"(Aku vampir, Eight... Hari ini... Ada sesuatu yang salah di sini...)" Eight terdiam di tempatnya, di tengah jalan komplek. Sebelumnya, dia tadi berpamitan pada Simba untuk bekerja dan saat melewati jalan komplek Meong Meong, ia melihat ada dua kucing jantan yang menghadang jalannya di sana.
"(Aku sepertinya terjebak akan sesuatu, tapi bukankah mereka hanya kucing jantan, ini akan aman selagi mereka tak berubah menjadi manusia,)" Eight menghela napas dan akan melewati mereka. Tapi satu kucing dari mereka mencegah Eight dengan merentangkan tangan kecilnya, membuat Eight terdiam.
"(Jangan-jangan mereka...!!)" Eight menyadari sesuatu, seketika dua kucing itu berubah menjadi dua lelaki di depan Eight, membuat Eight terkaku. Mereka adalah kucing ubah, seperti kucing gadis, tapi seharusnya kucing jantan tidak berubah. Karena jika mereka berubah, itu artinya ada tanda-tanda bahwa mereka adalah pengawal sang bidadari.
"Kau Eight bukan?" tatap mereka dengan serius.
"Oh... I... Iya, apa ada masalah... (Di mana bidadari yang seharusnya mereka bawa?)"
"Kami ingin meminta bantuanmu... Vampir juga seorang pelacak bukan..."
"(Mereka pikir aku ini anjing... Meskipun aku juga bisa melacak keberadaan orang,)" Eight melirik tidak nyaman. "Jadi... Ada apa?"
"Nona bidadari telah pergi meninggalkan kami."
"Hah... Pergi?!" Eight terkejut.
"Dia awalnya bicara pada kami bahwa dia akan pergi sebentar tanpa pengawalan. Tapi kami tak menemukannya selama dua hari."
"Wah... Gawat-gawat... (Berpikir... Dia pasti akan kembali... Hm...) Begini saja, sementara kalian pulang ke apartemenku dulu, di sana ada gadis Meong yang libur syuting, jelaskan pada mereka bahwa kalian bersamaku... Soalnya aku sudah terlambat sekarang," kata Eight.
"Baiklah kami mengerti, terima kasih," mereka menundukkan badan lalu berjalan pergi.
Mereka sudah sampai di depan apartemen. "Tunggu... Eight tadi berbicara tentang lantai berapa dia tinggal atau tidak?" lelaki satunya menatap rekannya.
"Sepertinya tidak."
"Bagus... Sekarang kita tak tahu harus apa... Dia menjengkelkan juga... Tak memberikan lantai angkanya."
"Kita tunggu saja di sini," balasnya.
Saat Eight pulang di sore hari, dia melihat dua kucing tadi ada di depan gedung apartemen.
"Astaga, kalian kenapa di luar... Kan tinggal masuk, apa kalian tak tahu caranya masuk apartemen?" Eight menatap.
Lalu salah satu dari mereka berubah dan dengan cepat menarik kerah Eight. "Kau pikir lucu tak memberikan kami nomor lantai? Kami sudah menunggu 9 jam di sini."
"Oh maaf, masuk ayo... Aku antar saja," Eight berjalan duluan lalu mereka berdua juga mengikutinya dengan bentuk manusia mereka.
Saat sampai di pintu apartemen Eight, dia membuka pintu tapi pintunya tak bisa dibuka.
"Kenapa terkunci?" dia bingung. Lalu ia mengambil ponsel dan melihat bahwa Simba mengirimi pesan.
"Sutradara memberitahuku ada syuting hari ini... Jadi aku menguncinya."
"Oh... Aku paham... Baiklah... Untungnya aku bawa cadangan," Eight mengambil kunci cadangan di sakunya dan membuka pintu. Lalu mereka bertiga masuk.
"Duduk saja di sofa," kata Eight.
"Eight, kami belum memberitahumu nama kami," salah satu dari mereka menatap. Lalu Eight menoleh.
"Aku Mio... Dan ini Meo."
"Hah... Mio... Meo... (Kenapa nama kucing Meong sangat aneh... Sama seperti nama Simba...) Baiklah... Mio... Meo."
"Kami ingin memberikan ini padamu, harap-harap kau bisa membaca dan memahaminya," Meo memberikan buku padanya.
"Oh, buku pengawalan bidadari... Buku ini... (Hanya dimiliki oleh satu pengawal saja, sepertinya dia meminjami ku agar aku bisa membantu mencari bidadari mereka... Tambah pengetahuan lagi.) Baiklah, aku akan membacanya, kebetulan Simba tak ada jadi anggap rumah sendiri," kata Eight.
Malamnya Eight membaca buku tentang pengawal bidadari sementara dua kucing tadi ada di meja juga membersihkan diri layaknya kucing.
"Jadi, kalian hanya menemani bidadari itu bermain di sini dan kalian menghilangkannya begitu?" tatap Eight. Lalu satu kucing itu mengangguk. Di luar juga sedang hujan.
"(Berpikir... Pertama-tama aku harus tahu tempat apa yang seharusnya dikunjungi bidadari?)" dia terdiam berpikir. Tapi tiba-tiba ada yang masuk begitu saja di pintu apartemen, membuat Eight terkejut berdiri. Rupanya seorang wanita kebasahan di sana dengan terengah-engah.
"(Itu...!!)" Eight terkejut, tapi ada seorang pria misterius yang masuk begitu saja. Eight yang mengetahui itu berlari ke depan wanita itu sambil masih membawa buku tadi.
Pria itu mendekat dengan akan menyerang Eight. Tapi tak disangka Eight menendangnya hingga dia keluar dan terjatuh di lorong apartemen.
"Hoi, awas kau!!" pria itu akan berdiri. Tapi Eight melihat ke wanita itu yang ketakutan. Lalu dia melihat kedua kucing jantan itu. Mereka berdua yang melihat wanita itu turun dari meja dan seketika berubah menjadi manusia, berjalan ke depan pintu apartemen.
"Akan kami urus dia," kata Mio yang menutup pintu dari luar setelah mereka berdua keluar.
Sementara Eight dan wanita itu di dalam.
"Kau baik-baik saja, nona bidadari?" tatap Eight.
"Hah, bagaimana kau tahu aku... Dan mereka bagaimana bisa di sini?" wanita itu masih bingung.
"Yah, aku tahu karena kau kemari lebih tepatnya kau memilih tempat ini karena merasakan keberadaan dua pengawal itu di sini kan?" tatap Eight.
"I... Iya itu benar, aku benar-benar ketakutan, dia benar-benar orang jahat... Maksudku dunia ini sangat jahat."
"Yah... Aku tahu itu, kau memang orang pertama di sini... Tapi aku sudah lama di sini dan terbiasa merasakan itu, jadi... Bagaimana tour-mu sendiri?" Eight menatap.
"Entahlah... Aku benar-benar tak tahu... Aku butuh orang yang bisa membuatku mengenal lebih dalam soal dunia kehidupan ini," kata bidadari itu.
"Aku bisa membantu."
"Benarkah...?"
"Asalkan... Setelah ini kau harus kembali ke tempatmu jauh dari sini... Karena untuk makhluk aneh seperti kita akan cepat ditangkap manusia yang menganggap ini semua mengganggu... Kau mengerti kan, nona bidadari?"
"Ya, aku mengerti, terima kasih," Bidadari itu senang dan memeluk Eight, membuatnya terkejut. Tapi di saat itu juga Simba membuka pintu dan melihat itu.
"Hah?! Eight!!... Kamu selingkuh!!!"
"E... Simba... Ini bukan seperti yang kau lihat," Eight menjadi panik.
"Siapa dia... Kenapa hawa baunya seperti gadis Meong?" bidadari itu menatap bingung.
"Aku memang gadis Meong... Dan kau telah selingkuh dengan Eight... Eight, aku tak akan memaafkanmu!!" Simba marah dan seketika menyerang Eight.
"Ahkkkkkk... Maafkan aku!!!"
Dia harus menjelaskan pada Simba apa yang terjadi dan yang dilihat Simba adalah sebuah kesalahpahaman. Dia harus menjelaskan semuanya sementara dua lelaki yang di luar mendengar suara teriakan Eight. Di bawah mereka, pria tadi juga sudah babak belur.
--
"Wahh... Ini apa?" Nona Bidadari melihat sekitar di pasar kota itu, sangat ramai dan penuh dengan orang yang berdagang. Dengan sayap putihnya, dia melihat sekitar dengan sangat terpesona.
"Ini adalah pasar kota, sangat ramai dan bersih," kata Eight yang berjalan di sampingnya. Sepertinya dia sudah menemani Nona Bidadari berjalan-jalan di sana.
Eight kebetulan menoleh ke meja bunga, dan di sana bunga itu dijual. "(Mungkin aku bisa membelinya satu.)" dia mendekat, sementara Nona Bidadari mendekat perlahan ke patung putih yang terlihat seperti manusia sungguhan. Dia mendekat dan tiba-tiba patung itu bergerak, yang rupanya manusia sungguhan.
Membuatnya terkejut, refleks membuka sayapnya, dan sayapnya mengenai Eight yang berjalan mendekat sambil membawa bunga. "Akh...!!" Eight terlempar dan jatuh ke meja bunga tadi.
Mendengar itu, Nona Bidadari terkejut dan menoleh melihat Eight tertimpa bunga-bunga itu dengan meja bunga yang terbelah karena beban tubuhnya.
"Ehehe... Maaf," tatap Nona Bidadari.
"Haiz.... Kau harus lebih hati-hati dengan sayapmu itu," kata Eight sambil berdiri dan membersihkan bajunya dari kelopak bunga kecil dan kembali berjalan bersama Nona Bidadari di taman.
"Maafkan aku..., aku akan meminta maaf dengan ini," Nona Bidadari menunjukan tas piknik yang berisi makanan.
"Wih... Baiklah.... Ayo menikmati bagusnya di taman ini," Eight langsung menggelar karpet lalu mereka duduk bersama.
"Ini untukmu," Nona Bidadari memberikan roti isi yang terlihat enak.
"Wih.... Apa kau membuatnya sendiri?" Eight menatap sambil menerimanya.
"Yup... Khusus untukmu... Pacarku," kata Nona Bidadari, seketika Eight terkaku saat mendengarnya.
"Ups... Hehe maaf... Maksudku... Pengawal sementara," tatap Nona Bidadari sambil tertawa kecil yang manis.
"Haiz... Kupikir apa... Jika kau bilang begitu di depan Simba, aku akan terluka banyak cakaran di tubuhku lagi," Eight menatap sambil menggigit roti isi mengawali makannya.
Tapi ia kembali terdiam sambil merasakan pelan gigitan yang sudah ada di mulutnya hingga ia mengambil sesuatu pelan-pelan dari mulutnya dengan tangannya yang rupanya itu bulu dari sayap Nona Bidadari.
Eight menatap Nona Bidadari yang hanya tersenyum kecil. Maklumlah, ada sayap terus di punggungnya.
Malamnya mereka pulang dan selesai dalam jalan-jalan. "Baiklah... Apa ini tadi sudah cukup?" tatap Eight.
"Yup... Sangat bagus.... Terima kasih, Tuan Eight," balasnya dengan manis.
"Hm.... Sepertinya ada yang kurang?"
"Apa itu?"
"Makan malam.... Ayo naik mobil, akan ku antar ke tempat yang enak," Eight membuka pintu mobil untuknya lalu Nona Bidadari masuk. Dan saat Eight masuk ke bangku sopir, ia mencium bau terbakar di dalam.
Lalu menoleh ke Nona Bidadari yang sedang memperbaiki riasan wajahnya, dia juga menatap ke Eight.
Lalu mereka berdua menoleh ke atas kepala Nona Bidadari yang terdapat cincin cahaya di atas kepalanya. Karena cincin itu bercahaya, akan membuat panas dan membakar atap mobil hingga membuat semua orang yang di luar terkejut.
"Maafkan aku, Tuan Eight," tatap Nona Bidadari yang duduk di depan Eight saat sudah sampai di restoran.
"Tak apa... Ngomong-ngomong itu apa? Bukankah tadi siang tidak ada," Eight menunjuk cincin di atas kepala Nona Bidadari itu.
"Oh hehe... Cincin ini memang selalu muncul saat malam hari. Itu mungkin untuk penerangan bidadari sendiri," balasnya.
"(Seperti lampu mobil, kah?)" Eight menjadi terdiam.
"Ngomong-ngomong aku benar-benar berterima kasih padamu, Tuan Eight... Aku benar-benar sangat senang sekarang bisa berkeliling berjalan-jalan."
"Tak apa..... Kau akan pulang nanti malam bukan, jangan lupakan aku, yah, Nona Bidadari," tatap Eight lalu Nona Bidadari mengangguk tersenyum.
"Dan... Nama ku... Launa."
"Launa?" Eight terdiam.
"Ya... Kau bisa memanggilku Launa saja."
"Baiklah.... Launa," tatap Eight.
Lalu Nona Bidadari mengangguk dan tiba-tiba tubuhnya mengeluarkan butiran cahaya seperti akan menghilang.
"Tunggu... Sekarang?!" Eight menjadi terkejut.
"Ya... Sekali lagi terima kasih," kata Nona Bidadari lalu dia menghilang di depannya. Dia sudah kembali ke atas sana setelah puas bermain di dunia.