Chapter 6 - Bab 6: Berhak Bahagia

Horald Li sudah dilarikan ke bangsal perawatan. Howard Chen menyuruh Edmund Li untuk pergi melihatnya. Ia tidak terburu-buru meninggalkan tempat itu karena masih memiliki sesuatu yang ingin dikatakannya pada wanita itu.

Eleanor Xu sudah terlatih mengendalikan emosi dalam dirinya, sehingga dalam kondisi itu, ia dapat dengan cepat memulihkan rasa paniknya. Ia dengan tenang bangun, berpikir untuk mengikuti pria tua itu ke bangsal perawatan.

"Tetap di tempatmu."

Tangannya yang hendak mencabut selang infus, terhenti. Ia menoleh kearah Howard Chen yang menatapnya dingin.

Pria itu mengambil beberapa langkah maju ke depan dan membungkuk. Tangannya yang besar, meraih dagunya, meremasnya keras seperti akan meremukkannya.

Sepasang alisnya terjepit dan matanya berair, menahan sakit. Biar begitu ia tetap tenang, meladeni kekejaman pria itu, "Hentikan."

Sebaliknya, Howard Chen meremasnya lebih kencang sampai air mata wanita itu menetes dan rintihan kesakitan keluar dari mulutnya.

"Aku tidak peduli kau mau bunuh diri atau apa. Tapi selama itu mempengaruhi kondisi kakek—" Howard Chen dengan kasar mengangkat kepala wanita itu agar mendongak menatapnya. "Sebaiknya perhatikan baik-baik perbuatanmu." Lalu ia melepaskannya dengan kasar, sampai membuat wajah wanita itu tertoleh ke samping.

Kemudian Howard Chen berjalan pergi meninggalkan bangsal.

Eleanor Xu memejamkan matanya, menekan rasa sakit yang tersisa di rahangnya yang nyaris hampir patah karena ulah pria berdarah dingin itu.

Malam harinya, Eleanor Xu sudah diperbolehkan pergi meninggalkan bangsal. Ia langsung mendatangi salah seorang perawat, menanyakan di mana pria tua itu dirawat.

"Apakah anda tahu di mana Tuan Horald Chen dirawat?" Eleanor Xu mengetahui nama pria tua itu melalui ingatan yang ditinggalkan sang pemilik tubuh.

"Maaf, anda siapanya tuan Horald?"

"Saya cucu menantunya."

"Oh, anda adalah pasien yang baru saja meninggalkan bangsal VIP yang di sana itu?"

Eleanor Xu mengangguk.

Perawat tersebut langsung menunjukkan arah jalan beserta nomor kamar VIP tempat Horald Chen dirawat.

Eleanor Xu berterimakasih dan bergegas pergi sesuai informasi yang disebutkan perawat barusan.

Dia pun tiba di kamar VIP yang dimaksud. Niatnya yang hendak membuka pintu tertahan, ketika ia mendengar percakapan dua orang di dalam sana.

"Berhenti memikirkan perceraian, kau tidak lihat bagaimana wanita malang itu nyaris bunuh diri?"

"..."

"Keluarganya sudah membuangnya karena kejadian malam 'itu'. Sekarang hanya kau keluarga satu-satunya yang dia miliki. Tidak bisakah kau sedikit berbelas kasihan padanya?"

"Kek, aku menikahinya karena kau yang menuntut ku melakukannya dengan dalih bagaimana jika gadis itu hamil setelah kecelakaan 'malam hari itu'. Kau tidak mau garis keturunan keluarga Chen kita lahir diluar nikah. Itu kenapa dengan terpaksa aku menikah secara rahasia dengannya."

"..."

"Setahun sudah berlalu dan gadis itu tidak hamil. Cukup membuktikan kalau malam itu tidak ada hasilnya. Aku pun berpikir untuk menceraikannya, tapi kau bersikeras menahan ku, kali ini dengan dalih aku harus meneruskan keturunan keluarga Chen kita."

"..."

"Tapi seperti kesepakatan di awal, jika dalam waktu kurun lima bulan wanita itu tidak kunjung hamil. Aku akan menceraikannya."

"Howard Chen!"

Howard Chen tidak ingin meneruskan perdebatan, karena itu hanya akan memperburuk kondisi kakeknya. Ia pun mengangkat kakinya dan pergi ke kamar mandi.

Eleanor Xu yang berdiam di luar, telah menyimak seluruh percakapan itu.

Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan. Ia memberanikan diri mengetuk pintu.

"Masuk." Ujar Horald Chen. Dari nada suaranya, tampak kejengkelannya belum sepenuhnya hilang.

Eleanor Xu mendorong pintu dan melangkah masuk kedalam.

"Eleanor." Raut wajah pria tua itu langsung membaik setelah kemunculan Eleanor.

"Kenapa kau kemari? Kenapa tidak istirahat dengan baik di kamar mu?"

Eleanor Xu berjalan menghampiri pria tua itu. Ia berdiri beberapa langkah dari samping, tangan kirinya menyentuh siku kirinya dan ia membungkuk.

"Kakek, maafkan aku. Karena kebodohan ku anda menjadi seperti ini."

Horald Chen menghela nafas pelan. "Kemari lah."

Eleanor Xu mengangkat kepalanya dan berjalan lebih dekat ke sisi pria tua itu berbaring.

Horald Chen merenungi wajah tirus cucu menantunya. Tulang pipinya tampak begitu menonjol, seperti telah kehilangan banyak berat badan. Matanya yang selalu nya ceria dihadapannya, terlihat jauh dan asing. Sekilas, gadis itu tampak telah berubah menjadi wanita dewasa dalam semalam.

"Eleanor, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi." Mata tuanya terlihat sakit, memandangi cucu menantunya. Ia masih tidak habis pikir, bagaimana dengan karakter lemahnya itu, bisa berpikir untuk berani mengakhiri hidupnya.

"Kau harus tahu, nyawa setiap manusia itu sangat berharga. Jadi kau tidak boleh menyia-nyiakannya begitu saja. Lihatlah betapa banyak orang di luar sana yang berjuang untuk hidup, bahkan sampai mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk itu."

Eleanor Xu tidak bersuara. Matanya tertunduk menatap lantai rumah sakit. Telinganya fokus mendengarkan suara pria tua itu.

"Jadi hargailah kehidupan yang kau miliki ini dengan baik. Apapun masalahnya dan seberat apapun itu, jadikan itu sebagai hal yang membuatmu lebih peduli dan menyayangi dirimu sendiri. Setidaknya jika tidak ada siapapun lagi di dunia ini yang mau peduli, menyayangi dan mengerti dirimu. Tapi kau, melakukan semua itu untuk dirimu. Itu lebih dari cukup. Hingga seiring berjalannya waktu, cinta yang kau berikan pada dirimu sendiri, akan membawamu pada kehidupan yang lebih baik."

"..."

"Jadi, belajarlah untuk lebih menghargai dan mencintai dirimu sendiri dengan benar, kau mengerti?"

Eleanor Xu mengangkat kepalanya yang sedari tertunduk. Bibirnya sedikit melengkung ke atas dan ia mengangguk.

"En, kelak aku akan lebih menghargai dan mencintai diriku dengan baik."

Mata tua itu tersenyum, menatap lembut cucu menantunya, "Anak baik. Kau berhak bahagia."

Lalu ia meraih tangan Eleanor Xu dan menepuk punggung tangannya lembut.

"Ingat ini, walaupun nanti kau akan bercerai dengan Howard. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan mengadopsi mu sebagai cucu perempuan ku. Lalu setelahnya, kau dapat hidup dengan baik dengan menyandang marga keluarga Chen ku."

Walaupun itu ditujukan untuk Eleanor Xu yang sudah pergi, ia yang mendengarnya tetap merasa hangat dalam hatinya. Ternyata kehidupan Eleanor Xu tidak begitu menyedihkan. Masih ada orang tua ini yang dengan tulus menyayanginya.

Eleanor Xu meraih tangan pria tua itu dan meletakkannya dengan lembut di pinggir ranjang. Gerakannya tenang dan emosi disekitarnya tampak begitu terkendali.

Membuat Horald Chen yang menyadarinya, sesaat tercenung.

"Terimakasih banyak Kek. Tapi setelah bercerai nanti, aku ingin hidup seorang diri dengan baik dan melakukan hal yang kakek katakan barusan."

"..."

"Lebih menghargai dan mencintai diriku. Aku akan fokus melakukan hal itu."

Pria tua itu dipenuhi senyuman hangat. Ia menepuk lengan Eleanor Xu lembut, "Haa, tampaknya cucu menantu ku sudah dewasa."

Eleanor Xu hanya mengembangkan senyum dibibir nya sebagai tanggapan.