Chapter 4 - Bab 4: Keracunan

Eleanor Xu yang dulu memiliki hubungan yang dekat dengan pria tua itu. Bahkan terkadang wanita itu tanpa sungkan bersikap manja padanya, karena pria tua itu memperlakukan Eleanor Xu sudah seperti cucunya sendiri.

Jadi melihat sikap formal barusan dari cara cucu menantunya membungkuk ketika menyapanya, membuat Harold Chen merasa agak bingung.

Howard Chen juga menyadari keanehan tersebut. Biasanya wanita itu akan segera memeluk kakeknya dan mulai sibuk membicarakan banyak hal sampai sosoknya seperti tidak ada diantara dua orang itu. Tapi melihat wanita itu hanya membungkuk sopan, lalu kemudian berdiri tenang di tempat tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Pemandangan itu sedikit ganjil.

Eleanor Xu tentu menyadari tatapan ganjil dari dua orang itu yang tertuju kearahnya. Pria tua itu memang terlihat baik dan hangat, tidak seperti cucunya yang dingin dan tak berperasaan. Tapi Eleanor Xu tidak bisa memainkan peran cucu perempuan yang manja.

Sebagai wanita yang terkendali dan mahir menyembunyikan emosi, cukup sulit baginya memainkan peran tersebut.

"Bagaimana kabarnya kakek?"

Horald Chen terkekeh kecil. "Kakek sangat sehat, seperti yang kau lihat. Lalu bagaimana denganmu?" Ia menepuk lembut lengan cucu menantunya itu, "Cucuku itu tidak menindas mu kan?" Mata tuanya sekilas menoleh kearah cucu lelakinya.

Howard Chen memutar bola matanya malas.

Eleanor Xu menarik kedua sudut bibirnya tersenyum kecil. "Aku baik Kek." Lalu ia menoleh kearah pria dingin yang berdiri di sebelahnya. Tatapan yang acuh tak acuh itu, seperti tidak mau ambil peduli dengan apa yang mereka obrolkan. "Semuanya juga baik-baik saja."

Pria tua itu tersenyum lega, "Baguslah kalau begitu."

Lalu mereka masuk ke bangunan utama. Segala jenis makanan Sichuan sudah terhidang di atas meja. Dengan beberapa hidangan Tiongkok lainnya.

"Karena Eleanor datang kemari, kakek lansung menyuruh dapur untuk menyiapkan semua jenis makanan Sichuan kesukaan mu."

Pria tua itu dengan semangat menunjuk kearah mangkuk ke mangkuk dan menyebutkan nama hidangannya, "Lihatlah ada tahu mapo, ayam kung pao dan Mie dan dan. Bukankah semuanya adalah favorit mu?"

Eleanor Xu tertegun sejenak. Hampir semua hidangan itu berminyak dan pedas. Eleanor Xu yang dulu mungkin akan menyukainya. Tapi tidak dengannya. Ia sangat ketat soal makanan untuk menjaga proporsi tubuhnya, di samping itu ia tidak pandai makan makanan pedas.

"Terimakasih kasih Kakek. Anda cukup perhatian."

"He..he sejak kapan kau bersikap sungkan seperti ini pada kakek. Seperti bukan dirimu saja. Ayo cepat duduk dan makan, un?"

Eleanor Xu mengangguk dengan senyum kecil di bibirnya. Ia perlahan duduk di atas bantal, mengambil sepasang sumpit dan dengan tata krama makannya yang baik ia mulai menikmati beberapa hidangan.

Howard Chen yang sedari tadi diabaikan oleh kakeknya sendiri, sudah lama duduk dan makan.

Karena untuk menghormati kebaikan pria tua itu, Eleanor Xu memasukkan tiap makanan pedas itu ke mulutnya dan sebentar-sebentar mengisi air dan meminumnya.

Bibir merah mudanya yang sudah bengkak dan memerah itu, tidak kunjung berhenti bergetar kepedasan. Sekilas penampilannya itu lebih mirip penderitaan alih-alih menikmatinya.

Melihat reaksinya itu, Howard Chen mengerutkan keningnya tajam. Pria tua itu juga mengernyitkan dahinya dengan tatapan keheranan.

"Eleanor, apa makanannya terlalu pedas?" Tanya pria tua itu. Tapi seingatnya semakin pedas makanan itu, semakin cucu menantunya menyukainya.

"Un." Eleanor mengambil tisu dan mengelap mulutnya yang berminyak. "Sepertinya, aku tidak bisa makan pedas sekuat dulu lagi Kek."

"Apakah begitu?" Tatapan tua itu terlihat cemas. "Kalau begitu makan tumis kacang panjang dan daging asam manis ini saja."

Pria tua itu menyumpit beberapa tumis kacang panjang dan beberapa daging cincang asam manis, mengisinya ke mangkuk Eleanor Xu.

"Ke depannya Kakek akan mengurangi hidangan pedas dan menggantinya dengan yang lain."

"Un. Terimakasih Kek."

Tiba-tiba Eleanor Xu merasa pusing dan mendadak kepalanya terasa begitu berat. Sumpit ditangannya tampak bergoyang padahal ia tidak menggoyangkan nya.

"Eleanor..."

"..."

"Eleanor, apa kau baik-baik saja?" Tanya pria tua itu. Melihat wajah cucu menantunya yang mendadak pucat dan keringat dingin membanjiri pelipisnya.

"Aku baik-baik sa—"

Bruk!

"Eleanor." Pekik pria tua itu cemas, melihat Eleanor sudah tumbang ke samping.

"Hah, merepotkan." Sebaliknya Howard Chen mendengus dingin.

"Bocah tengik, apa yang kau katakan?" Horald Chen memukul kepala cucu lelakinya itu geram. "Cepat angkat cucu menantu ku dan bawa ia ke rumah sakit."

Lagi-lagi Howard Chen mendengus dingin. Ia dengan terpaksa menggendong tubuh wanita itu yang seringan kapas dan membawanya ke rumah sakit.

——

"Bagaimana keadaan cucu menantu saya dok? Kenapa ia mendadak pingsan? Padahal sebelumnya kondisinya baik-baik saja?"

Ketika dokter wanita yang memeriksa kondisi Eleanor keluar, Horald Chen langsung memborbardir nya dengan pertanyaan.

Howard Chen hanya bersandar ke dinding, menatap arloji hitamnya dari waktu ke waktu, merasa bosan.

"Cucu menantu anda keracunan Pak Horald."

Pria tua itu tercengang.

"Bagaimana mungkin? Para koki di dapur ku adalah orang-orang kepercayaanku. Mereka sudah bekerja bertahun-tahun lamanya, jadi tidak mungkin mereka berkhianat." Ujarnya yang berpikir Eleanor Xu baru saja keracunan makanan dari hidangan dapurnya.

"Apa itu kau?" Horald Chen menunjuk kearah cucu lelakinya yang tidak berperasaan itu, "Katakan pada kakek apa ini pekerjaan mu?"

Sorot mata Howard Chen terlihat dingin. "Apa menurut kakek aku akan melakukannya?"

"Tentu saja."

Howard Chen mengetatkan rahangnya.

"Bukankah selama ini kau terus berniat menceraikannya? Menyingkirkan wanita itu sejauh mungkin dari kehidupanmu?"

Sepasang mata Howard Chen terlihat dingin. "Aku tidak akan berkata apa-apa jika kakek berpikir demikian." Ia membalikkan badannya dan bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

Di belakangnya pria tua itu berkali-kali memanggilnya. Tapi ia tidak mengindahkannya sama sekali.

"Dasar bocah tengik itu." Horald Chen memegang dadanya dan bernafas terengah-engah karena amarahnya barusan.

Dokter wanita itu menenangkan pria tua itu agar menarik nafasnya dan tetap bersikap tenang.

"Lalu bagaimana keadaan cucu menantu saya Dok?"

Tatapan dokter wanita itu terlihat rumit. "Kami sedang berproses mengeluarkan racunnya, setelahnya ia akan baik-baik saja. Tapi ada keganjilan yang harus saya katakan pada anda Tuan Horald."

"Katakan."

"Racun yang ditemukan dalam tubuhnya berupa zat pinetroid, jenis zat yang biasanya ditemukan pada insektisida. Kisaran jumlahnya cukup banyak, perkiraannya cukup untuk merenggut nyawanya. Tapi adalah suatu keajaiban, sejauh ini cucu menantu anda dapat lolos dari kondisi kritis."

Mendengar itu, mata tua itu diliputi perasaan syukur. "Cucu menantu ku pasti banyak melakukan hal baik sehingga ia dapat lolos dari kematian."

Howard Chen sudah kembali ke mansion. Ia pergi ke sayap kiri, tempat yang menjadi milik istrinya sepenuhnya.

Ia masuk kedalam dengan menginspeksi setiap sudut dan ruang dengan tatapan dan keningnya yang berkerut tajam.

Di pojok dapur, ia menemukan sebotol insektisida di samping tong sampah. Ia mengambilnya dan mendapati itu sudah kosong.

Sorot matanya terlihat dalam. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sekretaris pribadinya.

"Kau sudah menemukan zat beracun apa yang ada dalam tubuh wanita itu?"