Chereads / Vampir Barat: Eight / Chapter 3 - Chapter 3: Bahaya Gadis Meong

Chapter 3 - Chapter 3: Bahaya Gadis Meong

Sementara di atas Eight sibuk bermain game di komputernya, dia agak bingung untuk di bawah.

"Kenapa Simba memesan diner nya lama?"

Di lantai bawah, Simba sudah selesai memasak. "Bagus... Itu sudah sangat bagus... Eight!!... Sudah siap!" panggilnya. Lalu Eight keluar dan melihat makanan di meja.

"Wuz seperti ritual saja...." dia langsung duduk mengambil garpu.

"Hei... Pakai ini..." Simba memberi nya sumpit.

"(Oh benar... Ini selatan,)" Eight menerima nya lalu memakan satu suapan. Tapi ia terdiam kaku.

"Utk... Huek...." dia hampir tidak suka. "Masakan apa ini... Kau pesan di mana.... Benar benar koki apaan yang memasak... Lain kali tidak udah diner," tatap Eight.

Tapi Simba menjadi meremas bajunya sendiri dengan sedih. Hal itu membuat Eight terdiam bingung.

"(Kenapa dia diam.... Jangan jangan..... Dia yang masak?!)" Eight terkejut diam.

"Hiz... Dasar lelaki tidak terima, kemari kau!!" Simba kesal dan seketika menyerangnya.

"Aaahhhkk.... Maaf kan aku!!" terdengar teriakan Eight yang meminta kasihan.

- -

"Ehem.... Kau masih marah padaku?...." Eight menatap Simba yang duduk di sofa dengan menyilang tangan sambil membuang wajah.

"Hmp.... Kau tidak suka gadis yang tidak bisa memasak."

"Bukan begitu," Eight menyela. Wajahnya bahkan agak ada cakaran kucing dari Simba tadi.

"E... Bagaimana jika makan di luar?" tawarnya mencoba membuat suasana hati Simba baik.

"Hm.... Baiklah..." Simba setuju. Lalu ia berjalan masuk kamar untuk berganti baju.

"(Bagus....)" Eight tersenyum sendiri.

Tak lama kemudian terlihat Simba turun dari tangga. "Aku sudah siap..."

Lalu Eight menoleh dan terkejut karena rok dan baju Simba sangat pendek.

"(Kenapa pendek begitu.... Itu akan di lihat.... Berpikir Eight, pikirkan sesuatu....)" dia terdiam lalu melihat jendela dan seketika mendapat ide dengan menjentikan jarinya seketika sihir es mundur membuat sekitar dingin.

"Hug..... Sangat dingin, sebaiknya kau ganti pakaian."

"Mungkin dingin... Baiklah," Simba kembali ke atas.

"(Hm.... Sangat mudah,)" Eight bersenandung senang.

"Baiklah sudah..." Simba kembali turun. Saat Eight menoleh dia menjadi terkejut lagi karena gaun yang di pakai Simba sama saja.

"Kenapa pakai gaun ini lagi.... Pakai lah baju lain... Padahal aku sengaja menyihir tempat ini agar kau menggunakan pakaian tertutup."

"Ha... . menyihir?" Simba menjadi menatap marah. Seketika Eight menutup mulutnya karena sudah keceplosan.

"Kau beraninya.... Eight... Aku sudah tahu itu dari awal...." dia mendekat akan kembali menyerang Eight yang gemetar.

"E... Tunggu..... Ehem.... Aku hanya bermaksud.... Bagaimana jika kau kedinginan nanti?"

"Haiz.... Aku sudah pakai kaus kaki tebal," Simba menunjukan kaus kakinya.

"E... Haiz... Baiklah.... Ayo pergi... Tapi kita akan makan apa.... Ramen?"

"Ramen?... Kau gila... Aku tidak mau Ramen terus."

"Kenapa.... Bukankah rasanya enak... Ramen Korea memanglah enak.... Lain kali mungkin aku juga mau coba Ramen Jepang."

"Haha apa yang kau maksudkan... Ramen yang sering kita beli itu dari Jepang," kata Simba.

"Hah beneran... Jadi itu sama saja Ramen jepang?"

"Yah begitulah..."

"Jadi... Mau makan apa jika gak mau ramen?"

"Um... Aku ingin makan di restoran... Kau punya uang kan...?"

"Haiz baiklah.... Saat pulang nanti jangan mengeluh kau akan gemuk lagi," kata Eight.

"Iya iya... Kau lebay sih..." balas Simba. Lalu mereka berdua pergi keluar.

--

Hari berikutnya Eight berjalan turun melihat Simba yang duduk di meja menggunakan tubuh kucing nya sambil menonton televisi.

"(Aku vampir Eight... Hari ini aku mendapat kekuatan khusus yang telah bangkit dari dalam tubuhku, yakni memprediksi masa depan.)"

Eight mendekat dan menyilakkan ekor simba, tapi saat ia memegang ekor simba ada sesuatu muncul yakni pria misterius yang akan mencabuli Simba.

"(Hah... Ada apa.... Pria itu siapa.... Simba.... Apa dia akan di lecehkan di waktu yang akan datang?!)" Eight terdiam serius karena itu tadi adalah penglihatan masa depan nya. "Simba, apa kau ada syuting hari ini?" tatap nya. Lalu Simba menoleh dengan kepala kucingnya. "Yah... Aku akan syuting."

"(Oh... Itu mungkin plot yang akan di ambil,)" Eight menghela napas berpikir pria misterius tadi hanyalah plot yang akan di perankan bersama Simba. Dia lalu berdiri dan mengambil jas nya.

"Kau akan pergi?" tatap Simba.

"Aku akan kembali," balas Eight lalu berjalan keluar, tapi saat di jalan. Ia masih terpikirkan pria misterius itu. "(Kenapa aku jadi khawatir seperti ini... Apa aku harus ke lokasi syuting Simba untuk mengecek nya yah?)" pikirnya lalu segera berputar arah berjalan nya dan menuju ke gedung tempat syuting, dia bertemu langsung dengan sutradara yu, pria itu menoleh pada Eight. "Halo Eight."

"Sutradara Yu, di mana Simba?" Eight menatap.

"Simba? Oh syuting hari ini di batalkan, aku lupa memberitahu mu," balas Sutradara Yu.

"(Itu berarti... Pria itu bukan dari plot?!... Tidak baik!)" Eight terkejut dan langsung berlari ke apartemen.

"Simba!!" dia membuka pintu dengan panik. Rupanya Simba duduk di sofa dengan masih menggunakan tubuh kucingnya. "Miauw?" dia menoleh.

"Oh... Syukurlah," Eight menghela napas lega. Tapi tiba tiba ada yang menggunakan pisau tangan untuk memukul leher belakang Eight membuatnya pingsan.

Tak lama kemudian Eight bangun dan melihat samar samar di depan nya berdiri seorang pria misterius ber masker hitam yang muncul di prediksi masa depan nya tadi. Rupanya dia muncul di saat sekarang.

"(Oh rupanya sekarang.)"

"Cepat berikan barang berharga mu," Pria itu menodongkan tongkat pemukul pada Eight.

Eight menoleh ke belakang pria itu, kucing Simba masih duduk malas di sofa. "(Dasar meong gadis, dia gak mau menolong di saat seperti ini, mentang mentang dia tidak tahu kau bisa berubah menjadi manusia dan bukan hanya sekedar kucing,)" ia melirik, ia juga tak bisa bergerak karena ia terlutut terikat di bawah.

"Hm.... Percaya atau tidak, keluarga kami hanya memiliki satu yang berharga... Yakni kucing di belakangmu," kata Eight.

Lalu pria itu menoleh pada kucing yang di sofa. "Kau sedang membohongi ku?!" dia tak percaya.

"Apa kau tidak melihat varietas nya, dia terlihat istimewa dan yang pasti... Dia bisa menari kalajengking. (Lihat ini kucing, aku akan membuat masa depanmu nyata,)" kata Eight.

"Oh benarkah," Pria itu menjadi percaya lalu melangkah ke kucing Simba.

"(Tidak, apa... Ini buruk miaw!)" Simba hanya terdiam dengan tubuh kucingnya.

"Ayo tunjukan pada ku beberapa," Pria itu memegang tangan Simba ke atas. Tapi tiba tiba lampu menjadi menyala dan mati.

Ia menoleh ke tempat Eight yang masih terikat, ia terkejut karena Eight tak ada dan hanya menyisakan tali saja di sana.

"(Oh tidak... Firasat ku buruk,)" dia berkeringat dingin dan menoleh ke belakang, tiba tiba dan yang benar saja Eight sudah terlepas dan sekarang berdiri di belakangnya. "Sepertinya masa depan tak bisa di baca... Sekali lagi... Kau tidak beruntung," tatap nya seketika mata miliknya berubah merah.

"Ahhhhhh..." suara pria itu terdengar kesakitan dari luar.

Kasus pria misterius telah terpecahkan.

Setelah itu terlihat Eight terduduk di sofa melihat televisi sambil meminum anggur merah dengan gelas nya. Simba ada di bawah lalu seketika berubah menjadi gadis dengan pakaian rapi.

"Bagaimana bisa kau tadi membuatku seperti umpan?" dia menatap kesal sambil menyilang tangan.

"Kalau begitu jika tidak seperti itu aku tidak bisa bebas nantinya," balas Eight dengan biasa.

"Haiz baiklah... Aku pergi dulu."

"Syuting? Bukankah libur?"

"Yah.... Ini... Syuting pribadi," balas Simba.

"(Syuting pribadi apa?)" Eight terdiam tak percaya.

Lalu di televisi ada berita yang membuat Eight mengamatinya. "Dalam waktu bekerja ini ada banyak kasus berbahaya di jalan meong meong. Di sana ada kasus penculikan gadis dan sangat berbahaya, jadi lindungi gadis anda," kata berita itu.

"(Jalan meong itu dekat sini kan?!!)" Eight langsung terkejut. "Simba.... Maukah kau.... Aku ambil cuti untuk menemanimu?" tatap nya.

"Halah omong kosong kau terlalu khawatir di siang hari," Simba berbalik dan berjalan pergi.

"Tunggu, aku harus ikut... Paling tidak aku akan mengantarkan mu," Eight meletakan gelas nya lalu berjalan mengikutinya.

Rupanya Simba tidak bekerja, dia malah mampir di tempat penjual boba. "Tambahkan lebih banyak Mutiara nya," kata Simba pada kasir.

"Jadi ini.... Pekerjaan siang mu.... Keluyuran cari teh susu?" Eight menatap dingin.

"Aigo... Aku sudah bilang padamu jangan ikut, kau bisa mengganggu suasana hatiku bersama teman kucing ku nanti."

"Teman kucing, seberapa cantik dia?" Eight langsung penasaran. Tapi Simba menampar nya pelan. "Ingat Eight... Awas kamu," dia melirik. Membuat Eight terdiam. Seperti nya Simba tak mau Eight dekat dengan wanita lain.

Tak lama kemudian teh susu nya sudah siap.

"Baiklah terima kasih," Eight menerimanya lalu memegang tangan Simba. "Ayo pergi... Simba," dia menarik. Tapi dia terdiam bingung karena Simba tak bergerak. Ia menoleh ke belakang dan terkejut bahwa itu lelaki seme. "Oh... Halo..." dia menatap tertarik pada Eight. Seketika Eight melepas tangan nya membuat lelaki itu bingung.

"(Simba.... Dia ada di samping ku kan tadi...) Pegang ini," dia memberikan teh susu itu pada lelaki itu dan berlari pergi.

"Apa yang?" lelaki itu hanya memasang wajah bingung.

Eight panik dan berlari mencari Simba. Ia berpapasan dengan lelaki yang lewat. "Hei permisi!" dia mendekat membuat lelaki itu juga berhenti.

"Apa kau... Melihat gadis setinggi 156 di sini?"

"Oh tepat sekali.... Aku tadi melihat dia jalan bersama lelaki setinggi mu.... 185," balas lelaki itu. Seketika Eight terkejut dan segera berlari ke jalan meong meong.

"(Ini begitu lelah,)" dia berhenti dengan terengah engah. "(Oh benar... Bukankah aku bisa teleportasi tempat di mana kucing itu berada,)" dia teringat lalu menjentikan jarinya seketika ada di tempat di mana Simba berada sedang melihat seorang lelaki yang duduk kapok di bawah dengan satu gadis teman Simba di sana.

"Simba..." Eight mendekat.

Lelaki itu yang tahu ada orang dia meminta tolong pada Eight. "Tolong aku..." dia malah yang meminta bantuan, tubuhnya dan wajahnya penuh dengan cakaran kucing.

"Lihat itu... Dia mencoba mengganggu kami," Simba menunjuk.

"Kau baik baik saja bukan... Kau harus pakai ini lain kali," Eight memberikan tali ikat tangan anjing.

"Apa ini Eight?!... Aku tidak mau."

"Kau harus..." Eight menyela dengan serius sementara lelaki di bawah itu menjadi bingung.

"(Ada apa ini... Yang terluka aku yang di salahkan juga aku.... Gadis gadis itu benar benar seperti macan yang sakit jiwa.)"

"Ayo Simba... Aku sudah memesan meja tadi," kata teman gadis Simba yang berjalan duluan.

"Aku ikut," Simba ikut, seketika tali yang mengikat tangan Eight dan dia menarik Eight untuk berlari bersamanya. "(Sejak kapan memelihara gadis kucing sama seperti memelihara anjing yang susah di atur.)"