"APA YANG KAU LAKUKAN!!" Ucap si pengawas itu, dia turun dari pohon dan berdiri di depan ku, wajahnya terlihat marah dan juga menakutkan.
'Sialan!! Aku tidak kepikiran kalau para pengawas sedang bersembunyi, kupikir tadinya mereka hanya berpatroli memutari seluruh garis pembatas..' Pikir ku, sekarang aku sudah ketahuan telah melanggar aturan dari Ujian ini, dan semua orang tahu bahwa siapapun yang melanggar aturan tidak akan dinyatakan lulus mau seberapa hebat mereka sekalipun, aku berpikir bahwa karir dan mimpi ku untuk menjadi pemburu dan juga menikahi gadis cantik sudah berakhir pada saat itu juga, lagipula perempuan mana yang mau mendekati seseorang yang gagal dalam mematuhi aturan kecil seperti ini.
Tubuh ku sedikit gemetar dan aku sulit untuk mengeluarkan beberapa kata, "A- aku.."
"Hmm? Apa?" Sang Pengawas itu mendekatkan wajahnya kepada ku, ekspresinya memberi tahu ku bahwa dia tidak akan menerima segala alasan yang aku keluarkan, tapi walaupun begitu aku setidaknya harus tetap memberi tahu alasan sebenarnya, "Aku dan M- Mauer mencium sesuatu yang aneh, jadi kami merasa penasaran dan ingin melihatnya.." Ucap ku kepada pengawas itu, dia sempat berpikir sejenak dan mengelus dagunya, dia pasti mencium bau itu juga.
"Jika maksud kalian bau yang berasal dari sana" Ucap pengawas itu sambil mengarahkan jari tangannya ke arah tempat bau itu berasal, "Itu hanyalah bau monster yang telah kami bunuh karena terlalu dekat dengan area ujian, bau mereka memang agak aneh, dan juga monster itu tidak sering terlihat disekitaran sini, wajar jika kalian tidak tahu baunya." Lanjut pengawas itu.
Mendengar jawaban dari pengawas itu, otak ku segera mendapatkan ide yang mungkin dapat membebaskan ku dari hukuman yang akan datang akibat melanggar aturan.
"K- kalau begitu! tolong biarkan aku pergi tanpa menerima hukuman! aku hanya merasa penasaran saja, bukankah merasa penasaran itu hal yang wajar bagi anak-anak dan remaja?" Ucap ku dengan mata kasihan, sebenarnya aku tau pengawas ini, dia adalah pengawas Wen, dia adalah orang yang menjadi guru pengajar bagi murid yang ingin menggunakan busur sebagai alat memburu mereka, pengawas Wen juga adalah salah satu pemanah terbaik di kampung kami, dan dia terkenal karna sifatnya yang ramah dan juga tidak menakutkan, lain cerita dengan kebanyakan pemburu.
'Walaupun begitu.. Pengawas Wen juga masihlah seorang guru, dia tidak akan segan segan menghukum murid jika mereka melakukan sesuatu yang buruk..' Pikir ku.
"Kau mencoba bernegosiasi sekarang? Bukankah guru kalian sudah mengatakannya pada saat penjelasan di lapangan? Bahwa kalian tidak boleh melangkah melewati batas area." Balas Pengawas Wen, dia masih belum tertipu, "B- Baiklah.. kalau begitu-" Disaat aku sedang berbicara, pengawas Wen tiba tiba saja menyuruh ku untuk diam, lantas aku pun bingung, kenapa dia menyuruh ku diam? Aku melihat mauer kebelakang dan dia juga sepertinya diam, hanya beberapa detik kemudian aku pun sadar dengan alasannya.
SSSRRKKK... SSRRKKK..
Kuping ku menangkap sebuah suara di dekat kami, suara itu terdengar seperti retakan dari batang pohon yang ingin jatuh, batang pohon yang jatuh itu sangat langka, dan kebanyakan dari mereka adalah hasil dari pijakan makhluk hidup seperti burung elang besar, kera penyakar, dan lain lain.
'Ada sesuatu yang mengintai kami..' Pikir ku, pengawas Wen dan Mauer juga pasti tau akan hal ini, itu sebabnya mereka diam ditempat mereka, dengan perlahan Pengawas Wen pun memegang tangan ku dan membawa ku ke dalam Area Ujian lagi, matanya berputar ke segala arah, mencoba mencari tau siapa atau apa yang sedang berdiri di atas pohon.
"kau, pergilah bersama teman mu saat ini juga." Pengawas Wen berbisik kepada ku, mengikuti perintahnya dan menjauh dari sini bersama Mauer seharusnya adalah pilihan terbaik saat ini, tapi bagi ku yang belum bertarung melawan satu monster pun dari awal mulainya ujian hingga saat ini, aku tidak bisa melewatkan hal ini begitu saja, "pengawas, biarkan aku ikut bertarung juga! Begini-begini aku pun cukup kuat untuk bisa mengalahkan seekor troll!" Bisikku kepadanya.
"Apa? Apa telinga mu rusak? Menjauh sekarang juga!" Balas Pengawas Wen, "Ohsen.. ayo kita pergi saja" Mauer menyetujui.
Tiba tiba, kami mendengar suara jatuh di depan kami, pengawas Wen sedang menatap ku jadi dia tidak melihatnya, tapi aku dan Mauer yang menatap kedepan melihat makhluk itu duluan, dia terlihat seperti.. Kami?
"Ahh! Betapa beruntungnya diriku hari ini, aku menemukan tidak satu, tidak dua.. Tapi tiga manusia demi! Kyahahaha!!" Ucap makhluk misterius didepan ku itu, pengawas Wen pun spontan berbalik dan melindungi ku dibalik tangannya.
'D- dia.. bisa berbicara!? Apa itu..' Pikir ku, aku tidak bisa melihat wujud makhluk itu, suaranya seperti pria dewasa, dia tertutup oleh jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali bagian depan, itu pun dia mengenakan baju dan celana, makhluk seperti apa yang memiliki wujud seperti manusia demi? 'Jangan jangan.. Manusia Demi dari ras yang lain?!..'
Pria berjubah itu mengeluarkan dua pedang dari balik jubahnya yang lalu ia pegang menggunakan kedua tangannya, aku tidak pernah melihat seseorang yang bisa menggunakan dua pedang sekaligus, dari aura yang dikeluarkannya aku dan Mauer juga tahu bahwa dia ini tidak datang dengan niar baik.
"Tck.. Siapa kau" Ucap pengawas Wen, "Keuhuhu.. Seorang budak tidak seharusnya berbicara seperti itu." Balas pria berjubah itu.
Pria itu pun segera menerjang kedepan dan mecoba melukai kami, tapi Pengawas Wen mendorong ku dan Mauer kebelakang selagi ia menghindari serangan dari pria misterius itu, pengawas Wen tidak memiliki busur atau senjata apapun, dia akan kesulitan melawan pria itu jika pertarungan ini terus berlanjut.
'Aku harus membantunya!!' Pikir ku secara spontant pada saat itu, "Mauer! Pergilah dan beritahu kepada pengawas yang lainnya, kumohon!!"
Mauer mengangguk dan ia segera pergi dari lokasi, menjauh dari pertarungan antara kami dan pria berjubah itu, aku pun menggapai pedang ku dan mengeluarkannya dari kantung pengaman, "Baiklah, ayo kita lakukan.." Ucap ku sembari menghela nafas berat.
THWACK!!
"UGH.." Keluh Pengawas Wen, dia terus menghindari tebasan dari kedua pedang pria berjubah itu, dimana dia sesekali menerima sayatan kecil di berbagai bagian tubuhnya, baju miliknya pun sudah terlihat beberapa robekan dan pada saat pria itu menghantarkan tebasan vertikal, Wen melihat adanya kesempatan dalam waktu yang singkat itu, selagi pria itu menebas pedangnya kebawah, Wen menghindar dan mencoba memukul pria itu tepat dikepalanya, serangannya berhasil dan pria itu terdorong beberapa langkah kebelakang.
"Ini tidak benar.. bagaimana... Aku? Terpukul oleh makhluk rendahan seperti mereka?.. Oh tidak tidak tidak.. Ini akan merusak reputasi ku." Ucap pria itu, nada bicaranya memiliki amarah yang sedikit demi sedikit meningkat seiring berjalannya pertarungan, pada saat ia ingin menyerang balik, disitulah aku pun berlari melewati pengawas Wen.
"TUNGGU? APA!!?? HEY!! KAU!!" Teriak pengawas Wen kepada ku, aku mengayunkan pedang ku dan dengan tenaga yang cukup kuat, aku menyerang pria itu.
CLANK!!
Kupikir aku sudah mendapatkannya karna dia terus berbicara ke dirinya sendiri, tapi tanpa disangka dia bisa menangkis serangan ku, dengan mudah itupun, "Keukk.."
"Apa ini, kau ingin ikutan juga!?" Ucap pria itu, dia lalu menepis pedang ku kesamping dan menendang perut ku, aku terlempar kebelakang dan berada di samping pengawas Wen.
"HEY!! Kau baik baik saja!?" Tanya dia, aku membalasnya dengan baik baik saja dan kembali berdiri.
"Ahh ahh.. Kau tahu, manusia demi yang masih muda seperti mu akan terjual mahal di tempat lelang, itu sebabnya aku akan mencoba untuk tidak melukai tubuh mu."
"Cih.." Balas ku kepada pria itu, disaat kami sedang beradu pedang tadi, aku sempai melihat wajahnya yang ada di balik tudung jubah itu, dan yang kulihat adalah sosok yang menyeramkan, telinga pria itu tidak seperti yang aku kira, aku pernah mendengar kalau manusia demi memiliki berbagai ras yang berbeda tergantung dari jenis telinga dan ekor hewan yang mereka punya, tapi baru pertama kali ini aku melihat manusia demi yang mempunyai telinga kecil yang menyatu dengan warna kulit mereka.
Setelah aku muak mendengar perkataannya, aku kembali berlari dan menyerangnya dengan pedang ku, aku menggunakan semua teknik yang guru ku ajarkan kepadanya, tapi entah kenapa dia bisa menangkis semua itu, kenapa teknik yang diajarkan guru tidak memiliki efek? Apakah ada yang salah?.
Pertarungan berlanjut selama beberapa detik, pria itu tidak ingin menyerang balik dan hanya menangkis semua serangan yang ku lemparkan kepadanya, dia sedang menunggu ku untuk kehabisan tenaga, apakah serangan ku hanya terlihat seperti permainan baginya?.
"Aghh!!.. Dasar keras kepala" Ucap pengawas Wen, tak lama kemudian dia pun ikut bertarung kembali dan menyerang pria itu dari samping, pengawas Wen mencoba memukul pria itu selagi dia menangkis serangan ku, tapi karna dia mempunyai dua pedang ditangannya, serangan Pengawas Wen dapat digagalkan dengan mudah, lagipula pengawas Wen tidak memiliki senjata, dia lebih berada di posisi yang kurang menguntungkan, jika ia tidak menghindari tebasan dari pria itu, dia pasti akan terluka parah.
CLANK!!
CLANK!!
Entah mau seberapa rumitnya aku menyerang dan mencari celah, pria itu bisa saja menangkisnya dengan presisi yang tidak masuk akal, keterampilannya dengan pedang lebih mahir daripada para guru yang ada di kampung ku, siapa dia ini sebenarnya, aku sudah mulai kehabisan tenaga.
"Huff... Huf..."
Sepertinya pria itu sadar dengan nafas ku yang berat dan juga keringat yang ku keluarkan, dia lalu menijukan gagang pedang miliknya ke wajah pengawas Wen, hantaman itu menyebabkan hidung pengawas Wen patah dan ia harus menutupi wajahnya dengan tangannya untuk menaha rasa sakit, tapi dalam celah yang tak lebih dari satu detik itu, perut pengawas Wen berhasil ditusuk oleh pria berjubah itu menggunakan pedangnya.
"AAKKHH.." Teriak pengawas Wen, mulutnya memuntahi darah dan dia pun mencoba untuk menarik pedang itu dari perutnya, melihat hal itu, diriku dipenuhi oleh amarah yang tak dapat dibendung, aku berteriak dari lubuk hati ku dan disana aku mulai menyerang secara membabi buta.
"AAAAAAAHHHHHHHHH!!!"
CLANK!!
CLANK!!
"Hmph.. Dasar amatir.."
.
.
Aku tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya, tapi aku bisa menebak kalau aku tidak selamat pula dari dirinya, ingatan terakhir ku adalah aku sudah berada ditanah dan tubuh ku digendong oleh pria itu menuju ke suatu tempat, pria itu berlari setelah para pengawas lainnya datang ke tempat ini, namun semua sudah terlambat dan sekarang aku sudah dibawa oleh orang ini, keluar dari kampung ku.
"Hey!! Kejar dia!!" Ucap salah satu pengawas yang lainnya, manusia demi memanglah lincah, tapi mereka sudah sangat terlambat, pria itu sudah berada jauh dari jangkauan mereka.
"Wen!! wen!! Bertahan lah!!"
"Segera tutup luka di perutnya! Lalu panggil seseorang yang bisa menggunakan sihir penyembuh di kampung kita."
"Siap!"
.
.
Suatu tempat misterius.. Jauh dari kampung asal ku..