WHOOOSSSHH!
"Huh?! Apa itu!?" Seorang warga berteriak setelah melihat ku berlari, aku berbelok ke persimpangan jalan dan mencari rute sempit yang bisa dijadikan sebagai tempat bersembunyi.
Di jalan besar yang ku lewati tadi, Viora pun sampai dan terus mengejar, dia telah mengintai ku dari kejauhan di atap rumah dan kemana pun aku berlari, dia entah bagaimana bisa saja mengikuti ku, "Heyy!! Ada apa ini!?" Ucap warga lainnya yang melihat Viora.
"Panggil penjaga!!"
.
.
Permainan kejar-kejaran kami sudah berlangsung lebih dari 5 menit dan sekarang aku sudah bisa merasakan rasa lelah ku semakin meningkat, aku menoleh kebelakang dan melihat Viora yang sekarang telah berada kurang dari 10 meter di belakang ku, aku mencoba menambah kecepatan dan berharap kalau aku menemukan kesempatan untuk kabur, tapi saat aku dan Viora sedang berlari di sebuah jalanan sempit, aku mengambil sebuah belokan dan nasib buruk menimpa ku, jalanannya ternyata buntu, aku tidak bisa kemana mana lagi sekarang, Viora pun sudah melihat ku.
"Hmm? Sudah kaburnya?" Ucap Viora, "Tch" Balas ku, tidak ada pilihan lain sekarang, jika aku melompat ke atas dan berlari lagi, aku tidak yakin akan bisa kabur, dari awal pula perempuan ini memang lebih cepat dari ku.
Aku pun bersiap-siap dan mengeluarkan pedang ku, "Haha, aku mungkin telat menanyakan ini, tapi memangnya kenapa jika baju ku ini berbau darah, bisa jadi saja kan ini adalah bau darah monster" Ucap ku mencoba bernegoisasi, Viora yang mendengar kata-kata ku itu tidak menunggu lama untuk menjawab, aku pun sadar kalau dia ini sudah yakin dengan prasangkanya, "Serius? Kau mencoba untuk mengelak sekarang?" Ucapnya seakan akan bingung dengan sikap bodoh ku, "Jika kau ingin menggunakan alasan seperti itu, harusnya kau tidak langsung lari ketakutan saat aku mengatakan kalau aku mencium bau darah di baju mu" Lanjut Viora dengan nada jengkel.
'Memang tidak enak mengakuinya, tapi dia benar, aku tadi itu terlalu cepat mengambil keputusan dan tidak berpikir terlebih dahulu, tapi karna situasinya sekarang sudah begini, aku mau tidak mau harus menanggung konsekuensinya' Pikir ku, selagi aku memikirkan betapa bodohnya keputusan ku tadi, Viora mulai melangkah kedepan dengan perlahan dan menarik pedang miliknya di pinggang, "Aku minta maaf untuk ini, tapi kau harus menjelaskan banyak hal di pusat keamanan" Ucap Viora dengan wajah serius.
"Ugh.. Benar benar tidak ada pilihan lain yah, sialan.. Jika tau begini tadi pagi seharusnya aku diam dirumah" Balas ku sambil bersiap menerima serangan kalau-kalau Viora tiba tiba saja melontarkan serangan dadakan, 'Dia sepertinya tidak membawa apapun yang bisa mengeluarkan sihir, selain pedangnya.. Aku seharusnya bisa bertahan' Pikir ku, pada saat itu, kurasa aku ini cukup kuat untuk melawan Viora, lagipula dia ini hanyalah perempuan muda yang memiliki tubuh biasa biasa saja, tidak ada bekas latihan atau semacamnya, 'Oke, yakin kan dirimu Flint, kau bisa-'
Pikiran ku dipotong oleh Viora yang menerjang kedepan, dia muncul di bawah pedang ku sembari menunduk dan dengan cepat mengantarkan tendangan kencang ke perut ku.
BOOM!
Aku terlempar dengan cepat sampai membentur tembok dibelakang ku, menyebabkan kerusakan dan juga luka di punggung, aku tidak bisa mengikuti kecepatannya Viora sama sekali, padahal aku yakin kalau waktu reaksi ku itu diatas rata-rata, aku yang sudah menjadi Mercenary selama lebih dari 15 tahun sekarang dikalahkan oleh perempuan yang bahkan tidak terlihat seperti berumur 30, 'Aku tidak bisa menerimanya..' Pikir ku sembari mengumpulkan energi dan menggunakan Aura, pedang ku diselimuti oleh asap putih yang tebal, membuatnya terlihat mengancam, dan tepat waktu saja, Viora pun kembali datang ke arah ku, namun kini aku tidak akan membiarkan kejadian yang sama terulang.
CLANK
Suara dua buah pedang besi yang saling membentur satu sama lain terdengar nyaring di telinga, aku menahan serangan Viora, dan kami terjebak dalam adu kekuatan, siapa yang memiliki kekuatan yang lebih kuat, maka dia lah yang menang dan dapat menyerang.
"Cih, jangan remehkan aku" Ucap ku sembari menahan kekuatan Viora, aku pun dengan perlahan membelokan arah pedang kami dan pada akhirnya kami pun terlepas dari satu sama lain, Viora melompat kebelakang untuk memperbaiki posisinya, namun aku melihat sebuah kesempatan disana dan langsung menggunakan teknik Aura pedang ku.
"Teknik Angin, Sayatan Tak Terlihat"
Tanpa membuat satu suara langkah kaki atau pun terjangan, aku menerobos kedepan dan mengayunkan pedang, ku kira aku sudah mendapatkannya setelah mendengar suara daging terpotong, namun aku seharusnya tau kalau berpikir positif sedari awal itu hanya akan memperburuk keadaan.
"Aku sudah memperingatkan mu, sebaiknya kau menyerah dan membiarkan ku membawa mu ke pusat keamanan" Ucap Viora didepan ku, aku mengangkat kepala karena tidak mengira untuk mendengar dia mengatakan hal itu, pada saat mata ku sudah tertuju kearahnya, aku pun terkejut melihat Viora yang menangkis tebasan pedang ku dengan tangannya, dia sadar kalau dia tidak dapat menangkis serangan tadi, itu sebabnya dia menggunakan tangan kirinya untuk menahan tebasan pedang.
'Apa apaan ini...' Pikir ku, tangan kiri Viora memang berdarah, tapi ini justru membuat ku berada di sisi yang tidak menguntungkan, "AARRGGHH!!" Teriak ku, dengan reflek yang cepat, aku segera menarik pedang ku dari genggaman tangannya dan melompat kebelakang, Viora memegang pedang bilah pedang ku dengan cukup kuat, aku sampai harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengeluarkannya, tapi tidak apa, karna tangannya sekarang menjadi lebih terluka akibat semua sayatan dari sisi tajam pedang ku.
Walaupun sudah terluka, Viora terlihat tidak peduli sama sekali dengan luka ditangannya, dia membiarkan darah mengalir dan menetes ketanah, penglihatannya hanya tertuju kepadaku, tak lama kemudian dia pun kembali menyerang, mengayunkan pedangnya dengan cepat ke seluruh tubuh ku, aku mencoba menangkis setiap serangannya, namun ada saja beberapa serangan yang terlewat, tubuh ku akan rusak jika ini ku biarkan terus, jadi dengan nyawa ku yang menjadi taruhannya, aku pun mencoba menusuk perut Viora lebih cepat dari dia mencoba menebas ku, tusukan dan tebasan seharusnya lebih cepat tusukan, itu karna dengan tusukan, kau hanya perlu menusuk kedepan dengan ujung pedang mu, menghasilkan jarak serangan yang maksimal, dimana dengan tebasa kau harus mengayunkan pedang mu yang bisa memakan waktu lebih lama.
Aku bisa melihat ujung pedang ku yang terus bergerak kedepan, semakin dekat dengan target, semakin kencang pula detak jantung ku, aku merasa waktu sedang melambat, seakan akan aku bisa membaca semua gerakan Viora.
Tick.. Tock.. Tick.. Tock
"A- a- a.. akkhh.."
Kenapa ini, aku merasakan rasa panas di dada ku, penglihatan ku buram, apa yang terjadi, terlebih lagi, rasa panas ini semakin sakit, apa ini, ini terasa seperti api, tolong hentikan rasa sakit bakar ini, aku bingung kenapa itu bisa terjadi, pedang ku yang seharusnya menusuk perut Viora justru tidak pernah sampai mau seberapa lama aku menunggu, yang ada justru pedang miliknya lah yang sampai ke dada ku, aku ditusuk, dan pedangnya benar benar menancap jauh menembus dada ku.
"Percobaan yang bagus, tapi masih kurang." Ucap Viora yang terdengar samar samar ditelinga ku, dia pun menarik pedangnya keluar dengan paksa, menyemburkan lebih banyak darah dari tubuh ku, aku pun jatuh ke tanah dan terbaring hampir tak bernyawa, di dalam pikiran ku, aku sedang berada di dalam sebuah ruang mimpi yang luas, ruangan itu mengingatkan ku dengan ruang hampa hitam yang pernah menjebak ku saat aku mati oleh iblis, kenapa aku bisa kembali, apakah akan ada kesempatan ketiga?
Walaupun begitu, ruangan hampa yang ku tempati saat ini cukup berbeda dengan yang sebelumnya, kini aku bisa melihat awan di atas dan aku pun tidak melayang di udara, melainkan berdiri di sebuah lantai yang terbuat dari kaca bening, tubuh ku juga nyata disini, aku bisa melihatnya, yang sama hanyalah kehampaan disekitar ku.
"..." "..."
Aku ingin mengucapkan sesuatu, namun tidak bisa, mulut ku bisu, aku ingat dengan kejadian barusan, 'Bajingan.. Bangsat.. Apa aku mati lagi' pikir ku, aku sudah ingin menyerah pada saat itu, namun seperti sebuah harapan yang muncul di akhir-akhir kegelapan, aku melihat kebelakang dan menemukan adanya pilar besar yang menjulang tinggi, pilar itu lalu berduplikasi dan membuat sebuah lingkaran dengan aku di tengahnya, kini aku dikelilingi 12 pilar besar misterius, aku tidak tau apa maksud dari pilar ini, namun dengan cepat aku pun mengetahuinya, setelah pilar pilar ini membentuk lingkaran, di atas langit ku, muncul sebuah jam raksasa yang terbuat dari garis neon bersinar, desain dari jam raksasa itu benar benar memukau mata sampai sampai aku tidak bisa berkata apa apa, tak lama kemudian, jarum panjang yang ada di jam itu pun mengetuk ke angka 12, diikuti dengan jarum pendek yang juga mengetuk ke angka 12, menandai jam 12 tepat.
GOOONNGGG..