Chereads / Vampir Barat: Eight / Chapter 2 - Chapter 2: Aktor Kucing

Chapter 2 - Chapter 2: Aktor Kucing

Hari selanjutnya terlihat Eight yang berjalan santai dengan kaca mata hitamnya. "(Namaku Eight... Hari ini aku sudah sampai di yang namanya Korea Selatan, tinggal menunggu takdir mempertemukanku bersama dengan gadis pujaan ku itu... Kucing Manis aktor itu,)" dia tersenyum sendiri tapi tiba tiba ada yang menabrak nya dari belakang. Membuat Eight terjatuh begitu saja.

"Ugh...." dia terjatuh duduk dengan wajah polos tidak tahu apa apa.

"Ah kau baik baik saja?" tatap orang itu yang rupanya seorang gadis. Lalu Eight terdiam dan berdiri sendiri, ia melihat wajah gadis itu dan seketika terkejut.

"(. . . Sebentar... Aku seperti mengenalnya... Aku berpikir 3 detik dan....) Meong?" kata Eight. Seketika gadis itu terkejut. "Meong!!" dia berteriak seperti kucing lalu Eight tersenyum seringai.

"(Rupanya benar takdir memang bertemu denganku, dia adalah takdirku... Baiklah.. Yang harus kulakukan pertama...) Aku Eight, senang bertemu denganmu," Eight memperkenalkan diri.

"Oh... E... Aku... Simba."

"(Simba!!!... Pft... Dia tak tahu Simba itu dari mana,)" Eight tertawa sendiri. Seketika membuat gadis itu marah dan langsung menampar nya membuat Eight terdiam kaku.

"Aku tahu kau sedang menertawa kan namaku, cowok ganteng memang tidak berperasaan," dia membuang muka sambil menyilang tangan dengan kesal.

"O... Oh ok... E... Apa yang harus kulakukan untuk minta maaf?"

"Jadi pacarku," kata gadis bernama Simba itu.

"Ha?"

"Kenapa ha?... Kau tidak suka pacaran denganku?!"

"Tidak maksudku... (Apa ini semacam takdir ganda?) Baiklah... Tapi harus kau tahu aku ini vampir."

"Baiklah dan aku kucing, itu sudah cukup memperkenalkan diri."

"Tu... Tunggu. (Kenapa sikapnya tidak kaget sama sekali dan dia memberitahu siapa dirinya dengan santai... Tidak... Tidak... Ini bukan takdir... Ini akan menjadi cobaan... Pastinya.)"

--

"Apa yang harus kulakukan sekarang, kau berasal dari mana?" tatap Simba melihat Eight di depannya di dalam restoran.

"Aku dari barat, mungkin aku hanya sementara di sini."

"Kenapa tidak di sini saja?"

"Kau tidak mengerti... Aku sedang mencari pekerjaan di sana."

"Menjadi seorang konten kreator... Aku dengar banyak dari orang barat menjadi top konten."

"Yah.... Itu memang benar, tapi rasanya aku hanya ingin menjadi karyawan dengan pola hidup yang biasa saja."

"Oh... Aku menganggap itu naif," kata Simba membuat hati Eight retak.

"Maksudku, aku mengerti jika kau mau menjalani kehidupan itu, bukankah vampir itu tinggal di kastil, memakai jubah hitam anehnya dan bermata merah... Atau... Kuning emas tapi kau hanya berwarna hitam. Itu seperti warna mata manusia, kenapa tak seperti aku memakai warna mata asli kucing berwarna biru."

"Baiklah, aku akan menunjukannya padamu," Eight menutup mata, seketika saat membuka mata, warna mata miliknya berwarna merah dan itu membuat Simba terkaku tak bergerak. Lalu warna mata Eight berubah lagi menjadi emas membuat Simba kembali bergerak. "A.... Apa itu tadi?"

"Apa kau mengerti kenapa aku tidak memakai warna mata itu, karena mata merah untuk menghipnotis lawan dan emas untuk menyadarkan lawan. Kadang aku tak bisa menyeimbangkan nya jadi aku tak mau menggunakan kedua warna ini untuk di pakai di mataku," kata Eight.

"Waw hebat, aku akui kau vampir beneran, jadi sampai mana tadi... Oh ya, bagaimana jika bekerja di sini. Sepertinya aku tahu perusahaan besar sedang membutuhkan karyawan sepertimu."

"Karyawan? Di sini? Kau yakin? Mereka akan menganggapku orang kulit putih."

"Jangan khawatir, di Korea Selatan itu terkenal dengan make up nya, aku bisa mendandanimu."

"Ha... Dandan? Kau gila... Aku laki laki!!"

"Aku sudah bilang apa padamu... Itu tidak penting untuk memakai make up!!!" Simba membalas, dia seperti kucing liar dan seketika menyerang Eight yang terkejut.

--

Terlihat Eight melihat dirinya di kaca.

"Bagaimana?" tanya Simba dengan ceria.

"Entahlah.... Bibir nya... Terlalu merah," kata Eight dan benar rupanya lipstik yang di pakaikan Simba padanya terlalu tebal.

"Oh kalau begitu pakai ini untuk menipiskanya," Simba memberi tisu. Tapi Eight berwajah bingung.

"Apa yang kau tunggu?"

". . . E... Bagaimana caranya, aku tidak pernah membersihkan lipstik sebelumnya," tatap Eight.

"Haiz..... Kau ini," Simba merebut tisu nya lalu mengelap bibir Eight, mereka benar benar sangat dekat hingga Eight benar benar menatap Simba terus.

"(Haiz.... Lelaki ini membuat ku tak nyaman kenapa dia memandangku seperti itu... Dia aneh sekali deh...) Oh aku punya perkataan bagus," kata Simba.

"Perkataan?"

"Ya.... Aku akan tunjukan, kemarilah... Kita jalan jalan," dia menarik lengan Eight hingga pergi keluar.

Di luar, Eight melihat sekitar dengan nyaman dengan adanya pohon pohon rapi di sana.

Lalu ia menoleh ke Simba yang ada di sampingnya.

Ia menjadi bingung ketika Simba berjalan menutup mata sambil menghitung langkah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Eight.

"Kau lihat lubang got tertutup itu?" Simba menunjuk lalu Eight melihat yang dia maksud.

"Jika aku berjalan ke sana sambil menghitung langkah dengan angka ganda maka keinginan ku akan menjadi kenyataan," kata Simba.

"Apa aku harus percaya itu juga?"

"Lihat saja, aku sangat percaya soalnya, ok," Simba kembali menutup tatapan nya lalu berjalan melangkah ke sana.

Saat sudah sampai, Simba membuka mata. "Dengar kan... Ini benar benar ganda," dia menatap senang.

"Jadi, apa keinginan mu?" tatap Eight.

"Tidak akan ku beritahu.... Jika ku beritahu itu tidak akan berhasil," balas Simba yang lalu berjalan pergi membuat Eight terdiam. "(Apakah ada orang seperti itu di sisi mu, aku selalu bingung dengan permainan kehendak Tuhan semacam ini.)"

Lalu ada pesawat terlihat mata Simba di langit, dia berhenti berjalan dan mengangkat tangan nya sambil berkata. "Jika kau menelan seratus pesawat, kamu akan mendapat keinginan mu."

Mendengar itu membuat Eight melihat ke atas, tapi ia merasakan sesuatu di mata miliknya. Lalu jatuh bulu mata di tangan nya sendiri.

"(Ini jatuh,)" dia akan membuang nya tapi. "Jangan!!" Simba menahan tangan Eight untuk tidak membuang bulu mata itu.

"Taruh di telapak tanganmu dan buatlah keinginan lalu tutup dengan telapak tangan satunya dan keinginanmu akan terwujud."

"Baiklah.... (Sepertinya aku mulai lelah dengan permainan semacam ini.)"

Tak lama kemudian, Simba melihat ke toko teh susu di sana. "Oh..... Ayo beli!!" Simba menarik lengan Eight yang terkejut. Dia mendorong Eight untuk memesan.

"(Kenapa aku?)" Eight bingung.

"Permisi anda ingin pesan apa?" tanya kasir di sana.

"E.... Aku ingin.. (Tadi Simba mengatakan ini toko teh susu, mungkin aku harus memesan itu.) Aku beli 2 teh susu," kata Eight. Tapi ia terdiam melihat wajah pelayan kasir itu yang terdiam memerah.

"(Astaga... Kenapa lelaki di depanku ganteng banget?!)" pikir pelayan wanita itu yang rupanya tertarik pada Eight.

"(Wajah apa itu... Mungkin aku harus membayar,)" Eight mengeluarkan uang.

"Oh tunggu tuan tampan," Pelayan itu menolak uang Eight, Eight menjadi bingung.

"Itu untuk mu saja karena kamu tampan hehe..." kata Pelayan itu membuat Eight semakin bingung.

--

"Baiklah... Ini teh susu mu," Eight memberikan nya pada Simba yang duduk di bangku taman.

"Tapi Eight.... Aku lapar," Simba memegang perutnya dengan memelas.

"Lapar?.... Hm..." Eight melihat sekitar lalu menemukan toko Ramen.

"Haha... Itu sangat mengenyangkan," dia senang lalu menarik lengan Simba masuk ke sana.

Setelah itu sudah ada dua piring mangkok ramen. "Ayo di makan..." kata Eight.

"Um.... Aku... Kenyang.... (Kenapa dia malah mengajakku makan ramen?)" Simba menatap kesal dengan hatinya.

"Kenapa.... Bukankah kau tadi bilang lapar?" tatap Eight.

"Yah begitulah.... Tapi... Aku gemuk... Nantinya," Simba mendorong pelan piring itu darinya.

"Haiz... Tak apa apa... Makan ini tak akan menambah berat badan nantinya."

"Tapi ini semua air karbon... "

"Ini memang karbohidrat tapi tak apa apa... Tapi... olahraga.. Ketika kita menariknya dari mulut itu akan menghabiskan semua panasnya... Bukankah itu olahraga fitnes juga."

"Itu master ramen... Bukan master tarik ramen dari bibir."

"Ck, aku bertanya padamu, apa wajahnya juga bergerak?" tatap Eight.

"E... iya..."

"Orang lain membawamu berolahraga dan kau ingin menurunkan berat badan. Kebenaran yang sama... Ketika master menariknya dari mulut itu akan mengubah mie menjadi 0 kalori. Kok bisa gemuk kalo makan huh?"

"Hm... Masuk akal..." Simba menjadi percaya.

"Bagus... Jadi makan yang banyak. (Haha pengetahuan bijak memang selalu nomor satu.)"

Lalu Simba mau memakan ramen itu.

--

Sore nya Simba duduk di pinggir dermaga melihat sunset di sana. Lalu Eight datang membawakan teh susu untuknya.

"(Aku melihat gadis kucing duduk di sana dan sepertinya kami lelah dengan kencan yang terlalu banyak tadi, mungkin dia sedang melakukan permohonan.) Sekarang apa... Kau mau buat permintaan apa lagi?" tatap nya.

"Berharap hingga menunggu malam," balas Simba.

"Kalau begitu bagaimana jika kita ucapkan permintaan kita bersama di undur dari 3."

"Baiklah... Ayo mulai... 3...2...1... Aku suka pada mu Eight..."

"3... 2...1....Jadilah pacarku Simba... "

Mereka mengucapkan itu bersamaan seketika terdiam dan malam tiba.

"Hahaha..." mereka tertawa bersama lalu Eight memeluknya. "Aku juga suka padamu..."

"Aku juga mau jadi pacarmu.... Eight..." kata Simba.

"Baiklah... Sudah di putuskan... Aku akan di sini... Kau keberatan jika aku sementara tinggal bersamamu?"

"Tentu tidak sama sekali," Simba juga setuju.

Sejak saat itu Eight memutuskan untuk tinggal bersama Simba di apartemen yang tak terlalu besarnya.

Dia juga sudah berhasil di terima bekerja sebagai karyawan baru di salah satu saham.

"Bagaimana pekerjaan mu?" Simba membuka pintu untuk Eight yang di luar apartemen.

"Rasanya sangat lelah... Tapi aku akan bekerja keras agar bisa naik jadi paling atas."

"Ouh bagaimana jika aku meragukan itu?"

"Hm... Lihat saja nanti," Eight mendekat mengecup kening Simba.

"Haiz... Mandilah terlebih dahulu... Kenapa vampir bisa berkeringat sepertimu sih..." Simba mendorong nya masuk ke kamar mandi.

"Tapi aku terlalu lelah.... Bagaimana jika kau yang menggosok punggungku?"

"Ih.... Dasar cabul," Simba langsung menutup pintu kamar mandi dari dalam.

Setelah mandi mereka berdua duduk di sofa dengan Eight yang memakan cemilan sambil menatap televisi dan Simba bermain ponsel.

"Eight aku lapar..."

"Kalau begitu ayo pesan diner."

"Aku saja.... Kau bisa menunggu di atas," kata Simba.

"Beneran?"

"Yup... Kau juga bisa bermain game," tambah Simba Lalu Eight tersenyum senang dan langsung naik ke atas.

"(Sementara dia di atas, aku akan memasak untuknya,)" Simba mulai ke dapur dan memakai apron mulai memasak.