Chereads / The Black Syndicate / Chapter 2 - Bab 2: Langkah Awal dari Perang

Chapter 2 - Bab 2: Langkah Awal dari Perang

Suasana di dalam markas World Protection Force (WPF) semakin tegang. Para agen sibuk dengan laporan terbaru yang terus berdatangan. Jade Malinov duduk di depan meja besar di pusat komando, di sekelilingnya layar-layar menampilkan peta dunia dengan titik-titik merah yang menandai setiap lokasi operasi The Black Syndicate. Meskipun sudah beberapa bulan sejak misi pertama dimulai, Jade tahu bahwa mereka masih berada jauh dari sasaran utama: menangkap Alaric Dimitri, otak di balik sindikat kriminal paling kuat di dunia.

Mata Jade tertuju pada laporan terbaru dari Paris. Operasi itu hampir berhasil, namun gagal di saat-saat terakhir. Selalu seperti itu. Selalu ada sesuatu yang membuat langkah mereka terhenti. Setiap kali mereka mendekati salah satu operasi besar, informasi mereka bocor, dan sindikat itu melarikan diri tanpa meninggalkan jejak. Itu tidak masuk akal, kecuali…

"Kita punya kebocoran," gumam Jade pelan, berbicara kepada dirinya sendiri. Pikirannya berputar, mencoba mencari tahu siapa yang mungkin menjadi pengkhianat. Meskipun timnya terpercaya, tak ada yang bisa diabaikan dalam situasi seperti ini.

"Apa kau mengatakan sesuatu?" Peter, asistennya yang setia, menoleh dari tempat duduknya di sudut ruangan. Pria berambut cokelat pendek itu selalu berada di sisi Jade, siap menjalankan perintah apapun.

"Tak ada yang penting," jawab Jade cepat, menutup laporan di tangannya dan bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah layar besar di hadapan mereka, matanya menatap lekat pada satu titik merah yang berkelip-kelip di Eropa Timur.

"Bagaimana dengan Moskow?" tanya Jade, suaranya terdengar tegas dan fokus. "Ada perkembangan di sana?"

Peter segera meraih tablet di dekatnya, memeriksa informasi yang diterima. "Tidak banyak. Kita sudah menempatkan tim pengawas di sana, tapi The Black Syndicate bergerak terlalu hati-hati. Mereka menggunakan agen lokal untuk mengelabui kita, sepertinya mereka juga memanfaatkan beberapa pejabat korup di sana."

Jade mendengus kesal. Ini bukan pertama kalinya mereka berhadapan dengan pejabat yang disuap oleh sindikat. "Kita harus memikirkan cara untuk mendekati mereka tanpa ketahuan. Alaric tahu semua gerakan kita. Dia selalu selangkah di depan."

"Apa kau berpikir kita harus mengambil tindakan lebih agresif?" Peter bertanya dengan hati-hati, menyadari bahwa Jade sedang merencanakan sesuatu yang berisiko.

Jade memandang rekan kerjanya itu, lalu menggeleng pelan. "Belum. Tapi aku punya firasat buruk soal ini. Ada sesuatu yang sedang mereka persiapkan, dan kita tak boleh menunggu sampai terlambat."

Peter terdiam, mengetahui bahwa ketika Jade memiliki firasat, biasanya itu benar. Selama bertahun-tahun bekerja bersama, dia belajar untuk percaya pada intuisi tajam wanita itu. Namun, kali ini, ancamannya terlalu besar. The Black Syndicate bukan hanya sindikat kriminal biasa. Mereka memiliki sumber daya yang tak terbatas dan orang-orang yang ahli di berbagai bidang. Salah langkah, dan mereka bisa kehilangan segalanya.

---

Di tempat lain, jauh dari pandangan WPF, Alaric Dimitri duduk di dalam ruang pertemuan pribadinya. Ruangan itu berada di lantai paling atas sebuah gedung pencakar langit yang tersembunyi di jantung kota yang tak seorang pun tahu menjadi markas The Black Syndicate. Di depannya terdapat peta dunia digital yang memproyeksikan pergerakan operasi sindikatnya.

Luca Marconi berdiri di sampingnya, dengan ekspresi serius seperti biasa. "Mereka semakin dekat dengan salah satu operasi kita di Moskow. Apa kita harus menutupnya?"

Alaric memandang peta itu dengan penuh perhitungan. "Tidak. Biarkan mereka bermain sedikit lebih lama. Kita sudah mengantisipasi ini. Mereka tak akan menemukan apa-apa yang bisa merusak rencana besar kita."

Luca mengerutkan kening. "Aku hanya berharap kau tidak terlalu meremehkan Malinov. Dia bukan agen biasa."

Alaric tersenyum tipis. "Aku tidak pernah meremehkan lawan, Luca. Justru itulah kenapa kita selalu unggul. Jade Malinov bisa jadi musuh tangguh, tapi dia hanya bidak kecil dalam permainan ini. Kita lebih besar dari yang mereka kira."

Alaric kemudian menekan tombol di samping meja, membuka komunikasi dengan salah satu teknisi di bagian operasional. "Bagaimana dengan operasi di Asia Tenggara? Sudah ada kemajuan?"

Suara teknisi yang terdengar dari pengeras suara menjawab cepat, "Kami hampir menyelesaikan akuisisi. Pemerintah setempat sudah menerima dana yang kita tawarkan, dan beberapa pejabat militer setuju untuk bekerja sama."

Alaric mengangguk puas. "Bagus. Pastikan semua berjalan lancar. Kita akan memanfaatkan wilayah itu sebagai jalur baru untuk pergerakan kita. Jangan sampai WPF tahu sebelum semuanya terlambat."

Luca menunggu sampai komunikasi berakhir sebelum berbicara lagi. "Jadi, kita masih melanjutkan rencana besar ini, meski dengan ancaman dari WPF?"

"Justru karena ancaman itu, kita harus bergerak lebih cepat," jawab Alaric. "WPF berpikir mereka bisa menghentikan kita, tapi mereka salah besar. Ketika mereka menyadari apa yang sedang terjadi, semuanya sudah terlambat."

---

Jade masih berdiri di depan layar besar, menganalisis setiap titik merah dengan seksama. Di dalam kepalanya, ada banyak pertanyaan yang berputar, namun satu hal yang pasti: The Black Syndicate tak bisa terus dibiarkan berkeliaran tanpa hambatan. Mereka terlalu berbahaya, terlalu licik.

"Aku perlu pergi ke Moskow," ujar Jade tiba-tiba.

Peter, yang sedang menatap layar laptopnya, menoleh dengan kaget. "Moskow? Sendirian?"

"Ya," jawab Jade mantap. "Mereka sudah terlalu lama bermain aman di sana. Aku tidak bisa hanya menunggu laporan dari jauh. Aku harus melihat langsung apa yang terjadi."

"Tapi kau tahu betapa berbahayanya itu. Moskow adalah salah satu pusat kekuatan mereka. Mereka pasti sudah menyiapkan segalanya untuk menghindar darimu," Peter memperingatkan.

Jade menatap rekan kerjanya itu dengan tatapan yang dingin. "Jika kita terus bersembunyi di balik laporan, kita tidak akan pernah menangkap mereka. Ini adalah waktu untuk mengambil risiko."

Peter terdiam, memahami betapa seriusnya Jade. Dia tahu bahwa ketika Jade sudah memutuskan sesuatu, sulit untuk membujuknya mundur. Dia hanya berharap risiko ini tidak berakhir dengan bencana.

---

Keesokan harinya, Jade tiba di Moskow. Udara dingin menggigit kulitnya saat ia melangkah keluar dari bandara. Kota ini terasa dingin dan gelap, seakan menyembunyikan sesuatu di balik setiap sudutnya. Dia segera naik taksi yang membawanya ke hotel, namun pikirannya tetap terfokus pada misinya. Dia tidak datang ke sini untuk bersantai—ada musuh yang harus dilumpuhkan.

Saat tiba di kamar hotelnya, Jade segera membuka laptop dan memeriksa informasi terbaru yang diberikan oleh timnya. Ada satu tempat yang menjadi pusat perhatiannya: sebuah pabrik tua di pinggiran kota yang diduga digunakan sebagai markas sementara oleh The Black Syndicate. Informasi ini diperoleh dari salah satu informan lokal yang telah bekerja sama dengan WPF. Meskipun belum ada bukti pasti, Jade merasa tempat itu adalah kunci untuk memulai investigasinya.

Malam itu, Jade tak membuang waktu. Dia mengenakan pakaian hitam, menyamar dalam gelap, dan keluar dari hotel tanpa menarik perhatian. Dia tahu betapa berbahayanya ini—berada di tanah musuh tanpa dukungan penuh dari timnya, namun dia tak punya pilihan lain. Dia harus melihat sendiri apa yang terjadi.

Setibanya di pabrik tua itu, Jade mengamati dari kejauhan. Pabrik tersebut terlihat sepi, namun dia tahu betul bahwa The Black Syndicate selalu beroperasi dalam bayangan. Tak ada tanda-tanda aktivitas mencolok, namun instingnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan di sini.

Jade bergerak cepat dan hati-hati, menyusuri pagar luar pabrik, mencari celah untuk masuk. Setelah beberapa menit, dia menemukan pintu belakang yang terkunci rapat. Dengan cepat, dia menggunakan alat pembuka kunci yang selalu dibawanya. Pintu itu terbuka perlahan, dan Jade menyelinap masuk tanpa suara.

Di dalam, pabrik itu gelap dan sunyi. Hanya ada suara derit angin yang menerobos masuk dari jendela-jendela pecah. Jade merapat ke dinding, bergerak perlahan ke arah pusat pabrik. Di satu sisi ruangan, ada tumpukan peti-peti besar, tertutup rapat dan berlabel dalam bahasa Rusia. Meskipun ia tak bisa membaca semuanya, ia mengenali salah satu simbol yang tertera di sana—simbol yang sama yang ia lihat dalam operasi sindikat di Eropa beberapa bulan lalu.

"Ini dia," gumamnya pelan. Ini adalah bukti yang dia butuhkan.

Namun sebelum dia bisa melangkah lebih jauh, suara langkah kaki terdengar

dari belakangnya. Jade segera bersembunyi di balik salah satu peti, menahan napas. Dua pria bersenjata berjalan melewatinya, bercakap-cakap dalam bahasa Rusia. Mereka terlihat seperti penjaga, tapi Jade tahu pasti bahwa mereka adalah anggota sindikat.

Jade menunggu sampai kedua pria itu pergi sebelum bergerak lagi. Namun kini dia tahu satu hal: The Black Syndicate sedang mempersiapkan sesuatu yang besar di Moskow, dan dia tak akan membiarkan mereka melarikan diri lagi.

---

**Bersambung di Bab 3…**

---

Bab kedua ini menambah ketegangan dan memperlihatkan bagaimana Jade Malinov semakin mendekati jaringan The Black Syndicate di Moskow. Tekanan meningkat, dan risiko yang diambil oleh kedua belah pihak semakin tinggi, menciptakan landasan bagi konflik yang akan semakin intens di bab-bab berikutnya.