisa ia makan agar tidak mengantuk. Saat menemukan keripik kentang, ia akan membuka bungkusnya sambil mengemudi, tapi tiba-tiba ia merasakan roda ban mobilnya menginjak sesuatu, membuatnya terkejut, membanting stir, dan berhenti.
"Astaga, itu tadi apa?" ia melihat sekitar, dan kebetulan melihat ke samping tempat duduknya.
Ia terkejut karena ada roh kucing di sana. Eight terkaku tak percaya melihat roh kucing itu yang melayang duduk di kursi sampingnya dengan tatapan melirik kesal.
"K... Kau... Kucing... Jangan-jangan aku nabrak gadis kucing?!" Eight terkejut melihat dari kaca spion, lalu keluar dari mobil dan rupanya benar ia telah menabrak kucing di sana.
Roh kucing itu juga keluar dan berubah menjadi roh gadis.
"Kau!!!" dia melihat marah sambil melayang mendekat ke Eight.
"Ma... Maafkan aku..." Eight menjadi terdiam kaku.
"Kenapa kau bisa-bisanya menabrakku... Aku sedang berjalan menyebrang dengan tubuh kucingku dan kau malah menabrakku... Aku kutuk kamu!!!"
"Tu... Tunggu... Aku mohon maafkan aku... Apa yang bisa aku lakukan agar kau memaafkanku?" tatap Eight.
"Cih... Kau pikir ini semua bisa di tebus? Sekarang apa yang harus kau lakukan huh! Hanya minta maaf, padahal aku ingin menjadi gadis yang cantik dan mencari jantan sebanyak banyak nya, dan sekarang malah kamu bunuh!"
"Hei, jangan salahkan aku, yang nama nya takdir itu tidak bisa di prediksi? Jika kau mati hari ini dan takdir menggunakan ku sebagai alasan, ya jangan buat masalah ini bertele tele, jika aku hanya bisa minta maaf, kenapa harus memikirkan aku membunuh mu? Sekarang katakan padaku saja, apa yang ingin kau mau aku lakukan?" tatap Eight.
"Haiz.... Kubur tubuh kucingku... Padahal aku nggak mau mati cepat. Karena kau bicara takdir, ya sudah..."
"Bukankah kau punya sembilan nyawa?" Eight menatap.
"Siapa bilang! Nyawaku sudah habis... Aku juga sudah berkali kali tertabrak mobil oleh orang sepertimu. Dan itu yang terakhir... Cepat kubur aku!!!" kata roh gadis kucing itu.
"Ba... Baiklah..." Eight menuju ke bagasi mobilnya, mengambil sekop, dan mengubur mayat kucing itu di pinggir jalan di sana.
Setelah itu ia menghela napas lelah. "Baiklah... Sudah."
"Doakan aku," kata roh itu. Lalu dengan terpaksa Eight berdoa untuk kuburan kucing itu.
"Baiklah, sudah," ia kembali menoleh tapi ia terdiam ketika roh itu sudah tak ada. Ia melihat sekitar dan tak ada roh itu sama sekali. Mungkin dia memang sudah tenang. Lalu Eight menghela napas panjang dan kembali ke mobil.
"(Aku nggak akan mengendarai mobil saat lelah lagi.)"
Malam itu Eight pulang dan turun dari mobil. Ia terlihat begitu lelah dan mengantuk.
"(Aku akan segera tidur, Bidadari itu benar benar memiliki energi tinggi, aku terpaksa harus pura pura,)" pikirnya sambil menguap, lalu membuka pintu kamarnya, tapi tiba-tiba saja Simba berteriak, "Keluar kau bajingan!!" teriaknya sambil melempar bantal yang harus ditangkap Eight dengan terkejut.
"Simba?"
"Pergi, tidur di luar dan jangan pernah masuk kemari!!" kata Simba dengan nada yang sangat kesal dan marah.
"Apa yang terjadi? Apa ini karena Nona Bidadari tadi? Itu tugasku menemaninya, kenapa kau kesal begini? Aku tidak akan tertarik pada dia kok," kata Eight sambil membujuknya.
"Ini bukan soal dia, kau punya perempuan lain, aku melihatmu sendiri, dan jangan sampai aku melihatnya lagi di mimpiku, keluar dari sini!!" teriak Simba. Seketika Eight keluar sambil masih membawa bantal itu.
"(Tunggu, berpikir... Jadi, dia pasti cemburu dan apa hubungannya dengan mimpinya? Apa jangan-jangan dia bermimpi aku dekat dengan wanita lain, ini tidak bisa dibiarkan, dia akan terus mengamuk padaku meskipun itu hanya mimpi, aku harus mencari cara, apa ini karena kutukan kucing tadi? Tapi kan aku sudah menguburnya? Tidak mungkin kan? Sebaiknya aku cari tahu sendiri,)" pikir Eight lalu saat malam terlelap.
Simba sudah tertidur dan Eight perlahan membuka pintu dengan masih membawa bantal, ia mendekat ke Simba yang tidur miring membelakangi.
"(Akan kulihat apa yang sebenarnya Simba maksudkan? Aku masih bingung karena dia tak menjelaskan secara detail, jadi aku akan masuk ke mimpinya dengan sihir,)" Eight mengangkat tangannya dan akan melihat mimpi Simba. Seketika ia masuk ke dalam mimpi kekasihnya itu.
Dia tiba-tiba saja ada di kursi kafe luar ruangan dan di depannya ada wanita yang berbicara dengan Simba yang duduk di tengah mereka.
Di tangan Eight ada botol minum plastik yang belum dibuka. Ia menjadi bingung dan mencoba memahami waktu di sana.
Lalu Simba menatap. "Apa yang kau lakukan? Cepat buka botol itu untukku, kau tahu kan botol itu terlalu keras untuk tanganku," kata Simba.
"A... Ah, baiklah. (Di sini Simba tak menunjukkan ekspresi marahnya,)" Eight mengangguk dan membuka botol minum itu lalu memberikannya pada Simba.
Melihat hal itu, wanita teman Simba itu memberikan botolnya pada Eight. "Eight~ aku tak bisa membukanya, jadi tolong bukakan untukku," tatapnya dengan tatapan merayu.
Dari sana Eight sudah tahu bahwa kunci Simba marah adalah teman yang mencoba merayu Eight.
"(Jadi dia sampah yang membuat Simba marah? Rupanya hanya orang biasa, kupikir orang yang aneh... Ternyata orang lebih aneh lagi, lihat saja aku akan melakukan sesuatu karena kau telah menghancurkan mimpi Simba,)" pikir Eight, dengan cepat ia membengkokkan tangannya, seketika terdengar suara patah tulang membuat tangannya lemas. "Maaf, tanganku patah," balasnya dengan nada santai. Jangan khawatir, dia adalah vampir, bisa melakukan apapun seperti cenayang.
"O... Oh, baiklah," Wanita itu menjadi mundur tak jadi meminta bantuan.
Lalu Simba melihat sekitar. "Sepertinya ini waktu yang bagus, ayo foto bersama," tatapnya dengan Eight, lalu Eight mengangguk dan berdiri bersama dengannya.
"Aku ikut," wanita tadi menyela dan langsung menggandeng tangan Eight dan Simba. "Ayo foto."
Tapi tiba-tiba Eight melepas tangan wanita itu. "Uh um, aku yang memfoto saja, kau ada di belakang saja, karena kau terlihat gemuk," kata Eight, dia bahkan berani mengatakan kata itu.
"Uh, baiklah," Wanita itu kesal dan mundur, sebentar lagi ia akan pasrah merayu Eight.
Setelah selesai pertemuan itu, Eight menunggu Simba yang berpamitan pada temannya itu.
Dia sendiri menunggu di mobil dan melihat mereka saling melambai tangan di luar. "(Akhirnya, jadi ini mimpi yang membuat Simba marah, jika aku tidak masuk kemari, aku pasti sudah bodoh dirayu oleh wanita itu dan Simba akan membunuhku, hingga akhirnya pun aku berhasil mengatasi mimpi ini,)" Eight menjadi tersenyum sendiri.
Lalu Simba masuk dan menatap senang pada Eight. "Eight, terima kasih kau tadi keren sekali. Kupikir kau akan menerima nya, rupanya kamu memiliki sikap menjaga hubungan kita ya,"
"Haha, bukan apa-apa, kau gadis ku paling cantik," kata Eight sambil membelai kepala kekasihnya.
Di saat itu juga Simba terbangun sendirian, ia melihat sekitar dan mencari dengan panik. "Eight, Eight," ia berdiri dan keluar kamar melihat Eight yang duduk bersandar di dinding sambil tidur.
"Eight," Simba mendekat lalu Eight membuka mata.
"Eight, kenapa kau ada di sini, bukankah pintunya tak terkunci?"
"Kau bilang aku memiliki wanita lain di mimpimu, aku mencoba berpikir kenapa aku harus mencari wanita lain jika Simba adalah satu-satunya," kata Eight.
"Maafkan aku, aku salah paham," kata Simba, ia lalu menarik tangan Eight. "Ayo tidur bareng saja."
Seketika Eight tersenyum sendiri dalam hatinya. "(Rencana berhasil, inilah yang dinamakan sihir pacar untuk kutukan.)"
Hari berikutnya, Eight turun dari tangga sambil merapikan baju yang ia pakai untuk ke kantor. "Simba, aku berangkat dulu."
Lalu kucing kecil itu berjalan dan berubah menjadi Simba, ia memberikan dua lonceng bulu kucingnya. "Bawa ini Eight."
"Apa ini?" Eight menerimanya dengan bingung.
"Itu adalah lonceng bulu kucing yang akan menyelamatkanmu pada bahaya kritis, kantongi saja di manapun asalkan ada di bawamu, sampai jumpa, hati-hati di jalan," kata Simba.
Eight melihat lonceng itu dan menggenggamnya. "Kau sangat baik, Simba. Aku berangkat," kata Eight yang berjalan pergi.
Hingga sampai di kantor, ia langsung duduk melihat sekitar. "(Benar saja, tak ada kendala selama aku kemari, baguslah ini memang keberuntungan,)" pikirnya. Tapi ada suara kucing manis di bawahnya, ia segera menoleh dan menatap kucing bulu lebat yang manis duduk di bawahnya.
"(Anak kucing yang manis? Selagi Simba tak ada di sini, aku bisa menyentuhnya kan?)" Eight terbawa hasrat akan mengambil kucing itu dan ia mengambilnya perlahan. Kucing itu terdiam dan mengendus tangan Eight yang belum sampai di bulunya, dan di saat itu juga, tiba-tiba kucing itu bersin dan langsung berubah menjadi wanita, membuat Eight terkejut.
"Bagaimana kau bisa berubah jadi manusia?!"
"Cih, budak kucing... Kau sudah punya majikan rupanya," kata wanita itu sambil berjalan pergi menggaruk hidungnya.
"Budak kucing?" Eight terdiam berpikir, seketika ia ingat pada lonceng yang diberikan Simba. Ia lalu mengambilnya di sakunya. "Aku baru sadar... Ini adalah lonceng budak yang dibuat oleh ras kucing. Simba, kau benar-benar sangat takut aku menikungmu, tapi ya jangan pakai lonceng ini. Ini nama nya kutukan...."
Sementara itu Simba ada di rumah dengan wujud kucingnya, ia tersenyum kecil sendiri membayangkan Eight tersadar akan apa dari lonceng itu. "(Hehe, ini namanya sihir untuk pacar, agar mimpiku tak jadi kenyataan. Terima saja ya Eight, budakku.)"