Chereads / A Mercenary Who Captures Time / Chapter 24 - Perebutan Kembali

Chapter 24 - Perebutan Kembali

SLASH!

Jalanan di Kota Nevera tidaklah terlalu besar, itu membuat pertarungan besar menjadi sangat tidak menguntungkan karna semua orang yang berada di sana akan terjempit oleh satu sama lain, tapi di sore hari itu para pasukan ksatria suci tidak memperdulikannya, mereka berbondong-bondong maju dan menyerang semua monster parasit yang mereka lihat, dengan armor mereka yang keras dan juga pedang tajam yang dilapisi sihir cahaya, ksatria-ksatria suci itu dapat dengan mudah menebas monster tersebut, pasukan dari prajurit penjaga yang dipimpin oleh Kapten Igord pun ikut bertarung dari sisi yang lain, membuat para monster-monster itu terperangkap dan tidak memiliki jalan kabur selain melewati atap-atap rumah.

Posisi pertarungan pun berbalik dan kini para monster parasit mulai terpojok sedikit demi sedikit.

KRAAAHH!!

Beberapa monster parasit itu meraung kesal dengan ksatria suci yang telah membunuh teman-temannya, para monster parasit ini sadar kalau mereka akan kalah jika pertarungan ini berlanjut, itulah mengapa mereka mulai mundur dan berlari masuk kedalam area Distrik Hitam lagi.

"KEJAR MEREKA!! JANGAN SISAKAN SATU PUN!" teriak komandan Holth memerintahkan seluruh pasukannya.

"Kapten! apa yang kita lakukan selanjutnya?" Tanya seorang prajurit kepada Igord, "Hmm.. Didalam sana terdapat banyak ruang dan jalanan sempit, karna pasukan Ksatria Suci sudah masuk terlebih dahulu, lebih baik kita membersihkan sisa-sisa dari monster ini." Balasnya kepada prajurit itu, walaupun para monster parasit sudah pergi masuk kedalam Distrik Hitam, orang-orang yang tergigit oleh monster itu masih berada di jalan dan mereka tertidur di tanah tak sadarkan diri, sebentar lagi mereka akan menjadi monster juga.

.

.

Didalam area Distrik..

Para ksatria suci terpecah menjadi beberapa bagian setelah memasuki distrik agar tidak terlalu mendesak ksatria yang lain, mereka semua pun berjalan atau berlari mengelilingi seluruh area distrik itu, mengecek dan memasuki setiap rumah yang ada dan membunuh setiap monster parasit yang terlihat.

SLASH!

"Phew.. Itu yang kedua" Ucap salah seorang ksatria yang bernama Emen, dia adalah pemimpin dari grup 6 ksatria ini, tidak dipikih oleh Holth, tapi rekan-rekannya lah yang memilihnya sebagai ketua.

"Ugh.. siapa sangka mereka akan bersembunyi di belakang rumah yang memiliki tempat gelap." Seorang rekan Emen mengomplen.

Tak lama setelah itu Emen dan timnya pun kembali berjalan dan menuju ke tempat selanjutnya, mereka bisa mendengar banyak suara tebasan pedang di seluruh arah, itu adalah suara pertarungan ksatria yang lainnya.

Emen pikir ini akan berakhir sebentar lagi, karna populasi monster parasit ini yang semakin berkurang, ia menjadi lebih santai dari sebelumnya, tapi siapa sangka kalau ketidak tahuannya ini akan menjadi sebuah bencana.

"huh?.." Ucap Emen setelah melihat seseorang turun dari atas dan berdiri didepan, orang itu menghadang mereka.

'Jubah hitam yang menutupi wajah dan badan, kemunculan yang tiba-tiba, ditempat dimana sebuah pertarungan dan insiden terjadi..'

"...SERANG ORANG ITU!" Teriak Emen dengan menodongkan pedangnya kearah orang berjubah itu, rekan-rekannya pun dengan senang hati menerima perintahnya dan segera berlari kedepan, diikuti dengan Emen, "DITERIMA!" teriak mereka.

Grup Ksatria Emen menyerang, salah satu mencoba mengayunkan pedangnya dan menebas tubuh orang berjubah itu, tapi serangannya masih bisa dihindarkan, orang yang menyerang itu pun segera melompat kebelakang dan rekan lainnya yang berada dibelakang dengan cepat menerjang kedepan, menggantikan orang itu dengan timing yang sesuai, tapi serangannya masih bisa dihindarkan oleh orang berjubah itu, para ksatria itu pun terus menyerang secara bergiliran, dengan area jalan yang mereka tempati lebih kecil daripada di tempat sebelumnya, ini akan menjadi pertarungan yang sulit jika mereka tidak keluar dari sini secepatnya.

"HIYAAHH!!" Teriak Emen sembari mengangkat pedangnya keatas dan mengayunkannya kebawah, orang berjubah itu hanya perlu menghindar kesamping, tapi itulah yang Emen inginkan, ditengah ayunan pedangnya, Emen menunjukan kekuatan otot yang besar dengan membelokkan arah ayun pedangnya menjadi kesamping dari yang seharusnya ke bawah.

Jelas saja orang berjubah itu tidak memprediksinya, Emen kira ia akan memotong tubuh orang itu menjadi dua, tapi alangkah terkejutnya dia dengan apa yang terjadi selanjutnya.

"Gasp!" Semua ksatria yang berada di area menarik nafas mereka karena kaget, tidak hanya orang berjubah itu berhasil menghentikan serangan Emen yang sudah ia rencanakan, tapi orang itu menghentikannya dengan sebuah tentakel hitam yang keluar dari punggungnya.

'Genggaman yang Kuat!!' Pikir Emen dengan keringat yang mengalir di pipinya.

Tanpa aba-aba lain, orang berjubah itu mengangkat Emen dengan pedangnya ke udara dan melemparnya ke depan, rekan timnya mencoba untuk menangkap Emen, tapi mereka tidak bisa menahannya karena kecepatan lemparan yang dihasilkan oleh orang berjubah itu benar benar kuat, Emen pun menghantam tembok yang ada di ujung jalan yang buntu itu

BOOM!

Beruntungnya tembok itu tidaklah tipis ataupun rapuh, jadi Emen tidak terlempar lebih jauh lagi, tapi yang mengenaskannya adalah luka yang dialaminya, terlebih lagi tulang punggungnya yang retak, bahkan dengan armor yang melindunginya.

Menjadi cepat itu memang bukanlah hal yang dapat membunuhmu, tapi menjadi diam secara instan setelah kau berada pada kecepatan tinggilah yang menyebabkannya.

"Hehehe.. HEHEHEHEE.." Orang berjubah itu tertawa, dengan suara perempuan yang nyaring dan terdengar sinis.

"Jika ksatria biasa saja sudah sebagus ini, aku penasaran dengan kapten mereka.. Atau komandan? Ah.. itu tidak penting, Tapi aku sangat... SANGAT!! INGIN membunuhnya AHAHAHAHAHAHA!!"

"Eugh.. Wanita ini tidak waras.." Ucap salah satu rekan Emen.

"Hati hati dengan tentakelnya.."

Ksatria yang lain mulai menunjukan rasa khawatir dan juga bingung dengan langkah selanjutnya, wajah mereka mulai mengeluarkan keringat, dan pedang yang mereka genggam juga sekarang dikelilingi oleh aura terang yang menggebu-gebu, siap untuk menyerang apapun yang terlihat jahat.

Orang berjubah itu pun membuka tudungnya dan mengungkapkan wajahnya yang tertutup, ia adalah Meliya Achireon, dalang dari semua monster ini, tapi tentu saja para ksatria ini tidak mengetahuinya, Emen pun bangun dan terlihat berjalan dari asap debu yang disebabkan oleh hantamannya dengan tembok tadi, tapi entah kenapa wajahnya tidak menunjukan rasa putus asa, justru ia terlihat dipenuhi oleh rasa determinasi dan juga kegigihan yang tidak akan goyah, matanya berkilau kuning dan ia kembali berdiri disamping rekan timnya.

"Baiklah.. Ayo kita mulai lagi." Ucap Emen dengan nada serius, rekan-rekannya yang melihat kebangkitan Emen pun merasa termotivasi kembali, mereka lalu ingat siapa diri mereka, mereka adalah ksatria suci, pemberantas kejahatan, jika mereka mati atau pun terluka karna melawan kejahatan, itu sudah menjadi kehormatan besar bagi mereka.

"SIAP!" Teriak semua grup dengan senyuman.

Meliya melihat wajah para ksatria suci yang ada didepannya dan ia merasa tertekan, seperti melihat sesuatu yang ia tidak sukai, ekspresinya berubah menjadi jijik dan kesal, "Hiieehh!!.. Apa apaan wajah itu! Wajah yang sangat aku benci.. Ekspresi itu.. Hentikan sekarang juga."

"HEY!! AKU MENEMUKAN SESEORANG MISTERIUS!" Teriak seseorang dari belakang Meliya, tanpa disadari, Meliya sudah membuang banyak waktu karena kebodohannya untuk bermain bersama grup Emen terlebih dahulu, dan sekarang para ksatria suci lainnya juga mulai menyadari keberadaannya, Meliya harus bertindak cepat sebelum ia dikerumuni oleh ratusan pengguna sihir cahaya yang ia benci.

Mendengar kalau para ksatria lainnya telah menemukannya, Emen dan rekan-rekannya merasa lega, sekarang ia memiliki lebih banyak kesempatan untuk membunuh Meliya, dan ia tidak akan membiarkannya kabur begitu saja.

Tak lama kemudian, Komandan Holth pun tiba dan ia dan Meliya saling bertatapan satu sama lain, Holth lalu mengeluarkan pedangnya dan menodong ujung pedang itu kearah Meliya.

"Siapa kau." Ucapnya dengan nada yang mengancam.

Ekspresi Meliya terlihat seperti tidak percaya dengan kedatangan para ksatria suci lainnya. terlebih lagi Komandan mereka, "A- apa.. Bagaimana bisa.. Bagaimana bisa, aku dikepung? Kenapa?.. A- ah.."

"Apa.. Ini.. Ini salah ku? Salah ku? Kenapa aku membuang-buang waktu? Apa yang salah dengan mu Meliya, kenapa kenapa kenapa kenapa kenapa KENAPA KAU BEGITU BODOH!! AAAAHHHHHHH!!"

Diliputi oleh amarah yang besar, Melia berteriak dan melayang di udara sambil mengeluarkan puluhan tentakel dari tangan kanan dan punggungnya, setiap tentakel memegang sebuah potion yang tidak diketahui, tak lama setelah amarahnya mereda sedikit, ia kembali mendarat di tanah, "Aaa aahh.. Seharusnya aku tidak memberikan potion itu kepada seseorang yang begitu lemah dan rapuh, lihat akibatnya.. Ciptaan ku dengan malangnya dibunuh secara masal, tidakkah kau kasihan???"

"Jadi kaulah dalang dari semua ini.. Jika begitu, aku tidak akan menahan diri." Ucap Holth, "SERANG!"

"UAAAAHHHHH!!!"

Para ksatria yang berada di belakangnya pun mulai berteriak dan berlari kedepan, Holth pikir kalau area ini terlalu sempit, tapi ia masih harus mencoba, karna musuh mereka ada di depan mata, ini adalah kesempatan yang tidak akan datang lagi.