Setelah beberapa menit menunggu, salah seorang staf hotel datang dan membawanya ke kawasan kolam renang hotel, di mana lokasi pemotretan sedang berlangsung.
Sesampainya di tempat itu, Eleanor Xu terpesona dengan desain kolam renang modern terlihat. Hingga matanya tiba-tiba tertarik pada satu objek yang tengah berdiri di pinggiran kolam.
Di sana berdiri seorang gadis bertubuh mungil, mengenakan gaun putih sepanjang lutut, tampak memegang produk tabir surya ditangannya sambil berpose mengikuti arahan sang fotografer.
Rambutnya yang pendek, membingkai wajah bulatnya dengan manis, membuatnya terlihat segar dan menggemaskan. Tiap kali matanya menyipit lembut dengan senyuman, penampilannya yang ditunjukkannya polos dan murni.
"Stella Xu?"
Pantas saja nama 'Stella Xu' terdengar agak familiar, ternyata itu adalah nama dari saudara tiri Eleanor Xu. Gadis manis dengan penampilan murni dan polos, kesayangan banyak orang dan kehadirannya selalu memicu banyak perhatian. Tapi tidak ada yang tau, di balik penampilan baik hatinya, dia telah melakukan perbuatan yang sangat keji.
"Eleanor Xu... Eleanor Xu... bagaimana bisa kau tertipu dengan penampilan 'teratai putih'* itu." Dia benar-benar merasa miris dalam hatinya.
Eleanor Xu yang dulu pasti begitu naif hingga dapat dengan mudah dibingkai oleh saudara tirinya yang berlagak murni dan murah hati.
"Maaf, anda staf yang mengantarkan bajunya?" Salah seorang wanita menghampirinya.
"Benar." Eleanor Xu langsung menyerahkan paper bag dengan logo 'Celeste Luxe' kepada wanita itu.
"Baik, terimakasih."
"Un."
Tidak mau berlama-lama di tempat itu, Eleanor Xu segera berbalik untuk pergi. Tapi suara manis seorang gadis datang berteriak memanggilnya dengan akrab.
"Kak Eleaa."
Eleanor Xu terpaksa berhenti dan memutar badannya kembali. Dia telah menduga siapa yang baru saja memanggilnya.
Stella Xu berlari kecil menghampirinya. Dia tersenyum manis dan meraih kedua tangannya, "Kakak ke mana saja? Kakak tahu ayah sangat mengkhawatirkan mu."
Eleanor Xu menarik tangannya dan matanya menyipit dengan senyum tipis yang menunjukkan ketidaknyamanan. "Tidak perlu berpura-pura baik padaku seperti dulu. Kedok mu sudah terbuka. Jadi, berterus terang lah atau aku akan merasa mual."
Sepasang mata Stella Xu tampak berkedip terkejut dan sorot matanya dipenuhi kesedihan, "Kakak apa maksudmu mengatakan aku berpura-pura? Aku selalu bersikap tulus padamu. Tapi kenapa hari ini kau menuduhku begitu. Apa mungkin karena..." Bola matanya yang besar, mulai berkaca-kaca.
"Karena aku tidak dapat membantumu hari itu?"
"..."
"Kak, aku sungguh sudah berusaha keras membujuk ayah hari itu agar tidak mengusir mu. Bagaimana pun malam itu kau tidak sengaja melakukannya. Tapi ayah benar-benar tidak dapat mentoleransi hubungan satu malam mu dengan seorang pria, karena itu sudah mencoreng nama baik keluarga jadi—ups." Stella Xu menutup mulutnya, tatapannya terlihat merasa bersalah karena telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia katakan di muka umum.
"Kakak maaf...aku tidak bermaksud." Dia tertunduk sedih dan memilin gaunnya dengan perasaan menyesal.
Ingin sekali Eleanor Xu bertepuk tangan saat itu juga, mengapresiasi bakat akting gadis itu yang sangat luar biasa. Tapi dia tidak melakukannya dan memilih untuk mengabaikannya saja.
"Apa kau sudah selesai?"
"Ya?" Stella Xu mendongak kearahnya dengan tatapan polosnya.
"Jika sudah selesai aku harus pergi. Aku tidak punya waktu untuk meladeni mu."
Sikap Eleanor Xu yang tenang dan sedikit pun tidak menunjukkan jejak emosi apapun, sedikit membuat Stella Xu tertegun. Belum lagi caranya menatapnya dengan sorot mata dingin lagi merendahkan, membuat hatinya agak tak nyaman.
"Kakak, kenapa aku merasa sikapmu begitu dingin padaku?"
Eleanor Xu menghela nafas pelan. Gadis ini berulah lagi. Jika tidak memikirkan orang-orang sekitar tengah memperhatikan mereka, dia pasti sudah lama mengabaikannya.
"Apa kau marah padaku?"
"..." Eleanor Xu hanya menatapnya dengan sorot mata tak peduli.
"Tidak peduli semarah apapun kakak padaku. Tapi pulanglah ke rumah. Ayah sungguh mengkhawatirkan mu."
Eleanor Xu dengan tenang melirik ke sekitar,memperhatikan beberapa pasang mata sedang tertuju kearah mereka. Sebagian dari mereka tampak berbisik-bisik dan selebihnya berpura-pura seperti tidak menonton tapi diam-diam menyimak.
"Kita sudah menjadi tontonan umum. Apa kau masih berpikir untuk terus melanjutkannya?"
"Uh..?" Stella Xu benar-benar bersikap polos. Lalu ia menoleh ke sekitar, berlagak seperti baru menyadarinya, "Ah, maaf. Aku sudah membuat kakak tidak nyaman."
"Un, akhirnya kau tahu." Dia menepuk pundak Stella Xu dan matanya terlihat acuh tak acuh saat bibirnya berucap, "Katakan pada ayah untuk tidak perlu khawatir, karena sekarang aku sudah menikah."
"Apa? Bagaimana bisa kakak menikah tanpa sepengetahuan ayah?"
"Kenapa tidak? Bukankah ayah sudah menghapus nama ku dari kartu keluarga sesuai seperti keinginanmu?"
"Kakak salah paham, ayah hanya melakukannya pura-pura untuk memberimu pelajaran dan aku tidak pernah menginginkanmu di keluarkan dari kartu keluarga. Kenapa kakak sampai hati punya pemikiran seperti itu terhadapku?"
Sorot mata Eleanor Xu yang sebelumnya acuh tak acuh berubah suram. "Sepertinya kau berniat untuk terus menjadi tontonan. Kalau begitu maaf, aku tidak meladeni mu lagi." Eleanor Xu berbalik dan mengangkat kakinya untuk pergi meninggalkan tempat itu.
"Kakak..." Stella Xu masih bersikeras memanggilnya. Wajahnya diliputi kesedihan lengkap dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca. Sikapnya yang begitu berhasil memancing orang-orang menaruh simpati padanya.
Eleanor Xu tersenyum dingin, mengabaikan panggilan itu dan terus melanjutkan langkahnya untuk bergegas pergi meninggalkan tempat itu.
Tatapan mata Stella Xu yang berkaca-kaca itu, sekilas berlapis jejak kebencian samar saat memperhatikan punggung Eleanor Xu yang perlahan telah menghilang di hadapannya.
"Nona Stella, apa yang tadi itu saudara tiri anda?"
"Bagaimana dia bersikap begitu padamu? Jelas-jelas kesalahannya yang tanpa sengaja tidur dengan pria acak adalah kesalahannya, tapi kenapa dia bersikap seperti korban dan menyalahkan mu?"
"Jangan terlalu dipikirkan, saudara tiri seperti itu tidak pantas untuk kau khawatirkan."
Begitulah bagaimana Stella Xu berhasil menarik perhatian sekaligus simpati orang-orang di sekitarnya. Dia tersenyum sedih dan menanggapi ucapan-ucapan itu dengan sosoknya yang baik hati dan polos seperti biasa.
Saat itu pula skandal Eleanor Xu kembali menguap ke permukaan. Persis seperti sapuan angin, kabar itu menyebar begitu cepat.
'Kalian tahu selebgram Stella Xu yang terkenal murni dan polos itu ternyata memiliki saudara tiri yang vulgar.'
'Kabarnya dia adalah putri sah keluarga Xu yang telah dikeluarkan dari kartu keluarga karena hubungan satu malamnya dengan pria acak yang tidak dapat ditolerir oleh penatua.'
'Haa, keluarga mana yang mau menampung gadis vulgar seperti itu?'
'Stella Xu sungguh kasihan memiliki saudari tiri yang seperti itu. Semoga itu tidak merusak nama baiknya.'
'Benar. Bagaimanapun Stella kami gadis murni yang polos, kenapa nama baiknya harus rusak karena perilaku buruk saudari tirinya?'
'Tapi katanya gadis vulgar itu sudah menikah.'
'Benarkah? Tampaknya seseorang yang menikahinya adalah bajing*n yang suka main perempuan.'
'Wkwk.. kalau begitu, bukankah mereka cukup cocok satu sama lain?'
'Tepat sekali! Gadis vulgar dan pria bajing*n. Benar-benar pasangan yang ditakdirkan.'
'Ngomong-ngomong, aku jadi penasaran dengan pria bajing*n itu, kira-kira siapa ya?'
Hanya dalam hitungan menit, skandal tersebut telah menjadi trending topik di sosial media.