Malam hari semakin sunyi, api unggu kami sudah padam dan sekarang yang terdengar hanyalah auman serigala dari kejauhan, Ohsen sedang tertidur di batu panjang yang ada di samping sisa api unggun kami, sedangkan aku masih terbangun dan melihat ke sekitar, berjaga-jaga apabila ada sesuatu yang mendekati kami, aku mengfokuskan pendengaran ku hingga maksimal, mendeteksi suara suara kecil bahkan sampai suara daun jatuh dari beberapa puluh meter, masih hening, tapi aku tidak boleh lengah.
'Ohsen seharusnya bangun sebentar lagi untuk menggantikan ku menjaga, sebaiknya aku bangunkan dia-' pada saat aku berjalan mendekati Ohsen, berniat untuk membangunkannya, aku mendengar suara ranting patah yang berada di belakang ku, aku pun dengan cepat memutar kepala ku, tapi yang kulihat disana adalah..
'Tidak ada?'
Kupikir itu hanya perasaan ku, tapi ternyata tidak, karna sesudah aku menengok kebelakang, aku mendengar suara angin yang terpotong oleh pedang, aku sudah terlalu lama memegang pedang sampai-sampai aku bisa tau apabila seseorang ahli dalam menggunakannya atau tidak hanya dengan melihat saja, dan suara angin yang terpotong itu menandakan kalau ada sebuah pedang yang sedang diayunkan, detak jantung ku pun segera naik dan aku tanpa menunggu lama lagi segera mengayunkan pedang ku kearah dimana aku mendengar suara itu.
CLANKK!!
Insting ku benar, pedang ku berhasil menepis serangan yang datang, wajah ku berputar balik, dan aku melihat ada orang yang berdiri di depan Ohsen, orang itu ingin membunuhnya!
"!! SIAPA KAU!" Teriak ku sembari mengayunkan pedang ku lagi yang sialnya dapat dihindari oleh orang misterius itu.
Aku pun segera membangunkan Ohsen, "Ohsen! OHSEN!! Bangun!" Ucap ku sambil menggetarkan badannya beberapa kali, aku juga mencoba mencubit kuping hewannya, "OW OWWW!!" Teriak Ohsen kesakitan, tak lama setelah orang misterius itu menghindar serangan ku, aku mendengar suara tapak kaki yang menyentuh tanah hingga beberapa kali, terlalu banyak sampai aku tidak bisa menghitungnya, puluhan orang-orang misterius lainnya pun muncul dari balik kegelapan.
"A- Apa?! APA INI?" Ucap Ohsen yang masih setengah sadar, dasar sialan, apa apaan orang ini, dia benar benar tidak punya insting bertahan hidup, aku pun segera menyadarkan Ohsen dan menyuruhnya untuk mengeluarkan senjata miliknya, karna aku yakin kami pasti akan bertarung tak lama lagi.
"Hey!! bukankah kau bilang kalau kau bisa mendeteksi makhluk hidup? Kenapa kau tidak menyadari orang-orang ini!?" Ucap ku agak kesal kepada Ohsen, "A- Apa?! Mana ku tau! Selagi kita berjalan dari gerbang kota hingga sampai kesini, aku tidak mendeteksi adanya manusia yang mengikuti kita!" Balasnya dengan serius, aku pun berpikir dan ingat kalau.. 'Tunggu dulu, jangan jangan mereka ini mengikuti kami dari jarak yang lebih jauh dari yang Ohsen bisa deteksikan.. Itu masuk akal, karna jalur berjalan kami pun tidak berbelok kesana kesini, hanya jalanan lurus saja yang dikelilingi oleh rumput dan pohon..' Pikir ku, disaat kami sedang terpojok oleh semua orang yang mengelilingi kami ini, ada satu orang dari mereka yang maju kedepan sendirian, dia kemungkinan besar adalah kapten dari orang-orang ini.
"Kita bertemu lagi..." Ucap orang misterius yang melangkah kedepan itu, malam hari yang gelap ini membuat ku tidak bisa melihat wajahnya dengan begitu jelas, tapi sepertinya Ohsen bisa melihatnya, apakah dia mempunyai semacam penglihatan malam juga yang sama seperti apa yang kurasakan pada saat itu? Aku melihat wajahnya diisi dengan ketakutan.
"Ohsen Wolfe, aku lihat kau mendapatkan rekan baru, apa yang kau rencanakan sebenarnya, hmm?" Lanjut kapten orang misterius itu, "Tch, ini benar benar mengganggu." Ucap ku sambil mengangkat pedang ku ke wajah dan memejamkan mata, beberapa saat kemudian, pedang ku memancarkan sebuah cahaya terang yang menyinari sebagian besar para orang-orang yang mengelilingi kami, aku pun akhirnya melihat wujud mereka dan kaptennya, mereka kebanyakan terlihat seperti bandit biasa yang mempunyai wajah jahat, dengan jubah dan tudung mereka, aku masih tidak bisa melihat sebagian dari mereka yang menggunakan tudungnya, sang kapten juga, dia terlihat mengancam dengan wajah yang terlihat tanpa emosi itu, dengan bekas luka besar di pipinya yang terlihat seperti luka bakar dari sihir api.
"Ohh? Apa yang kau pikirkan? Kau pikir dengan menyinari kami, kau dapat kabur dari sini?" Ucap sang kapten dengan arogannya, "Tidak, kami tidak berniat kabur" Balas ku dengan senyuman, tapi berbeda dengan Ohsen, dia masih terlihat takut melihat sang kapten itu, tentu tubuhnya mungkin terlihat kekar dan lebih besar daripada anak-anak buahnya, tapi dari hasil perbandingan ku, sepertinya dia lebih kecil daripada orang-orang yang ingin menangkap Ohsen pada saat aku pertama kali bertemu dengannya.
"F- Flint, lebih baik kita mencari jalan keluar.. P- percaya dengan ku.." Ucap Ohsen gemetar, 'Hm? ada apa dengannya, dia tidak sepenakut ini pada saat dirinya sedang melawan dua orang besar di kota..' pikir ku.
"Memangnya siapa orang itu?" Tanya ku kepada Ohsen, 'aku akui, bertarung melawan seseorang yang tidak ku ketahui seberapa kuatnya itu cukup berbahaya dan bodoh, tapi sekarang kami sedang di kepung, dan mereka pasti akan menyerang kapan saja, prediksi ku adalah para orang-orang ini tidak akan menyerang sebelum diberikan perintah oleh kapten mereka..'
"D- dia adalah.." Balas Ohsen terbata, dia tidak bisa melanjutkan perkataannya, tak lama kemudian, sang kapten dari orang-orang misterius itu pun menyela perkataannya, "Aku adalah tuannya Ohsen, Zeldore, disebut juga si Taring Haus Darah" Ucap sang kapten Zeldore, saking terkejutnya aku, aku sampai harus menahan mulut ku yang ingin terbuka lebar, 'apa maksud dia kalau orang kekar itu adalah tuan dia? pemilik Ohsen? apakah dia dulunya adalah budak?'
"Apa maksud perkataannya itu!?" Tanya ku kepadanya, tapi Ohsen tidak ingin menjawab, seakan-akan kekangan yang ditempelkan oleh tuannya itu masih ada di dalam hatinya walaupun dia sudah bebas berkeliaran di kota, 'Apa mungkin sebab dikejarnya dia adalah karna dia ini adalah budak yang melarikan diri!?' pikir ku, disaat aku menunggu jawaban dari Ohsen, Zeldore mulai lelah menunggu, ia pada akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk menyerang, "Baiklah, tidak ada kata kata lagi, serang dia dan tangkap Ohsen!"
Para anak buah Zeldore menerjang kedepan dan bersiap untuk mengayunkan senjata mereka ke arah kami, aku pun dengan sigap mendorong Ohsen dan meneriakinya, "OHSEEEEENNNN!!!!"
Teriakan ku membangunkan Ohsen dari pikirannya, ia pun menengok ke arah ku, "MAU SAMPAI KAPAN KAU AKAN MENGINGAT MASA LALU MU!!" Teriak ku sembari menepis berbagai macam serangan yang datang, "BANGUNLAH!! BANGUN DAN ANGKAT KEPALA MU!! KAU KABUR DARI DIA UNTUK KEBEBASAN BUKAN!? BERJUANGLAH UNTUK ITU!! APA APAAN KAU INI, MENANGIS DIDEPAN KU, SEPERTI PECUNDANG YANG TIDAK BISA MELUPAKAN MASA KELAMNYA!"
Mata Ohsen terbuka lebar mendengar teriakan ku, "Kau percayalah padaku! KEUGHH.." Salah satu serangan itu menyayat wajah ku, "Urus anak buahnya, dan aku akan mengalahkan Zeldore, jika aku terlihat ingin dikalahkan, maka lari lah, aku akan mencegat semua orang yang akan mengejar mu!" Ucap ku kepada Ohsen.
Dirinya berdiam diri selagi melihat segala kekacauan yang terjadi dihadapannya, dengan pikiran yang dipenuhi badai hujan, ia pada akhirnya menemukan sebuah pelangi diantara musibah itu, Ohsen mengangkat belatinya dan berlari kearah ku, menepis serangan yang ada dibelakang, pada saat itu aku pun tersenyum kecil, "Kau memilih jawaban yang tepat." Ucap ku kepadanya, "Maafkan aku, kau benar, aku memang bodoh dan tidak berguna, mungkin yang berguna dari ku hanyalah kekuatan unik ku, tapi selain dari itu, aku masih ingin berguna dalam hal lainnya juga! HEEUPP!!" Ucap Ohsen, ia pun menyerang balik dan berhasil membunuh satu anak buah Zeldore, dengan sihir yang ia punya, dan juga kekuatan uniknya, dia dapat mengetahui semua serangan yang akan datang, membuatnya tidak dapat tersentuh.
"Baiklah.. Sekarang hanya kau dan aku" Ucap ku selagi berjalan mendekati Zeldore, dia melihat ku dengan tatapan sinis, seperti merendahkan ku dan menganggapku sebagai serangga yang mudah untuk dipijak.
Dengan senyum arogannya, dia pun mengeluarkan kapak besarnya yang ada dipunggung dan bersiap untuk bertarung, "Kau tahu, aku bukanlah seseorang yang suka dengan hal yang ada di luar prediksi ku, jadi agar bisa memastikan kalau kau mendapatkan kesengsaraan yang menyakitkan, aku tidak akan menganggap mu sebagai musuh yang mudah, majulah."