"Dain, aku ingin bertanya." Ucap ku sembari mendekatinya yang sedang beristirahat di bawah pohon, "Ada apa?" Balas Dain penasaran, "Selama ini, aku tidak pernah mengerti, kenapa kau selalu saja membantu orang lain, kita sebagai Mercenary selalu mencoba bertahan hidup demi hari esok, dari kecil kita pun diajarkan kalau memberikan kasih sayang kepada orang lain hanya akan membuat kita menjadi lebih lengah dan mudah untuk dibunuh, jadi kenapa?, apakah alasan mu hanya lah sekedar fakta kalau kita ini sama sama manusia?" Ucap ku dengan menatap matanya langsung.
"Hahaha.. Kau mungkin tidak salah dengan bagian kalau mengurus orang lain itu merepotkan dan dapat membuat kita menjadi lebih lengah, tapi Flint..." Dain mengangkat kepalanya dan melihat ke langit cerah yang berawan, sinar matahari yang menembus lubang-lubang dedaunan di pohon menghantarkan hangat yang nyaman.
"Entah kenapa, bagi ku.. Menolong itu adalah sebuah pencapaian yang besar, kau ingat, kita mempunyai masa kecil yang mengenaskan, tidak ada satu orang pun yang akan mengerti apa yang kita rasakan pada saat itu, termasuk teman-teman Mercenary kita, tapi kurasa itulah yang membuatku berpikir, kenapa kita bisa menjadi seperti ini pada akhirnya?" Lanjut Dain, ia berbicara seperti seseorang yang bijak dan pintar.
"Apa maksud mu?" Tanya ku bingung, "Kau, teman-teman seperjuangan yang sama seperti kita, tidak mendapatkan pertolongan pada saat kita sedang berada di titik terendah kita." Balasnya, jawaban Dain itu membuat hati ku terasa tertekan sedikit, pada saat itu aku pun mulai mengingat masa lalu ku, bagaimana setelah kehilangan kedua orang tua ku, tidak ada satupun yang ingin mengadopsi ku, setelah ku pikir-pikir lagi, apa yang dikatakan Dain ini ada benarnya juga, aku menjadi seseorang yang membenci orang lain dikarenakan aku tidak bisa melihat sisi baik dari manusia, tapi bagaimana jika pada saat itu aku mendapatkan orang tua baru? Bagaimana jika sebuah keluarga ingin mengadopsi ku? Sebuah keluarga yang dipenuhi dengan kasih sayang dan juga kehangatan yang cukup untuk merubah sifat ku hingga 180 derajat.
"Itulah yang menyebabkan kita kehilangan rasa kepercayaan terhadap orang lain, kita telah mengisolasikan hati kita akibat kelalaian manusia jahat yang berani mengabaikan kalian saat kalian masih tidak tahu apa apa.. Aku ingin menghentikan hal serupa terjadi lagi, aku mungkin tidak bisa menghentikan semuanya, lagi pula aku ini tidak bisa berada di semua tempat secara bersamaan, tapi setidaknya aku ingin membantu semua orang yang ada di hadapan ku, kurasa itu yang menjadi alasan ku selama ini." Dain mengakhiri perkataannya dengan senyum lebar yang mengarah ke wajah ku, tepat setelah ia selesai berbicara, rekan-rekan kami pun kembali dan kita semua berkumpul untuk melanjutkan perjalanan.
.
.
Kembali di perbatasan antara hutan dan padang rumput, tempat dimana waktu saat ini terjadi dan aku sedang bertarung melawan Zeldore.
'Dain.. entah kenapa aku jadi ingat dengan kata kata mu saat ini, mungkinkah ini karena aku ingin melindungi Ohsen?' Pikir ku dengan senyum kecil.
!!
Wajah ku secara instan berubah menjadi terkejut dikarenakan Zeldore yang tiba tiba saja menyerang selagi aku sedang mendapatkan sebuah pencerahan, "B- bangsat!!" Ucap ku saat sedang menahan serangannya dengan pedang ku, sayangnya kekuatan fisik ku saat ini masihlah lebih lemah dibandingkan Zeldore yang memiliki tubuh kekar, aku tidak bisa menahan serangannya untuk waktu yang lama, jadi aku memutuskan untuk merubah arah serangannya kesamping agar tidak mengenai ku, dengan langkah kaki kedepan, aku melompat dan memutar tubuh ku kebelakang, melandaskan tendangan tepat ke kepala bagian belakang Zeldore.
THWACK!!
Tendangan ku itu mendorongnya beberapa meter, tapi masih belum cukup kuat untuk menjatuhkannya.
"Itu sakit, tapi masih kurang." Ucap Zeldore, dia pun berbalik dan melanjutkan serangannya, ia menerjang, menebas, dan juga menghantam tanah dengan kapak besarnya itu, setiap serangan memiliki daya serang yang mengerikan.
'Tubuh ku dan dia benar benar jauh berbeda, jika aku terkena satu serangan saja dari kapak itu, aku tidak yakin jika sihir atau teknik aura ku dapat menahannya!' Pikir ku.
CLANK!!
CLANK!!
Kedua senjata kami terus menepis satu sama lain, aku berusaha mengubah arah ayunan kapak Zeldore daripada menahannya langsung dan menghemat energi, aku sudah mengaktifkan teknik aura pedang ku, itu membuat kecepatan dan tekanan serangan dari pedang ku menjadi jauh lebih kuat dan berat, tapi bahkan itu pun masih belum cukup, Zeldore mengayunkan kapaknya dari bawah ke atas, melontarkan gelombang angin sayat yang membelah tanah rumput didepannya menjadi dua, melihat serangan yang berbahaya seperti itu, reaksi ku adalah menghindar dari posisi ku saat ini, "OHSEN! MENGHINDAR!!" Teriak ku kepada Ohsen yang juga berada di area gelombang angin sayat itu, ia pun dengan sigap menghindar juga dan gelombang itu mengenai beberapa anak buah Zeldore yang tidak sempat menghindar, benar saja dugaan ku, setelah gelombang angin itu bersentuhan dengan anak buahnya, mereka langsung terpotong menjadi dua layaknya sebuah kertas dengan pisau.
"Bajingan gila.." Ucap ku diatas sebuah ranting pohon yang cukup kecil, tak lama kemudian ranting itu patah dan menjatuhkan ku kebawah, disana Zeldore sudah menunggu dan mulai menerjang kembali, dia mengayunkan kapaknya ke atas lagi karna aku masih berada di udara, 'Kena kau!' pikir Zeldore, tapi sayangnya untuk dia, itulah yang kutunggu, aku dengan cepat memutar tubuh ku layaknya salto dan..
"Teknik Angin, Sayatan Tak Terlihat"
Dalam kedipan mata, aku bergerak di udara dan menghindari serangan Zeldore, "APA!?" Ucapnya terkejut, aku pun mendarat di atas lehernya dan menungganginya layaknya kuda, sebelum dia bisa melepaskan ku, aku menebas leher depannya menggunakan pedang ku!
SLASH
Darah mengalir dari leher Zeldore, tebasan ku berhasil dan sekarang aku melukainya, ia pun segera menggoyangkan badannya untuk membuat ku jatuh, Zeldore merasa panik dengan luka yang ia terima, dia masuk kedalam mode bertahan hidup dan mulai menggunakan segala cara untuk bisa membuat ku lepas darinya, bahkan jika ia harus membuang kapaknya sekalipun, karna itulah yang ia lakukan.
Zeldore melepaskan kapaknya dan mulai meremas kaki ku dengan kedua tangannya, remasan dari tangannya sangat kuat sampai aku tidak bisa melepasnya, "Oh tidak..."
ia lalu mengangkat ku keatas sebelum menghantam tubuh ku ke tanah dengan kencang.
BRUKK!!
BRUKK!!!
BRRUUUUKKK!!!
"KEEUHEEUUKKK!!" Mulut ku memuntahkan darah, aku dapat merasakan tulang-tulang ku retak dan patah akibat benturan yang keras ini, dengan insting ku yang meningkat aku pun mulai mencari cara untuk menghentikan Zeldore, beruntungnya pedang ku masih ada di genggaman ku, aku tidak melepaskannya, dengan senjata ku yang masih ada, aku mulai menusuk tangan Zeldore hingga menembus ke sisi yang lainnya.
"AAAGGGHH!!!" Teriaknya kesakitan, ia pun mau tidak mau harus melepaskan ku dari genggamannya, tangannya mati rasa dan ia semakin marah terhadap ku, "Brengsek.. BRENGSEK!! BERANINYA!!" Teriaknya lagi, aku menyadari kalau suara Zeldore mulai terdengar agak kasar dan memiliki suara aneh didalamnya, disitu aku mengira kalau luka sayat yang ada di lehernya itu mulai membesar dan ia mulai kehilangan vokal suaranya secara perlahan.
Kupikir dia akan mundur sejenak selagi menangani luka yang didapatkannya, tapi aku benar benar tidak menyangka kalau dia akan menerjang kehadapan ku yang sedang terluka ini, aku benar-benar tidak memprediksi hal ini, dan pada saat aku sadar dengan apa yang akan terjadi pada ku, tinju dari tangannya sudah terlalu dekat untuk dihindari, aku merasakan waktu melambat sekali lagi, semakin melambat semakin melambat terus menerus.
Seharusnya aku sudah terkena tinju itu, tapi entah kenapa serangan itu tidak pernah muncul, justru aku melihat dengan mata kepala ku sendiri kalau tinju dari Zeldore tiba tiba saja berhenti pada saat jaraknya tidak lebih dari 2 sentimeter, aku masih tidak tahu apa yang terjadi karna itu semua terjadi terlalu cepat, tapi aku secara reflek menghindar dari tinju itu dengan waktu ekstra yang ku dapatkan, dan beruntungnya aku bisa menghindarinya.
WHOOSSHH!!
Suara angin puyuh yang berasal dari tinju Zeldore menghantam wajah ku seperti batu.
'A- APA ITU TADI!??' Pikir ku tidak percaya dengan hal barusan.
'Tadi itu, waktu terasa berhenti!!'
Zeldore yang tidak berpikir bahwa aku bisa menghindari serangan tadi terlihat sangat terkejut setelah ia menoleh kebalakang dan melihat ku masih berdiri, "K- Kau!! B- B- BAGAIMANA Bi- Bisaaa..." Ucapnya terbata bata, sebelum Zeldore bisa mengucapkan kata lainnya, pendarahan yang ada di leher dan juga tangannya sudah menjadi terlalu parah dan ia pun pingsan akibat kekurangan darah di tubuhnya, sekali lagi, aku pun selamat dari kematian yang sangat dekat.
"FLINT!!" Ohsen tiba tiba saja memanggil.