Chereads / A Mercenary Who Captures Time / Chapter 17 - Kepercayaan Yang Goyah

Chapter 17 - Kepercayaan Yang Goyah

"FLINT!!"

Ohsen memanggil ku dari seberang, bersimang darah yang tercampur antara miliknya dan milik anak buah Zeldore, sementara ia melihat kearah ku dan berhenti bertarung, begitu pula lah dengan para anak buah Zeldore, mereka berdiri diam di tempat mereka setelah melihat kapten mereka terkapar di tanah.

"K- KAPTEN TELAH.." Ucap salah satu anak buahnya.

"O- oy.. Ini gawat bukan, kita harus melaporkan ini.."

"MUNDUR!! MUNDUR!! KAPTEN SUDAH TERBUNUH!!!"

Dengan hati yang berat, para anak buah yang tersisa pun mulai berlari menjauh dari kami, mereka melompat ke atas batang pohon dan bergerak masuk kedalam hutan yang gelap gulita itu, yang tersisa dari mereka hanyalah 8 orang saja, dari yang awalnya berkisaran puluhan anggota, entah bagaimana tapi seperti Ohsen berhasil menahan mereka.

Aku dan Ohsen tidak mengejar anak buah Zeldore yang tersisa dikarenakan kondisi tubuh kami yang sudah sangat tertekan dan terluka, kami berdua kembali duduk di bebatuan yang tadinya menjadi kasur kami, sekarang dengan luka dan darah yang mengalir.

"Ohsen, kau punya sihir penyembuh atau potion?" Ucap ku kepadanya, aku memegang tangan kanan ku untuk meredakan rasa sakit yang kurasakan ini, aku sudah mengayunkan pedang ku terlalu kasar dan itu menyebabkan tangan kanan ku mengalami cedera yang cukup parah, tulang-tulang ku retak dan terkilir, dan aku tidak mempunyai ramuan penyembuh atau sihir yang berguna untuk ini.

"Tidak.. Aku minta maaf.." Balasnya dengan wajah murung.

"Sial.."

Disaat aku sedang merenung memikirkan apa yang harus kami lakukan untuk esok hari, aku teringat dengan ucapan Zeldore pada saat sebelum aku bertarung dengannya, ia mengatakan tentang kalau ia adalah Tuannya Ohsen.

"Omong omong Ohsen, keberatan untuk menjelaskan semua ini?" Ucap ku kepada Ohsen, jujur saja, setelah semua yang terjadi saat ini, aku sedikit mulai kehilangan kepercayaan ku dengannya, dia tidak pernah mengatakan tentang dirinya yang menjadi budak seseorang dan dia juga tidak pernah mengatakan ku kalau dia adalah salah seorang anggota dari organisasi yang mengejarnya, "Apa maksud dari Zeldore tadi kalau kau dulunya adalah Tuan mu?" Lanjut ku, aku melihat Ohsen yang hanya terus terdiam menatap tanah tanpa menyisakan waktu untuk melihat kearah ku.

Ia pada akhirnya mulai membukakan hatinya, "A- aku.."

.

.

Nama ku Ohsen Wolfe, aku terlahir sebagai manusia demi yang memiliki darah serigala dan manusia, pada awalnya aku hanyalah manusia demi yang hidup tenang dan damai di kampung yang terletak jauh di kedalaman hutan, bersampingan dengan tebing tinggi dan juga gua yang dipenuhi dengan Mana, kehidupan ku disana cukup bahagia, aku diajarkan sihir dasar dan juga teknik bertarung dari sesepuh dan juga pemburu di kampung kami, karna mereka lah kami mendapatkan makanan setiap hari, saat aku masih kecil, aku mengira bahwa tidak ada kehidupan lain yang lebih baik daripada disini, orang orang di kampung tidak pernah membicarakan hal yang terjadi di luar desa ataupun hal yang berkaitan dengan peradaban spesies lainnya, namun semua itu berubah pada saat aku menyentuh umur 18.

Pada siang hari itu, aku berada di sebuah lapangan kecil yang terletak di pinggiran kampung, lapangan itu diisikan oleh banyak anak demi yang seumuran dengan ku, kami semua berdiri dan berbaris disana untuk satu hal saja, yaitu belajar memburu.

Di kampung ini, para manusia demi yang berkelamin pria diwajibkan mengikuti serangkaian kelas mengajar layaknya sekolah dimulai dari umur 15 untuk menyiapkan kami dengan berbagai macam hewan dan monster yang akan kami temukan pada saat kami sudah beranjak dewasa dan menjadi pemburu, walaupun tradisinya adalah semua anak lelaki itu harus ikut dalam pelajaran memburu ini, mereka masih bisa menolaknya sesudah mereka lulus, dengan kata lain, kau hanya diwajibkan mengikuti kelas pelajarannya saja, saat kau sudah lulus, itu semua tergantung pilihan mu.

Jujur saja, tapi bagi spesies kami, manusia demi yang tidak bisa berburu atau membunuh itu dilihat rendah oleh manusia demi yang lain, aku sering mendengar kalau dalam setiap tahunnya, 90% manusia demi yang mengikuti pelajaran memburu akan memilih menjadi pemburu juga, sedangkan 10% sisanya menolak untuk menjadi pemburu dan memilih untuk mengurus rumah dan bermain-main saja.

"Baiklah! semuanya sudah hadir?" Ucap guru kami yang berada di depan.

"SUDAH, PAK!" Kami semua membalas guru kami dengan semangat dan antusias.

"Hari ini akan menjadi terakhir kalian dan juga hari terakhir ku sebagai guru kalian, kalian pasti tau apa yang akan kita lakukan jika kalian bertanya kepada kakak kalian yang sudah menjadi pemburu, tapi jika kalian belum tau, akan ku jelaskan." Ucap pak guru, yang dikatakannya itu benar, ini adalah hari terakhir ku sebagai anak-anak, dan pada saat aku berhasil dan lulus dalam ujian ini, aku akan secara resmi dikenal sebagai manusia demi dewasa, dan pada saat itu terjadi, aku akan bisa membantu orang-orang dikampung, dan para gadis-gadis disana pasti akan melihat ku, entahlah tapi aku ingin memiliki setidaknya 3 istri pada saat aku menikah nanti kekekek..

"Ujian ini akan terdengar simpel untuk kalian, yang aku dan para pengajar lainnya hanya ingin kalian menerapkan semua pengetahuan yang telah kami berikan dan berpetualang lah kedalam hutan dan bunuh monster pertama kalian, lalu buktikan bahwa kalian telah membunuhnya dengan membawa hidung dari monster yang kalian bunuh, kenapa hidung? karna para monster itu hanya memiliki satu hidung, jika kami memutuskan kalian untuk membawa tangan atau kuping, maka seseorang yang licik hanya akan memotong bagian tubuh tersebut dari monster yang sudah dibunuh, karena tangan dan kuping itu kan ada dua, semakin kuat monster yang kalian bunuh maka semakin besar poin yang kalian dapat."

Aku dan anak-anak lainnya yang berada di lapangan mulai dipenuhi dengan semangat, kami semua berbincang kepada teman-teman kami dan memamerkan monster yang akan kami bunuh.

"Sshh!! Ohsen!" Ucao salah satu teman ku dibelakang, namanya Mauer Howl, "Hm?" Balas ku, "Kau punya target monster apa yang ingin kau bunuh dipikiran mu??" Tanya dia dengan rasa penasaran.

"Tentu saja, aku akan mencari troll!" Balas ku dengan rasa yakin, setelah teman ku mendengar jawaban ku, wajahnya berubah menjadi sedikit menjengkelkan, dia tidak percaya dengan ku, "Haahh? Troll kau bilang? Itu kan monster dengan poin tertinggi, kau yakin bisa mengalahkannya? Awas saja jika kau sampai mati." Ucap Mauer.

Memang benar itu agak berbahaya, karna kematian pada saat ujian terakhir dalam kelas memburu ini bukanlah hal yang langka, ada banyak orang yang merasa terlalu sombong dan malah bertarung dengan monster yang jauh lebih kuat dari mereka, tapi aku berbeda, aku sudah terlahir kuat, bahkan ibu dan teman-teman ku berkata begitu, lagipula, selama 3 tahun aku berada di kelas ini, aku adalah murid yang berada di atas rata rata dibandingkan dengan yang lainnya.

"Tapi ingat ini!! Walaupun kalian diperbolehkan berkeliaran dalam hutan, kalian tidak diperbolehkan untuk melewati garus yang sudah kami pasang, jangan khawatir, area yang kalian bisa jelajahi itu sangat besar, jadi kalian akan kesulitan untuk bertemu dengan satu sama lain, akan ada beberapa pengawas yang akan menjaga kalian dari luar garis, jadi jika ada satu orang pun yang berani keluar dari area yang ditetapkan, jangan harap hukumannya akan ringan."

Setelah pak guru kami memberikan penjelasan lainnya yang tidak penting, kami pun berada di akhir pembicaraan setelah menunggu lebih dari 10 menit, pak guru kami mengusulkan sebuah pilihan, dia menyuruh kami untuk memilih untuk bergerak dalam kelompok atau sendiri, kami pikir tadinya ini adalah pilihan yang mudah karna jika kau bekerja secara kelompok, bukankah itu artinya kau bisa berdiam diri tanpa membantu dan hanya membiarkan anggota kelompok mu yang membunuh monster untuk mu? Tapi setelah pak guru kami memberi penjelasan lebih lanjut, ia mengatakan kalau poin dan monster yang harus kami bunuh itu adalah secara individu.

"Haruskah kita berkelompok?"

"Umm, jika kita berkelompok, itu akan menambah kesempatan kita untuk menang melawan Troll bukan?"

"Tapi dalam setiap ujian ini kan hanya ada 3 troll saja di seluruh area, bukankah itu tidak adil untuk kami yang tidak kebagian?!"

"Aku lebih suka sendiri saja."

Opini-opini para murid mulai terdengar jelas, untuk sekarang, sepertinya mereka semua berada dalam dua kelompok yang setara, dengan setengah berpikir bergerak secara kelompok itu lebih mudah dan setengah lagi berpikir bahwa sendirian itu lebih baik, apa yang aku pilih? Sudah jelas aku memilih untuk pergi berkelompok.

Melihat kalau opini kami terbagi dua, pak guru kami pun menyuruh kami untuk diam tak bersuara, ia lalu memilih satu demi satu murid untuk memberi tahu pilihan mereka, setelah murid tersebut menjawab, pak guru kami pun menambah satu point kedalam pilihan yang murid itu pilih, satu persatu kami ditanya, dan pada saat votingnya selesai, aku sedikit kecewa setelah melihat kalau pilihan sendiri menang dalam voting ini, hanya berbeda 3 saja.

"Ughh.. aku tidak beruntung.." Ucap ku.

"Baiklah, suara sudah berbicara, kini siapkan posisi kalian, kita akan mulai, oh iya, satu lagi, kalian tidak boleh merebut hasil buruan orang lain, jika ini adalah kelompok mungkin kalian dibolehkan, tapi tidak dengan individu."

"Baiklah, dengan ini aku nyatakan bahwa Ujian Terakhir Pemburu, dimulai!"

Pak guru kami memberikan sinyalnya dan kami pun segera berlari memencar ke segala arah, menjauh dari orang lain yang dapat mengganggu kami.