"Hmm.."
Lelaki itu mengangkat tangannya sembari memegang sebuah pisau kecil, dia sepertinya tidak ingin mengikuti perintah dari dua orang yang ada di depannya, walaupun keliatannya dua orang itu lebih kuat darinya, "Haha.. Lelucon yang bagus, tapi aku sudah bilang kalau aku tidak ingin bekerja sama dengan kalian" Ucapnya, wajah kedua orang yang mendekati lelaki itu pun berubah menjadi marah, urat-urat mereka keluar dan salah satu dari mereka berkata "Tch, kau benar benar ingin melawan? Asal kau tahu saja, kau tidak punya pilihan lain disini, antara kau dengan sengaja ikut kami, atau kami yang sengaja memaksa mu ikut, walaupun harus membuat mu setengah mati" dengan nada garang.
"Siapa tahu, hehe.." Balas lelaki itu, kedua orang yang mendekatinya pun tiba tiba saja menerjang kedepan dengan tinju yang siap menghantam wajahnya, tapi saat kepalan tangan kedua orang itu ingin menyentuh lelaki itu, dia dengan cepat menghindar ke samping, melewati kedua serangan orang besar itu, disana lah aku pun melihat wujud asli lelaki itu, kepalanya menumbuhkan semacam kuping hewan dan dibelakangnya juga ada ekor tebal panjang yang tiba tiba saja muncul setelah ia menghindar.
'Hm?, manusia demi? mereka cukup langka' Pikir ku sembari tersenyum kecil, kedua orang yang menyerang tadi pun sepertinya segera sadar dengan wujud lelaki itu, "Jadi begitu, akhirnya wujud asli mu keluar juga" Ucap salah satu dari mereka, "Ku dengar manusia demi itu masih sering menjadi budak bahkan setelah ratusan tahun berlalu, bukankah itu artinya menjadi budak itu memanglah takdir kalian?" Ucap yang satunya lagi sembari tersenyum puas mengejek lelaki itu.
Ejekan kedua orang itu membuat manusia demi itu sangat marah dan jengkel, 'Bajingan.. Dasar manusia, akan kubunuh kalian, suatu saat nanti' pikirnya, ketiga orang itu pun kembali bertarung dan mengenai satu sama lain, lelaki demi itu menyayat dan mengeluarkan sihir elemen dari ujung pisaunya untuk menjaga jarak dan juga memberikan keuntungan, jika kulihat dari pertarungan mereka, sepertinya si kedua orang besar ini tidak begitu mahir dalam sihir, tapi mereka mempunyai insting petarung yang tinggi, 'tubuh besar mereka bukan hanya pajangan.. itu mengingatkan ku dengan Winsen'
Aku mengingat dahulu kala pernah berbicara dengan Winsen tentang hal ini di tengah hutan saat sedang menjalankan pemburuan buronan kota yang kabur.
"Hey Winsen, latihan macam apa yang kau lakukan sampai bisa menjadi sebesar ini"
"Hm? kenapa, kau ingin berlatih bersama ku? Baiklah besok akan kutunjukkan"
"Tidak tidak, aku hanya penasaran saja"
"Hahaha! Itu hanyalah hal yang sepele, ingat ini, kau mungkin lebih kuat dariku karna kau memiliki Aura dan Sihir, tapi kalau soal kekuatan murni, akulah nomor satu, Aura memanglah sebuah kekuatan yang hebat, tapi apa gunanya jika kau tidak menguatkan badan mu juga"
'Hmm.. tapi aku kan juga tidak kurus kurus amat, otot ku juga ada' Pikir ku.
"Sudah sudah, ayo lanjut makan."
.
.
"KEEUKKK!!" Ucap lelaki demi itu, suara kesakitannya mengagetkan ku sedikit dan aku pun kembali fokus kepada pertarungan mereka, dan sesuai ekspektasi ku, lelaki itu kalah dengan luka memar dan darah di seluruh tubuhnya, walaupun begitu, dia juga cukup bertahan lama melawan kedua orang besar itu, aku melihat mereka berdua juga dipenuhi dengan luka, entah itu dari sayatan atau sihir.
Setelah melempar dan membuat lelaki demi itu tidak bisa berdiri, kedua orang besar itu pun mendekatinya dan mengangkatnya dari kepala, "Bajingan seperti mu itu pantasnya berada di tempat sampah, jika bukan karna bos kami, aku pasti sudah membunuh mu" Ucapnya didepan lelaki itu.
"Heh, kalian tidak tahu saja.. Tamatlah riwayat kalian" Balas lelaki demi itu dengan darah dimulutnya, dia lalu melihat kearah ku, bukan ke langit malam atau orang lain, tapi arah matannya benar benar tertuju kepada ku, 'Haha.. Baiklah, kau menang' Pikir ku dengan senyuman, aku pun melompat dari atap dan turun sembari berancang ancang untuk menendang salah satu kepala orang orang besar ini.
BOOM!
Tendangan ku mengenai kepalanya dengan sempurna dan orang itu pun terpental ke tembok rumah, 'Siapapun yang hidup di rumah itu, aku minta maaf, tolong jangan panggil penjaga kesini' Pikir ku.
"S-Sialan! Siapa kau!" Ucap orang besar yang satunya lagi, "Kalian banyak omong" Balas ku sambil mengeluarkan pedang dari pengaman yang ada di pinggang, "Siapanya aku tidaklah penting, anggaplah aku sedang bermain main dimalam hari dan tidak sengaja bertemu seorang perundung seperti kalian"
Aku menoleh kebelakang dan melihat lelaki demi itu, dia masih duduk dan seperti yang ku kira, dia melihat ku dengan mata yang mengatakan kalau aku ini adalah penyelamatnya, "Bangsat.. Kau benar benar membuat ku lengah." Ucap orang besar yang baru saja kutendang, dia masih bisa bangun setelah ku tendang dengan kekuatan penuh, cukup mengejutkan, ini tidak akan menjadi pertarungan yang mudah.
Hari semakin malam dan bulan pun bersinar terang benderang di dunia yang busuk ini, kedua orang itu kembali mendekat satu sama lain dan bersiap untuk menyerang, "Siapa sangka Ohsen mempunyai rekan, kalau aku tau itu, aku sudah pasti membawa senjata ku.", tanpa menunggu dan menunda lagi, kedua orang besar itu pun mulai berlari ke arah ku dengan cepat, mereka memiliki koordinasi yang cukup bagus sehingga aku mempunyai waktu yang sempit untuk menyerang dan bertahan, mereka mencoba menjatuhkan ku dengan kaki mereka, memukul wajah ku, dan melontarkan amukan tinju bertubi tubi, tapi aku masih bisa menangkisnya dengan pedang ku, dan tentu saja, aku juga menyerang balik, pertama tama ku perlahan sayat tangan mereka dengan luka, lalu menyelimuti bilah pedang ku dengan Aura untuk menambahkan kekuatan dan kecepatannya, Aura juga bisa termasuk kedalam sihir yang eksklusif untuk petarung jarak pendek, mereka yang bisa menggunakan Aura akan bisa menebas lebih kuat dan tajam, seakan akan mereka mempunyai pengalaman selama puluhan tahun.
Kami terus berbagi serangan dan menghindarinya atau menepisnya, jujur saja, aku juga sedikit kewalahan melawan mereka berdua, tapi itu bukan berarti mereka juga sama, malahan justru mereka berdua terlihat lebih kewalahan dibandingkan ku, itu karna mereka sedari awal terus menjadi yang agresif dan menyerang tanpa henti sedangkan diriku hanyalah menepis dan menyerang saat ada kesempatan.
"Huff.. Hufff.."
Nafas mereka terdengar berat, ini adalah kesempatan ku untuk mengakhiri pertarungan ini, aku pun mengarahkan pedangku agar setara dengan tinggi mata, aku mencoba untuk mengeker arah bilah pedang ku dengan kedua tubuh mereka, perlahan demi perlahan, pedang ku pun mengeluarkan sebuah aura putih yang seperti asap, aura dipedang ku semakin bersinar dan pada saat waktunya sudah tepat, aku pun mengucapkan nama tekniknya.
"Teknik Angin, Sayatan Tak Terlihat"
WHOOSH!
Dengan kedipan mata, aku tiba tiba saja berada di belakang kedua orang besar itu, mereka dengan perlahan melihat kebalakang mereka dengan wajah terkejut dan takut bersatu, tak lama kemudian, tubuh mereka terbelah menjadi dua, memuncratkan darah ke semua arah, seakan akan hujan pun tiba dengan air berwarna merah.
Aku menebas pedang ku di udara untuk menghilangkan noda darah yang menempel sebelum memasukannya lagi ke dalam pengaman yang ada di pinggang ku, aku pun berbalik dan berjalan menuju lelaki demi yang terluka itu, dia telah melihat semuanya dan sepertinya ekspresi yang ditunjukannya itu cukup wajar, karna bahkan pada saat aku masih hidup di jaman dahulu, aku adalah seseorang yang dikatakan sangat kuat untuk seorang Mercenary.
"Kau baik baik saja?" Tanya ku kepada lelaki demi itu, "A- a- ah.. Ya, tentu saja, aku tidak apa apa" Balasnya, "Terimakasih".
"Sudahkan itu, akan ku urus luka mu" Ucap ku ke dia sembari menggendongnya di punggung, "B- Baiklah.. Terimakasih sudah menyelamatkan ku, nama ku Ohsen" Balasnya, baiklah, aku akan memanggilnya Ohsen.
Aku dan Ohsen berjalan keluar dari area jalan sempit yang sepi itu, aku keluar sembari mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh penjaga dan juga kesatria yang datang ke lokasi pertarungan kami, 'Syukurlah aku mengakhiri pertarungan tadi dengan cepat' Pikir ku setelah melihat kesatria dan penjaga-penjaga berbondong pergi masuk ke jalan sempit itu, tentu saja aku melihatnya secara sembunyi-sembunyi.
Pada akhirnya kami sampai di salah satu area jalan yang sepi lagi, tempat ini tertutup oleh lantai rumah yang menyamping, itu membuat jalan ini terlihat seperti terowongan, jadi aku bisa mengurus Ohsen dengan cukup aman disini.
"Oke.. Diamlah." Ucap ku kepadanya.